Aku

9 2 0
                                    

Hoseok membungkukkan badannya sebagai salam perpisahan, dan berlalu dengan menenteng sebuah bungkusan di tangan nya. Bungkusan itu berisi beberapa potong kecil kue ulangtahun sisa dari pemilik rumah yang hari ini di datanginya, sebagai tambahan upah kecil yang didapati dari hasil membersihkan halaman sang pemilik rumah. Sekilas tersenyum membayangkan bagaimana reaksi orang terkasihnya nanti ketika melihat apa yang dibawanya, rasanya tak sabar untuk tiba dirumah.

"Kakak....."

Hoseok baru saja tiba, hendak membuka sepatu sebelum sebuah buntalan menggemaskan berlari menghampirinya.

Masih dengan baju tidur berwarna kuning dengan gambar larva kesukaan sang adik, rambut hitam legam dengan model semi mangkuk, serta dua pipi bulat kemerahan kesukaannya... Sungguh... Adiknya ini perpaduan antara tampan dan manis secara bersamaan.

Memeluk si kecil dan membelai kepalanya dengan sayang, secara ajaib rasa lelah yang hinggap di tubuhnya menghilang.

"Kakak tadi berangkat pagi-pagi sekali?" Si kecil bertanya seraya mengikuti langkah Hoseok yang hendak ke kamar berganti pakaian, "Kookie tadi tidak melihat kakak, ketika lihat ke jendela ternyata sedang turun salju lebat. Kakak dapat pekerjaan lagi untuk membersihkan salju?" Merasa tidak ada tanggapan dari sang kakak, si kecil melanjutkan "Harusnya kakak mengajakku," Kali ini Kookie atau si kecil yang bernama Jungkook ini menyilangkan kedua tangannya di dada, "jadi Kookie bisa ikut kakak dan membuat manusia salju disana... Sudah lama rasanya tidak membuat manusia salju. Yakan kak?"

Adiknya ini masih saja sama cerewet nya, meskipun begitu Hoseok tetap mengangguk membenarkan. Hoseok kadang heran, darimana sifat ini berasal mengingat ayahnya hanyalah seorang lelaki tambun yang tidak begitu sering berbicara. Mungkin dari ibunya? Entahlah...

Berlalu menuju dapur, ia membuka bungkusan yang didapatnya tadi. Menata potongan kecil kue itu kedalam sebuah piring.

"Yeayyy... Keikkk..." Lagi-lagi seruan bernada girang itu terdengar oleh Hoseok, sang adik yang tampak berlari menghampirinya dengan semangat. Dua buah pipi kesukaan nya itu bergoyang dengan lucunya. Tentu saja ia tidak akan protes dengan pengucapan bahasa inggris yang asal saja disebut sang adik, tidak apa-apa, lucu kok.

Bersusah payah Jungkook menaiki kursi makan dengan tubuhnya yang cukup mungil berisi, bertepatan dengan selesainya Hoseok menata kue di piring, Jungkook juga berhasil membuat badannya berdiri sempurna di atas kursi. Mata bulatnya berbinar menatap 2 potong kue coklat kesukaannya...

"Kakak membeli kue coklat???"

Hoseok menggeleng, tidak menatapnya langsung namun Jungkook tidak mempermasalahkan itu. Mungkin kakaknya sedang fokus, begitu fikirnya.

Selanjutnya Hoseok terlihat kembali sibuk, mengambil sebuah bungkusan kecil yang terlewat dari mata si kecil dan mengeluarkan isinya, sebuah lilin bertuliskan angka 15.

Memasangkan nya di atas kue, lalu menyalakannya.

"15?? " Jungkook memiringkan kepalanya bingung, "siapa yang 15 kak? Bukannya kakak tahun ini 25?"

Lagi-lagi keheningan menjawabnya.

***

"Aku tidak bisa."

Lagi-lagi jawaban itu membuat Seokjin menghela nafasnya dan bertanya dengan nada kesal, "Tapi kenapa???"

Laki-laki dengan jas panjang kebesarannya yang berwarna putih itu tidak menjawab, lebih tepatnya tidak tau harus menjawab apa.

" Kita tidak bisa membiarkan Hoseok dengan imajinasinya terus menerus Joon. Hoseok harus meneruskan kehidupannya..."

"Aku tau"

Once Upon Time's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang