"Ayah, apa aku tidak akan bisa menjadi seorang Raja?"
"Kenapa Pangeran bertanya begitu, tentu saja Pangeran akan menjadi seperti Ayah."
"Tapi dokter berkata aku tak bisa hidup lama-"
"Pangeran baik-baik saja dan akan sehat selamanya. Ada Ayah dan Ibu, Pangeran tenang saja"
"Benarkah?"
Pria paruh baya berstatus Raja itupun mengangguk seraya tersenyum, palsu.
Mendengar perkataan putranya jelas membuat hatinya tersayat mengetahui fakta itu. Bahkan anak kecil itu sudah dapat memahaminya meski masih terasa samar.
Mengecup kening putra kesayangannya, ia membawa tubuh kecil nan ringkih itu ke dalam pelukan hangatnya.
Dalam hati terus melafalkan doa kepada Dewa, berharap putranya dapat hidup panjang.
.
.
"Pangeran apa kau ingat di wilayah Utara pernah terjadi wabah mengerikan yang hampir menewaskan setengah dari rakyat mu?"
Yechan memicingkan matanya, kenapa Jaehan mengungkit hal yang sangat Yechan hindari untuk dibahas. Kenangan mengerikan itu... Mengingatnya saja Yechan ingin sekali marah pada seluruh pihak Istana pusat. Terutama Kim Jaehan!
"Ada apa? Aku tak suka membahas hal itu"
"Tapi aku ingin menceritakannya. Aku tau kau sangat membenciku karena itu."
"Jadi kau ingin memberi pembelaan? Semacam klarifikasi agar aku tak menyalahkan mu lagi?"
Jaehan mengangguk. "Karena aku memang tidak salah."
"Ckh"
Sedikit menghela kecewa, Jaehan tetap berharap Yechan mau mendengarkannya.
"Kau berkata akan mempercayai ku, Pangeran."
"Katakanlah"
"Aku tidak akan memaksamu untuk percaya atas apa yang akan aku ceritakan soal masalah ini. Tapi, ku rasa aku memang perlu memberitahu mu. Setidaknya dengarkan saja, percaya atau tidak biar kau yang menilainya sendiri."
Yechan mengangguk setuju dan akhirnya mendengarkan kembali kisah kelam kala itu.
***
Suara teriakan memekikan begitu terdengar mengerikan. Mereka berlarian mencari pertolongan. Berlari kesana kemari dengan rasa sakit yang menggerogoti tubuh ringkih yang terlihat begitu menyedihkan.
Diantara mereka yang terlihat menyedihkan ada pria tampan yang menangis dalam diam, menyaksikan rakyatnya mengalami kesulitan seberat ini. Wabah penyakit datang secara tiba-tiba di wilayah Utara.
Tempat tinggal yang kondisinya sudah mengenaskan semakin mengenaskan akibat wabah yang datang tiba-tiba. Benaknya terus melontaran sumpah serapah kenapa cobaan datang bertubi-tubi kepada rakyatnya. Rahasia Dewa apa yang sedang di rancang untuk negeri nya, kenapa semua ini terjadi?
Korban semakin banyak namun bantuan tak kunjung datang, pihak pemerintahan Utara hanya bisa mengerahkan bantuan seadanya. Tidak ada tim medis yang kuat. Mereka hanya menggunakan pengobatan alami seadanya. Pangeran Yechan dan Putra Mahkota Jinwoo bahkan sampai turun tangan menangani para korban.
Sementara bantuan dari pusat yang mereka harapkan tidak juga datang. Mereka sudah mengirim orang untuk melaporkan langsung kepada Yang Mulia agar segera menangani kasus mengerikan ini, namun hingga detik ini tak ada penanganan apapun.
"Pangeran tolooong kami"
"Yang Mulia sakit sekali... "
"Aaaarrrhhhh"
"Sakiiiit"
"Yang Muliaaaa"
Sebentar Yechan memejamkan matanya, menyakitkan sekali mendengar setiap teriakan memilukan rakyatnya. Mengusap peluhnya, Yechan kembali fokus membantu memberi obat kepada rakyat-rakyatnya.
.
Sementara itu di Istana Timur ada seorang Menteri yang sedang melaporkan hasil kerjanya. Wajah bangga tergambar disana, maksud hati berbangga diri atas hasil kerjanya.
"Saya sudah mengirim bantuan medis serta pangan Yang Mulia, semua itu sudah diperhitungkan akan membantu Masyarakat disana sebanyak 90%. Laporan datang jika tim medis disana sangat sedikit, sehingga kita harus mengirim lebih banyak tim medis agar bisa segera meredakan wabah menjijikan itu" Lapor nya, sang Raja yang mendengar itu hanya mendecih pelan.
"Menjijikan ya? Bisa kau jelaskan seperti apa penyakit yang terjadi disana? Apa kau sudah memeriksanya langsung?"
"I-itu... Ekhem. Saya belum melihat secara langsung Yang Mulia. Namun saya sudah mendapat laporan detail dari bawahan saya"
"Datanglah kesana baru bicara pada ku. Aku tidak menerima laporan mengada-ngada yang kau ucapkan!"
"Yang Mulia?!"
"Sekarang! Aku tak suka melihat mu, pergi dan lihatlah. Pastikan Rakyatku sembuh total"
"Y-yang Mulia tapi disana sangat berbahaya"
"Lalu? Rakyatku kesulitan disana, untuk apa kau menjadi pembantuku kalau tak bisa berbuat apa-apa. Laksanakan!"
"B-baik Yang Mulia"
Tbc.
Tak akan langsung ku ceritakan soal Pangeran Hangyeom dan Ibu nya 😀
KAMU SEDANG MEMBACA
King of Antella Kingdom - Yechan Jaehan
FanfictionTidak akan aku hentikan, sampai kau memohon pengampunan dengan darah mengalir di mata mu - Kim Jaehan.