Part 12

1.6K 128 5
                                    

"Nabil, boleh gabung ga?" tanya Zico mendekat kearah tempat duduk Nabilla yang menghadap ke api unggun.

"Iya silahkan kak," balas Nabilla berusaha bersikap biasa setelah apa yang ia rasakan tadi sore.

Zico datang dengan gitar miliknya, serta dua cangkir kopi.

"Kopi spesial buat kamu," Zico memberikan secangkir kopi untuk Nabilla dan secangkir untuk dirinya.

Dengan senang hati Nabilla menerima kopi itu. Tanpa basa-basi ia menyeruput kopi hitam pemberian Zico.

"Makasih ya kak, kakak hobi main gitar juga?"

"Enggak terlalu sih. Kalau hobi masih belajar. Kalau gitar cuma buat ngisi waktu luang saja."

Nabilla mengangguk dan tersenyum.

"Boleh dong kak dinyanyiin, satu lagu aja," ucap Nabilla.

"Okey, aku nyanyiin lagu Ari Lasso yang judulnya Rahasia perempuan ya."

Nabilla mengangguk senang. Ia berusaha melupakan kejadian sore itu dan berusaha positif thinking terhadap Zico.

Zico mulai memetik senar gitarnya. Iapun mulai bernyanyi mengiringi alunan gitar yang syahdu.

Awalnya Nabilla menikmati nyanyian Zico yang tergolong merdu. Namun sampai di bagian reffnya justru terlintas bayangan Mayor Teddy yang sedang tersenyum menatapnya. Nabilla memejamkan matanya berusaha menghapus bayang-bayang Mayor Teddy.

"Astaga," gumamnya pelan. Ia menggelengkan kepalanya berusaha menghapus, namun ketika ia memejamkan mata justru semakin terlihat jelas bayang-bayang Mayor Teddy. Serta ingatan tentang perhatian Mayor Teddy kepadanya juga ikut memenuhi pikirannya.

Disitu Nabilla sama sekali tak fokus dengan Zico yang berusaha bernyanyi super romantis untuknya. Tiba-tiba riuh tepuk tangan menyadarkan Nabilla yang sempat melamun.

Prok prok prok!

"Bagus kak Zico! Lanjutin!" seru cewek diseberang mereka.

"Lanjut kak!" seru mahasiswa lainnya.

"Sekalian tembak Nabilla kak!" seru Agnes salah satu teman kelas Nabilla.

Terlihat Nabilla tersenyum canggung. Baru sadar dari lamunan Mayor Teddy eh malah disuruh tembak tembak aja sama Agnes.

"Hm.. kalau itu saya belum bisa sekarang. Karena nanti saya akan membuat cara yang spesial untuk menjadikan Nabilla sebagai pasangan saya," ucap Zico terlampau percaya diri.

Zico tampak menatap Nabilla dalam. Sementara Nabilla diam mematung tak bisa berkutik. Ia hanya menatap Eva dan Alena yang memberinya tatapan tajam. Ntah tatapan apa itu tak bisa diartikan.

"Nabil gimana? Mau gak ditembak Zico?" tanya Farel teman Zico. Sementara yang lain sibuk menyoraki mereka. Saat itu Nabilla malu bukan main, ingin rasanya ia lari meninggalkan lokasi.

"Gatau deh," jawab Nabilla ngasal.

Mana dari tadi ponselnya bergetar terus. Tanda banyak chatting yang masuk. Nabilla tidak bisa fokus malam itu. Ia diserbu kebimbangan. Ternyata ia hanya mengagumi Zico karena Zico tampan. Sementara ketika berada didekat Zico hambar rasanya.

"Maaf ya Nabil, jangan dibawa serius. Kita semua cuma bercanda kok," ucap Farel.

"Tapi boleh lah ya diseriusin," kata Zico menatap Nabilla genit.

Nabilla hanya tersenyum canggung.

"Langkahi dulu mayat ajudan bokap gue!" batin Nabilla kesal.

Ternyata ia lebih suka lelaki yang tak begitu genit. Contohnya Mayor Teddy.

Setelah beberapa saat mereka melanjutkan kegiatan malam dengan perbincangan tak berguna akhirnya Nabilla memutuskan untuk tidur. Nabilla tidur bertiga dengan Alena dan Eva, mereka memakai sleeping bag masing-masing.

Bukan Tentang UsiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang