07. Membalas dua?

6 2 0
                                    

Kaki seorang lelaki berdiri di samping makam berhias nisan yang bertuliskan nama, "Olivia Amelia." Tubuh lelaki itu yang biasanya kokoh menjadi ringkih, air matanya berhasil lolos dari pelupuk yang biasanya mampu membendung, kulit wajahnya yang putih pun memerah, dan diterpa angin sepoi-sepoi yang melintasi udara di makam kala itu.

"Gue gagal jadi Abang!" Gusarnya kepada diri sendiri.

"Gue gagal!" Makinya sekali lagi.

Dia mengingat kembali betapa riangnya gadis itu ketika masih bisa dipangku olehnya.

Kembali pada kenangan bagaimana bahagianya keluarga mereka dahulu.

Kini semuanya berubah. Ntah apa yang terjadi pada mereka.

Dengan berat hati, lelaki dengan tanda nama Kenzo Rajendra itu beralih dari sana untuk kembali menjalani semuanya tanpa Sang Adik.

Ia menaiki motor lalu mengaitkan chin strap helm-nya.

"Gue bakalan cari lo, Sam." Ucapnya, sebelum melaju pergi.

✧✧✧

Jerrye berjalan memasuki kelas. Kelasnya juga ikut ramai dengan anak-anak yang membahas kabar yang didengarnya dari televisi bus tadi.

Lalu, bagaimana dengan tanggapan Jerrye mengenai hal itu?

Dia tak peduli sama sekali.

Jerrye melungguh di bangku dan langsung menyandarkan tubuhnya.

"Woy, bro!" Panggil Arthur sembari merangkul Jerrye yang baru saja duduk dan masih memikul tasnya.

"Good morning." Jerrye menyapa balik tanpa ekspresi.

"Eh, Jer," Arthur mendekatkan wajahnya ke telinga Jerrye.

"Lu denger kabar barusan gak?" Bisiknya.

Jerrye mengangkat bahunya memberi tanda tak tahu. Sebenarnya dia sudah mengetahui kabar itu, tetapi berpura-pura tidak tahu saja.

Arthur sudah memahami karakter Jerrye, bahwa dia bukanlah orang yang peduli dengan berita-berita seperti itu.

"Ah elu, gak asik!" Arthur menyikut jantan lengan Jerrye disusul tawa tipis Jerrye.

"Thur, Thur!" Panggil seseorang tanpa aba-aba.

Arthur menoleh ke sumber panggilan tersebut.

"Kenapa, Sof?"

"PR Fisika lu udah dikerjain belum? Gue lupa astaga gara-gara semalem rapat!" Keluh Sofie sambil menunjukkan mimik wajah memohon kepada Arthur agar diberi contekan.

"Lah, emang hari ini ada PR?"

Sosok di belakang Arthur bangkit dari posisi nyaman lalu sontak menoyor kepalanya. Padahal, pertanyaan seperti itu sudah biasa keluar dari mulut anak-anak pemalas.

"Sakit tolol, Jer!" Gerutu Arthur kesal, ia mengelus titik kepala yang dijadikan sasaran Jerrye tadi.

"Lu goblok lagian. Nih!" Jerrye menyodorkan sebuah buku latihan yang setiap soal-soalnya sudah dikerjakan secara rapi serta tuntas. Arthur cengar-cengir, tentu saja ia langsung menerimanya dengan senang hati.

"Hehehe, makasih." Ucap Arthur. Sebuah kekehan menyebalkan sehabis menerima surga di pagi hari baginya menyuara. Berkat buku itu, amarahnya mereda.

"Lu juga boleh liat kok, Sof," Tawar Jerrye.

Si Bisu Yang Berbicara [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang