_____________________________
"𝐁ang Juna?"
Seketika atensi Arjuna langsung beralih pada suara Abima yang terdengar agak serak karena mungkin efek baru terbangun dari tidurnya.
Segera ia menyapa nya menepis dulu pertanyaan pertanyaan yang berputar dikepalanya barusan.
Abima kemudian tersenyum diikuti sang adik dengan raut bertanya tanya dibelakang tubuh kecil sang kakak.
"Padahal, nggak harus hari ini juga mampirnya. Malah ganggu hari libur bang Juna.""Ah... Enggak ganggu, malah seneng bisa sekalian jalan-jalan pagi kesini," Jawab Arjuna sambil memberi plastik berisi beberapa kue yang ia beli sebelum kesini.
"Tuh kan, malah ngerepotin bawa kue juga. Abim jadi ngga enak,"
Ujar Abima merasa tidak enak hati pada orang didepan nya.Akhirnya mereka beranjak untuk duduk di meja sederhana yang biasa digunakan Abima dan adik-adiknya makan bersama setiap harinya.
Abima pun kemudian memperkenalkan Arjuna pada Hadnan, dan setelah mengetahui fakta itu bocah yang senantiasa membawa boneka paus ditangannya mulai banyak berceloteh riang. Entah ucapan terimakasih atau bercerita kehidupan sehari-hari nya.
Ternyata Hadnan seceria itu ya? Walau baru mengenal beberapa menit yang lalu tapi ia bisa langsung mengakrabkan diri dengan mudah.
Kemana Theo? Jawabannya anak itu masih tertidur dikamarnya karena kelelahan belajar semalam penuh untuk ujian kenaikan kelas yang akan Terlaksana sebentar lagi."Jadi, Abang ini bang Arjuna ya!" Dengan mata berbinar Hadnan berucap kagum ke arah Arjuna.
Bocah itu mulai bercerita panjang lebar tentang Abima, dirinya dan satu lagi saudaranya yaitu Theo.
Sambil mengenggam sebuah kue dadar gulung, Hadnan bercerita. "Kalau ngga ada bang Juna malem itu pasti kak Abim ngga bakal pulang lagi deh, pernah waktu itu kak Abim nggak pulang seharian. Terus aku sama mas Theo inisiatif nyari kak Abim, ya walaupun aku maksa mas Theo sih. Ternyata kak Abim ketiduran didekat makam mama."
Tertengun dengan ucapan Hadnan, Arjuna menatap Abima yang sekarang menunduk sembari mengerucutkan bibirnya. Arjuna tersadar bahwa Abima, walaupun ia yang memegang tanggung jawab kedua adiknya, ia juga masih seorang anak-anak yang tidak lebih dari kata bingung dan bertanya-tanya. Ah, Jadi teringat masa lalu. Dimana Arjuna berada diposisi yang sama dengan Abima,
Obrolan itu berlanjut cukup pasif, karena lebih banyak Hadnan yang bercerita dan terkadang diselingi candaan dari Abima. Arjuna tersenyum melihat itu, seperti melihat Saputra yang ceria.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi hari ini, matahari mulai bertambah meninggi seiring bertambahnya jam.
Sampai disaat,
Hadnan berpamitan untuk ke kamar kecil karena ingin buang air, Arjuna lantas berfikir untuk bertanya perihal pertanyaan yang mengganjal hati nya sedari tadi, perihal... Foto itu. Namun ia merasa tidak enak hati karena sebagai orang yang baru kenal, itu hal yang kurang sopan. Juga mungkin itu hal yang sensitif untuk Abima.Melihat ekspresi Abima yang tersenyum kearahnya menggerakkan bibirnya untuk bertanya,
"Abima, maaf jika terkesan menyinggungmu tapi... Bolehkah aku bertanya siapa yang ada didalam foto yang kau simpan dinakas?" Tanya Arjuna.Hening sejenak menyelimuti mereka, Arjuna kini merasa menyesal bertanya karena bisa mendapatkan raut perubahan di wajah anak di depannya ini. Terlihat murung.
Namun perlahan Abima mengangkat pandangannya yang awalnya menatap ke arah meja, ia mulai menjawab pertanyaan Arjuna dengan senyum tipis. "Yang di figura warna merah muda itu mama. Dan yang disebelahnya... Ayah.
•·•
Suara kicauan burung terdengar samar, disinilah Arjuna berada. Setelah berpamitan dan meninggalkan rumah Abima dan adiknya, ia hanya bisa termenung disisi taman kota saat ini. Tidak menghiraukan panas terik yang menyerang karena ia tiba disini sekitar jam 10 pagi tadi dan ia sudah termenung disini hampir satu setengah jam.
Matahari telah meninggi dengan sempurna, menyorot nya dengan terang. Seakan mengantar kehangatan pada jiwanya yang seakan terhenti sejenak.
Hal apa yang ia temukan saat ini, setelah sekian tahun? Fakta apa yang ia dapati, bahwa sang Ayah memiliki anak dengan wanita lain? Bahwa ternyata selama sang Ibunda menghadapi kesulitan selama ini untuk tetap hidup dan berjuang membesarkan ia dan Saputra. Tapi ternyata, di sisi lain? Ia memiliki keluarga lain yang bahkan sempat harmonis? Sungguh tidak adil,
Flashback.
"Dulunya memang keluarga kami hangat, sangat hangat. Tapi entahlah setelah malam terakhir ditahun itu... ayah mulai berubah, Mama mulai berteriak dengan keras sambil berkata bahwa Ayah adalah bajingan yang amat jahat yang pernah ia temui. Setelah kejadian hebat yang membuat hampir seisi rumah berantakan,
Ayah pergi dengan meninggalkan luka didahi mama malam itu, setelahnya hal hal buruk mulai terjadi pada keluarga kami. Ayah mulai berlaku kasar bahkan pada Theo, anak yang amat ia banggakan.""Sekian tahun, Mama meninggal dalam kecelakaan mobil saat ia berkata akan pergi ke pemakaman di pinggir kota. Aku fikir ia hanya akan berkunjung ke makam salah satu kerbat atau temannya, nyatanya ia sekarang malah tertidur disana." Abima bercerita panjang lebar tentang keluarganya tanpa ragu. Tapi Arjuna hanya terdiam disisi meja itu, pikiran nya berkecamuk semua fakta ini seakan menghantam kepalanya dengan amat kencang.
Sebenarnya apa yang Ayahnya sembunyikan selama ini, belum cukupkah luka yang ia perbuat di jiwa nya dan sang adik? Mengapa kenyataan semenyakitkan ini?
___________________
ᴛᴇʀɪᴍᴀᴋᴀsɪʜ ᴛᴇʟᴀʜ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ sᴀᴍᴘᴀɪ ᴀᴋʜɪʀ!
ᴛᴜɴɢɢᴜ ᴋᴇʟᴀɴᴊᴜᴛᴀɴ ᴋᴀʀʏᴀ ɪɴɪ ᴅɪʙᴀʙ sᴇʟᴀɴᴊᴜᴛɴʏᴀ ʏᴀ. ᴛᴇᴋᴀɴ ᴛᴏᴍʙᴏʟ ʙɪɴᴛᴀɴɢ ᴅɪʙᴀᴡᴀʜ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴋᴀʀʏᴀ ɪɴɪ,
ᴛᴇʀɪᴍᴀᴋᴀsɪʜ!
(◍•ᴗ•◍)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝘿𝙖𝙧𝙞 𝙆𝙖𝙢𝙞 [ᴛxᴛ]
Fanfiction𝙆𝙞𝙨𝙖𝙝 𝙡𝙞𝙢𝙖 𝙞𝙣𝙨𝙖𝙣 𝙨𝙚𝙙𝙚𝙧𝙝𝙖𝙣𝙖, 𝙙𝙖𝙣 𝙞𝙢𝙥𝙞𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙧𝙚𝙠𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙙𝙪𝙣𝙞𝙖. "𝘒𝘪𝘵𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢, 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘈𝘣𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯." 𝘚𝘦...