20 - Remah Tambang

1.1K 180 20
                                    

Hingga jam 2 dini hari Nera tidak bisa tidur. Ia memilih memandang kota dari balkon kamarnya, Deric sama sekali tidak ada niatan untuk mengunci pergerakan Nera di rumahnya, karena dirinya tahu, Nera tidak punya tempat untuk pergi.

Beberapa jam lalu, Deric mendapat panggilan atas memburuknya kondisi Eric dan belum pulang hingga sekarang. Perhatian Nera teralih pada iring-iringan mobil jeep hitam yang bergerak menuju kompleks rumah para menteri. Dari rumah Deric jaraknya sekitar satu kilo meter. Rasa penasaran mendorong Nera untuk mencari tahu.

Ia turun dengan sedikit berlari, Leo yang sedang membaca beberapa dokumen teralih saat melihat Nera, pemuda itu pun beranjak mengikuti. Selama berjalan mengendap, ada yang aneh dengan situasi ini, biasanya banyak tentara dan penjaga berlalu lalang, tapi malam ini semuanya sepi.

Nera dan Leo bersembunyi di balik dinding pagar salah satu rumah, jaraknya lima puluh meter dari rumah tempat berhentinya mobil-mobil itu. Empat orang berpakaian hitam turun, disusul satu orang berambut pirang panjang yang berdiri di samping mobil. Seketika mata Nera melebar, tubuhnya mendadak kaku. Pemuda itu, yang berdiri di sana, adalah Shira.

Lima belas menit berlalu, Nera masih terdiam, empat orang berpakaian hitam yang menyusup ke rumah itu kembali dengan membawa satu tubuh lemah yang terikat. Dari posturnya ia seorang laki-laki. Mobil-mobil itu berlalu pergi, meninggalkan Nera dan Leo dalam keterdiaman.

Kenapa dirinya bisa begitu dekat dengan seorang yang selama ini dia cari, justru di saat segalanya sedang rumit.

***

Langkah kaki beralas sandal jepit memijak sepanjang garis gang kumuh pinggiran kota. Daerah ini sekitar 200 meter dari batas pagar sebuah bangunan besar pembangkit listrik tenaga uap. Kepulan asap membludak keluar dari corong-corong raksasa, terlepas meruah bercampur udara terbawa angin. Katanya, asap itu sudah tersaring hingga dikatakan aman untuk dihirup, tapi kenyataannya banyak masyarakat yang bertahun-tahun menghirup udara di sana terserang berbagai penyakit pernapasan berbahaya.

Di sisi selatan, 2 kilo meter jauhnya, sebuah pabrik raksasa berdiri. Katanya pabrik itu memproduksi berbagai elektronik bermerk terkenal dunia. Tapi seterkenal apapun merk yang dihasilkan, yang warga kenal hanya limbahnya yang telah mematikan mata pencaharian mereka. Tongkang- tongkang pengangkut batu bara yang merupakan sumber bahan bakar PLTU dan tongkang-tongkang pengangkut nikel pabrik elektronik telah merusak keindahan terumbu karang.

Jangkar-jangkar mereka, tumpah ruah muatan mereka, dan jalur laju mereka telah merenggut hak tumbuh terumbu karang dan ikan-ikan para nelayan.

Jika udara telah mereka renggut dengan asap-asap, air menjadi tak layak tercampur limbah, ikan-ikan hilang akibat ekosistem rusak, lalu apa ini layak disebut kehidupan masyarakat bernegara?. Pembangunan pemerataan yang mereka jumawakan untuk mempermudah kehidupan masyarakat pada akhirnya hanya menjadi lumbung keuntungan, masuk kembali kedalam kantong-kantong mereka, melalui saham-saham yang para pejabat dan menteri miliki di berbagai perusahaan yang akhirnya terpilih sebagai vendor proyek melalui lelang terskenario.

Langkah pemuda itu berhenti sejenak, helaian rambut panjang terkibar menerpa gagang gitar akustik di punggungnya. Matanya memandang jauh pada lahan berisi tumpukan limbah, lahan ini dulunya adalah padang rumput luas, tempat anak-abak bermain layang-layang hingga dipaksa pulang karena sudah hampir malam. Tapi kini penuh limbah berbahaya yang entah bagaimana selalu lolos pemeriksaan AMDAL ketika masyarakat menuntut keadilan di persidangan.

Langkahnya kembali berlanjut, menuju sekumpulan orang di balai bambu. Mereka antre untuk masker yang dibagikan oleh sekelompok pemuda berpenampilan preman, tumpukan plastik berisi bahan pokok juga dibagikan satu-persatu. Dibawah pohon, seorang pemuda berdarah timur tengah menyadari kehadirannya, sementara dirinya melamun mengingat setiap lengan yang harusnya masih ia gengam hari ini. Ini, adalah tempat kelahirannya, sekaligus tempat keluarga dan teman-temannya dikebumikan akibat kematian prematur.

BITTER AND SALTY [HIATUS]Where stories live. Discover now