17 - Rencana Kabur

1.5K 198 29
                                    

Malam ini, adalah waktu yang dituliskan Issac dalam secarik kertas itu. Pierre melihat arloji untuk memastikan waktu, sekarang pukul 07.54 PM enam menit sebelum pertemuan.

Ruangan yang dimaksudkan tidak benar-benar privat, tapi memiliki ruang lebih nyaman, kursi terbatas, dan pelayanan yang lebih baik dari restoran reguler. Pierre memesan sebuah kursi paling pojok, merubah penampilan selayaknya orang lain.

Tepat pukul delapan, seorang datang, dia pria bersetelan jas abu-abu dengan coat hitam yang menggenggam tongkat jalan, kaki kanannya menapak dengan janggal, kedua tangannya berbalut sarung tangan kulit berwarna hitam. Pierre menurunkan pandangan, kembali menatap buku catatan sebagai penyamaran. Pria itu adalah Cedric Christopher Yonandes, musuh Dernatte dalam pengadilan, orang yang juga sedang dilawan oleh adiknya, Pierre sangat tidak terkejut dengan ini.

Tapi, seorang yang datang beberapa menit berikutnya benar-benar diluar dugaannya. Deric datang menggunakan coat coklat berkerah lebar dan topi. Mereka berbincang, Deric duduk membelakangi Pierre, sedangkan Cedric duduk menghadap pria itu.

"Saya sangat menghargai waktu, Tuan Deric, saya tidak mengharapkan keterlambatan dari seorang bergelar dokter bedah seperti anda" Ucap Cedric dengan lambat, telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk meja. Pierre membaca gerak bibirnya, tapi dia tidak bisa melihat jawaban Deric.

"Sangat disayangkan, rencana sempurna anda kalah oleh seorang anak kecil" Cedric berbicara pelan sambil menatap kasihan yang dibuat-buat. Tapi Pierre terpaku begitu tatapan Cedric mengarah padanya, pria itu kemudian tersenyum miring.

"Dan hari ini anda kecolongan lagi Tuan Deric" Seketika Deric menengok ke belakang, tapi Pierre sudah tidak ada di tempatnya, hanya tersisa minuman yang masih utuh.

Gigi Deric bergemeletuk menahan amarah. Sementara Cedric bertopang dagu dengan tatapan malas.

***

Rencana kabur Nera dimulai hari ini. Untuk memuluskan aksinya ia akan ijin dulu pada putra-putra Agraham. Meja makan sudah penuh, hanya ada satu kursi yang masih kosong, itu kursi Elliot, entah apa yang dikerjakan pemuda itu semalaman hingga datang sarapan dengan wajah kusut. Tapi sekusut-kusutnya Elliot, tampangnya masih kayak orang bener.

Sarapan dimulai oleh Agraham, Nera makan dalam diam, dia sedang memikirkan kata-kata yang tepat.

Begitu sarapan selesai, Nera membuka suara.

"Hari ini gue mau ketemu sama Bang Rajesh, nanti pulang sekolah, jadi gue mau berangkat pake motor"

"Bertemu dimana?" Tanya Dante.

"Deket kosan gue"

"Memangnya kenapa kalau berangkat bersama supirmu?" Tanya Eros. Agraham menikmati interaksi ini.

"Takut digebukin preman"

"Diego bisa bela diri, dia tidak gampang mati" Jawab Eros, huh... Diego itu salah satu muridnya, tidak mungkan dia lemah.

"Ya kalo dikeroyok ma sama aja"

"Kalau begitu, pergi dengan saya" Ucap Alejandro.

"Nggak!"

Nera segera berlari membawa kunci motor menuju garasi. Tapi begitu pintu garasi dibuka, sudah ada dua orang pemuda berbadan kekar bersandar di motornya, mereka memandang Nera dengan tangan terlipat di depan dada. Dari belakang, Alejandro datang merangkul bahu Nera, menggiring anak itu menuju mobilnya.

"Berangkat bersama saya"

Nera mengerucutkan bibir, tapi tetap menurut masuk.

Selama perjalanan mereka hanya diam, lebih tepatnya Nera yang diam, tidak menggubris saat saudara angkatnya ini mengajak bicara, bahkan,

BITTER AND SALTY [HIATUS]Where stories live. Discover now