Pukul 09.30 Mellya duduk di salah satu bangku, di depan cafe. Ia memilih di outdoor, di temani dengan secangkir jus dan cake. Setan apa yang merasuki people mager ber oknum Mellya ini, gadis pinky itu jam 7 sudah siap dengan setelan olahraganya. Katanya mau joging biasa. Pret.
Perihal Aksa, lelaki itu terus menghubungi Mellya dari tadi malam. Tch! Liburan semester kali ini kacau balau. Handphone yang sejak tadi malam ia matikan kini menyala, memaparkan banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari kontak yang ia beri nama aksayang.
Me time begini enaknya di temani Jihoon dan kata-kata pemenangnya. Kepala nya berisik, sejak tadi memikirkan siapa yang Aksa telfon dan untuk siapa panggilan sayang itu. Dan untuk saat ini, Mellya berfikir ia juga salah karena belum mendengar penjelasan Aksa, memutuskan pendapat nya sendiri tentu tidak baik untuk dirinya yang suka overthinking berlebih.
Cake yang belum sama sekali tersentuh akhirnya masuk ke dalam mulut, mengunyahnya sambil menikmati lebih dalam rasa cake itu. Tak ada kegiatan selain makan dan melihat jalanan yang macet.
Puk!
"Eh sorry ya, saya nggak sengaja!"
Mellya melengkung kan bibirnya tanpa menoleh. Ia merasa sangat emosional karena masalah tadi, sekarang di tambah kepala nya ketimpuk soda kaleng. Air matanya meluncur begitu saja, cake nya di letakkan dengan kasar. Tambah hancur sekarang mood nya.
"Maaf mbak, jangan nangis, aduh saya harus apa ini?" Lelaki yang menjatuhi nya kaleng soda kini mondar-mandir panik melihatnya menangis sesenggukan.
"Saya nggak sengaja." Lelaki yang belum ia sempat lihat wajahnya kini dengan lancang mengelus kepala Mellya dengan lembut dan Mellya bisa merasakan tangan kiri lelaki itu bergetar.
Mellya mendongak, lelaki yang ia belum kenal, asing di matanya.
"M-mbak, maafin saya ya? Saya tadi mau ambil daun diem diem di kepala mbak, eh malah plastik isi soda saya sobek terus jatuh." Ucapnya dengan tangan yang masih mengelus kepala nya.
"Mas? Mas siapa ya?"
Mellya menoleh ke belakang. Aksa. Mellya menghapus air matanya dengan gerakan kasar lalu menjauhkan kepalanya dari tangan lelaki tadi.
"Ah sorry kak, kakaknya pacar mbak ini ya? Saya tadi nggak—"
"Mas boleh pergi sekarang." Potong Aksa.
"O-oh? Yasudah ya saya pamit, maaf ya mbak, kak." Setelah lelaki tadi pergi, Aksa duduk di depan Mellya. Menatap wajah sembab akibat menangis itu lekat.
"Tau apa kesalahan kamu?"
"Dan kamu tau apa kesalahan kamu juga?" Mellya akhirnya mendongak, bertanya hal sama dengan nada tenangnya. Ia tidak boleh menangis.
"Aku tanya, Mel. Kenapa kamu nggak jawab telefon aku? Nggak balas pesan aku? Dan tiba-tiba ngilang di taman? Tadi juga siapa?"
"Kamu bisa dapat jawabannya setelah tau apa kesalahan kamu, Sa."
"Kasih tau apa kesalahan aku, Mel. Biar aku perbaiki."
Mellya tertawa kecil. "Bahkan kamu ngga tau kesalahan kamu di taman pas kemarin."
"Aku ga berbuat apa-apa."
"Brengsek." Umpat Mellya kemudian melenggang pergi dari sana. Berlari tanpa arah asal Aksa tidak mengikutinya, jangan remehkan Mellya, people mager seperti dia cukup cepat berlari.
"Bang... Jemput aku.." lirih Mellya.
***
Ryan masih bingung dengan adeknya yang sejak tadi diam sambil bersender di sofa. Melamun, tidak perduli kakaknya yang bertanya, mengajak ngobrol dan Bianka yang berusaha mengajak Mellya ke dapur untuk eksperimen lagi. Mereka di acuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feels
Teen FictionPerihal asa yang tertulis dalam aksara. Perihal janji yang terungkap dalam satu suara. Dan aksara yang tertuang dalam sebuah kisah. *** Kisah cinta rumit antara Aksa Mahatma dan Mellya Arshakala. Dua insan yang menjalani hubungan semanis madu dengan...