Matahari mulai terbit. Para pekerja mulai memenuhi trotoar dan lalu lintas yang mulai padat.
Para siswa pun mulai berangkat menuju sekolah. Mereka yang telah sampai segera melewati gerbang sekolah yang secara otomatis melakukan scan pengecekan keamanan pada mereka. Setelah melewati gedung utama, CCTV mulai mengawasi setiap pergerakan mereka dengan teknologi super canggih.
"Semakin lama gue sekolah di sini, semakin gue merasa sekolah ini menakutkan," ucap Riyana.
Daniel dan Riyana yang semula melihat sekitar, beralih ke arah Kaivan yang fokusnya terkunci pada seorang wanita paruh baya yang berdiri di samping pos. Sorot matanya sangat hampa seakan tidak ada tanda kehidupan, di sampingnya ada spanduk besar bertuliskan... 'Tolong kembalikan anakku.'
"Gue dengar, katanya ibu itu datang setiap pagi berdiri seharian di sini sambil menunjukkan spanduk itu. Dan sudah 11 tahun lamanya, itu dia lakukan dengan harapan agar pihak KHS mengembalikan putranya karena dia yakin bahwa KHS lah yang menculiknya." Riyana memberitahu.
"Dulu sebelum KHS dibeli oleh Ganesa Holand, awalnya KHS adalah milik profesor Perantero. Dan ada satu kejadian di mana semua murid KHS serta orang-orang yang tinggal di sini terbunuh. Jasad-jasad mereka dikembalikan ke keluarga, tapi hanya jasad anak ibu itu aja yang belum ditemukan bahkan sampai sekarang," lanjutnya.
*****
Marigold Room.
Gadis itu baru saja keluar dari dalam tabung. Mata cukup jeli menatap ke sekitar, seolah waspada akan sesuatu. Ruangan itu tampak seperti ruang siswa atau ruang penelitian daripada UKS.
"Saya tau kamu tidak bisa merasakannya, tapi kamu harus hati-hati. Terus membiarkan dirimu terluka, sama saja kamu membuat dirimu sendiri celaka," ucap wanita mengenakan almamater putih khas dokter tersebut.
"Hm. Sudah selesai?" tanya gadis itu singkat.
"Ya."
Gadis itu langsung turun dari atas brankar, dan segera berlalu keluar.
Sesaat setelah gadis itu keluar dari ruang itu, wanita tadi bersama rekannya langsung membicarakannya.
"Dia?"
"Ada apa?"
"Sepertinya, kali ini semua tidak akan berjalan sesuai rencana Gravior."
"Kenapa?"
"Penghalang kali ini sepertinya bukan orang biasa. Kuatnya setara, atau bahkan melebihi pilar Gravior."
Dengan langkah mantap, ayunan kaki santainya membawa gadis itu ke rooftop. Mematri langkah dan berhenti di samping seorang cowok yang tak lain adalah Gelando, salah satu pilar Gravior.
Gadis itu mengikuti arah pandang Gelando. Dia tersenyum miring lalu berucap, "Ya ini konsekuensi jatuh hati. Kalau tidak dapat hatinya, ya jatuhnya."
"Ada yang bilang, lebih baik melihat dia bahagia sama yang lain daripada melihat dia dimakamkan. Huh! Sungguh mulia hatinya," sambungnya.
Pandangan Gelando yang semula memperhatikan dua murid yang berbeda gender sedang bermesraan di taman, ia alihkan ke gadis itu.
"Justru aku sebaliknya. Aku lebih baik melihat dia dimakamkan daripada melihatnya bahagia bersama orang lain. Karena lebih baik aku mengirim doa dalam tidur panjangnya, daripada aku harus mendoakan kebahagiaannya bersama orang lain. Seegois itu au? Hahaha, tapi jujur. Jika aku dan dia tak bisa bersama, maka aku rela dia bersama dengan penciptanya di kehidupan abadinya," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KRISAN HIGH SCHOOL
Mystery / Thriller"Apa yang kamu lihat belum tentu sama, sama apa yang kamu pikirkan. Jadi, berhati-hatilah!"