17. Bisnis Festival

58 5 0
                                    

Egar dan Nina sampai di Jakarta sekitar pukul dua siang. Usai memarkirkan mobilnya kembali di lahan parkir khusus penghuni asrama, kedua pasangan kekasih itu segera kembali ke kamar masing-masing. Mereka terlalu lelah karena perjalanan jauh.

Asrama sepi saat Egar menginjakkan kakinya disana, maklum karena sekarang adalah jam tidur siang. Semua orang terlelap di kasur masing-masing kecuali satu, orang itu kini tengah bercakap lewat telepon sambil bertengger di jendela belakang.

Sayup-sayup suaranya masih bisa ditangkap oleh pengdengaran Egar, meski begitu dia tak terlalu peduli.

Sampai saat suara semakin ribut, barulah ditegur,

"Samir?"

Samir sempat terlonjak saat namanya dipanggil, dia mengelus dadanya sendiri saat berbalik dan menemukan kawan seumurannya tengah rebahan di sofa ruang tengah,

"Kapan datengnya dah lo?" Tanyanya,

"Barusan banget," Jawab Egar dengan mata terpejam,

Samir hanya mengangguk-anggukan kepalanya lantas mengembalikan atensi pada sang kekasih di telepon,

"Siapa yang dateng yang?" Tanya Harlina,

"Temenku," Jawabnya singkat, "Jadi gimana itu tadi?"

Terdengar suara helaan nafas dari balik sambungan, "Ya gimana? Aku nunggu keputusan kamu aja, kalo kamu sanggup nanti aku masukin ke daftar juri. Kalian jadi guest pas closing juga kan?"

Pekan depan di kampus Samir akan diadakan sebuah festival yang didalamnya ada berbagai macam perlombaan. Kebetulan Harlina termasuk dalam anggota kepanitiaan dengan jabatan ketua penanggungjawab perlombaan.

Beberapa anggota panita yang juga termasuk teman dekat Harlina mengetahui hubungannya dengan sang vokalis band tanah air, maka mereka memanfaatkan hubungan tersebut untuk menarik banyak peserta yang akan mengikuti lomba tarik suara.

Harlina sudah membicarakan ini dengan sang kekasih, dimulai dengan curhat karena ia tak enak jika harus menuruti keinginan teman-temannya, berujung Samir yang tiba-tiba berpikir untuk mengambil pekerjaan tersebut.

Tentunya bukan tanpa alasan.

"Menurut kamu kalo kamu jadi juri, kita jadi bisa interaksi tanpa dicurigai publik?"

Samir tersenyum mendengar pertanyaan sang kekasih barusan, "Mau ketemu aja gak yang?"

Disana, Harlina mengernyit bingung, "Ketemu? Sama kamu?"

"Iya lah, mau gak? Kalo mau, aku jemput ke kontrakan,"

"Eh?" Gadis itu terkejut betulan, "Sekarang? Kamu gak sibuk?"

"Sibuknya juga kan persiapan buat tampil di festival kampus minggu depan," Sahutnya berusaha meyakinkan,

"Ya itu namanya sibuk. Jangan ah! Nanti ganggu,"

Samir berkacak pinggang, ia memutar otak agar pacarnya mau diajak bertemu, saat melirik ke samping, didapatinya Egar tengah terlelap. Padahal baru saja dia ingin meminta bantuan.

"Gimana kalo kita ketemu dalam rangka bisnis?"

Harlina reflek tertawa, "Bisnis? Bisnis festival maksud kamu?"

Samir mengangguk meski sang kekasih tak dapat melihat, "Mau ya yang? Aman kok insyaallah,"

Terdengar gumaman dari sana, sampai akhirnya Samir menggunakan jurus terakhir,

"Aku udah kangen juga soalnya, susah banget kita ketemu sekarang tuh..."

Giliran begini Egar bangun, ia membuka mata untuk melirik sinis sang kawan seumuran akibat kalimat alay yang barusan menggelitik telinganya.

Fake Case [AERIIZE]Where stories live. Discover now