Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Jangan ditanya seberapa jatuh aku mencintaimu, andai kamu tau seberapa banyak air mataku jatuh karena takut kehilanganmu."
•••
Sebulan kemudian.
Vegas memang tidak terburu-buru untuk membuat pernikahan Paris dan Baron. Kali ini kediaman Minor sedang melangsungkan pernikahan Macau dan Porschay. Media besar juga telah mengabarkan berita besar ini.
Porschay terlihat begitu gugup ketika dirinya berada di ruang pengantin. Para perias pengantin sedang sibuk merias Porschay dan memakaikan gaun pernikahan berwarna hitam.
"Phi Porsche, apakah wajahku terlihat pucat?" Tanya Porschay pada kakaknya.
"Tidak. Kamu terlihat sangat cantik." Kata Porsche lembut.
Tak berselang lama, Tankhun pun datang untuk melihat Porschay. "Astaga. Kau terlihat cantik sekali."
"Terima kasih, Phi Tankhun." Jawab Porschay.
Setelah selesai merias dirinya. Porsche pun segera Menganti bathrobenya menjadi gaun pengantin. Bahkan dia tidak memakai gaun berwarna putih. Menurut gaun hitam lebih cocok dengan statusnya yang dulu sebagai seorang janda.
Gaun warna hitam karya Bodanovia terlihat begitu cocok di tubuh Porschay. Hingga akhirnya Porsche dan Tankhun akan berlalu. Sedangkan, Kinn tengah menunggu di depan pintu rias pengantin.
"Chay, kali ini Phi Kinn akan mengantarmu ke altar?" Ucap Porsche pada sang adik.
"Iya. Bahkan aku tahu bila Phi Porsche tidak bisa mengantarku." Jawab Porschay lembut.
"Kami harus pergi." Kata Tankhun dan Porschay pun mengangguk.
Setelah itu Kinn pun datang dan membuat kedua uke itu harus pergi ke area altar pernikahan. Terlihat sekali bila Porschay begitu gugup di pernikahan keduanya. Bahkan pernikahan hanya di hadiri oleh beberapa kerabat dan kolega.
"Apakah kau gugup di pernikahan keduamu ini?" Tanya Kinn pada adik iparnya.
Porschay pun mengangguk. "Iya. Aku rasa masih sedikit gugup."
"Tenang saja. Aku akan mengantarmu sampai ke altar dengan selamat." Ucap Kinn sebagai penenang untuk adiknya.
"Baiklah." Porschay sangatlah percaya sepenuhnya.
Setelah itu kaki jenjang milik Porschay pun melangkah bersama dengan kakak iparnya. Bahkan para tamu undangan berdiri ketika melihat Porschay datang dengan gaun hitamnya serta kain veil yang menutupi wajahnya.
Jinnie turut bahagia atas pernikahan kedua Ibunya. Bahkan sekarang ini dirinya duduk di samping Phoenix. Namun sayangnya Kim tidak hadir di pernikahan kedua dari mantan istrinya.
Iris mata Macau melihat kearah Porschay yang berjalan kearahnya. Lalu Kinn segera menyerahkan Porschay pada sepupunya.
"Aku serahkan Porschay padamu?" Kata Kinn pada Macau.
"Iya. Aku akan mencintai dengan seluruh jiwa ragaku." Ucap Macau pada sepupunya yang mengantar Porschay.
"Baiklah. Aku undur diri." Kata Kinn dan berlalu.
Hingga akhirnya upacara pernikahan pun di laksanakan. Bahkan para tamu undangan duduk di tempatnya masing-masing. Jemari kekar milik Macau pun memegang tangan Porschay. Keduanya saling berhadapan satu sama lainnya.
• • •
"Aku menerimamu, Porschay Pichaya Kittisawat. Untuk memilikimu dan menjagamu." Ucap Macau pada pria cantik di hadapannya itu.
"Di dalam suka dan duka." Kata Porschay lembut.
"Saat susah atau pun senang."
"Dalam sehat dan sakit."
Macau pun mengangguk. "Aku mencintaimu."
"Untuk saling menyayangi sepanjang hidup kita." Ucap Porschay pelan dan pasti.
Macau pun mengangguk melihat kearah pujaan hatinya. "Aku terima."
Jemari kekar milik Macau pun membuka kain veil di wajah Porsche. Lalu pria cantik itu itu pun berbisik pelan.
"Aku mencintaimu."
Macau pun tersenyum. "Aku juga mencintaimu."
Hingga akhirnya keduanya pun berciuman di atas altar pernikahan. Semua orang bertepuk tangan ketika melihat momen ini. Sedangkan Paris berdiri di samping Baron yang setia menggenggam tangannya.
Acara prosesi pernikahan pun telah berakhir. Hingga akhirnya resepsi kecil-kecilan di lakukan.
"Paris, mau pergi kemana?" Tanya Baron pada kekasih mungilnya.
Pria manis itu pun mengeleng pelan. "Aku takut keramaian. Bisakah kita duduk-duduk di taman belakang."
"Baiklah. Mari kita istirahat sejenak dari keramaian." Ucap Baron dengan penuh kesabaran.
Iris mata Nang Minor pun melihat kebersamaan putra kecilnya bersama Baron. Bahkan dirinya juga mendengar bila Yattika telah tinggal di rumah baru milik Baron yang di beli dari kerja kerasnya.
"Ada apa?" Tanya Vegas pada sang istri.
Pete pun tersenyum. "Paris sedang pergi bersama dengan Baron. Terlihat sekali bila keduanya saling menyayangi."
"Seperti masa muda kita." Celetuk Vegas.
"Dasar gombal." Kesal Pete pada suaminya.
Kali ini Paris mendudukkan dirinya sambil melihat kearah air mancur. Jemari lentiknya mengelus perutnya dengan begitu lembut. Bahkan Baron hanya melihat kearah Paris dengan sendu.
"Bisakah aku mengelus perutmu yang terdapat adik bayi?" Tanya Baron lembut.
Paris pun mengeleng pelan. "Baron, bagaimana bila kamu menyentuh kantong kolostomiku? Aku takut bila kamu akan jijik padaku?"
"Tidak. Bahkan kita sama-sama manusia." Jawab Baron sambil mencolek hidung bangir milik Paris.
Dengan begitu lembut. Baron mengelus perut Paris yang terlihat membesar di balik kemeja kebesaran milik Paris. Bahkan pakai Paris terbilang cukup formal dan sangat pas untuk orang hamil.
Pria cantik itu pun menyandarkan kepalanya di bahu milik Baron. Bahkan dekapan Baron sangatlah hangat.
"Berapa lama adik bayi akan lahir?" Tanya Paris lugu.