[4] Friend's, Can't Love!

15 9 0
                                    

•••••
Happy reading all!
•••••

"Syarat buat bisa kawin?" tiba-tiba laki-laki berambut kriting datang dengan 2 kresek putih ditangannya dan jangan lupakan kacamata bulatnya.

"Kenapa sih lo dateng kesini! Gue kan lagi ngobrol serius sama Daksha!" kesal Delfi.

"Terserah gue, lah! Ini kan kelas penghuninya bukan lo doang!"

"Lagian lo ngapain tiba-tiba dateng ke kelas? Ganggu aja lo!" ujar Delfi kepada Bimantara. Laki-laki berambut kriting tersebut langsung membawa kursi yang ada disebelahnya.

"Nah kan. Gue kepo jadinya, emang kalian ngapain berduaan kaya gini? Kalian pacaran, ya? Sampe pembahasannya bikin gue kepo." seru Bimantara lalu ia menyuapkan cilok kedalam mulutnya.

"Lo kok jadi orang kepoan? Ini itu urusan gue sama Daksha, bukan sama lo bambang!"

"Urusan Daksha juga itu jadi urusan gue! Gue kan temennya Daksha, Delfi. Gue mau jadi orang yang setiakawin!"

"Setia kawan, bukan setia kawin ihhh!" kesal Delfi lalu ia mencubit tangan Bima. Membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Sakit, Fi! Tangan item lo ngga boleh nyubit tangan putih gue!" Bimantara lalu mengusap-ngusap tangannya, dan masih ada bekas cubitan Delfi.

"Narsis lo!"

"Rasis bukan narsis!"

"Sama aja, bambang!"

"Beda, Delfi! Kalo rasis itu menjelekkan dan membeda-bedakan kulit orang lain. Kalo narsis berarti lo itu suka sama gue!" balas Bima tidak mau kalah. Delfi bergidik ngeri membayangkan bagaimana kalau jadinya ia suka kepada Bima.

"Amit-amit gue suka sama lo, lagian cowo banyak kok ngga lo doang didunia ini," terang Delfi.

Kini Delfi beralih menatap Daksha yang sedari tadi diam menyimak adu mulut Delfi dan Bima. "Daksha, emang lo ngga geli gitu punya temen kaya si Bima? Lama-lama gue pengen jitak dia pake teplon Ibu gue!"

Daksha tertawa pelan mendengar penuturan Delfi, "Emang gitu orangnya, kok." jawab Daksha sambil membaca komik diatas mejanya.

Delfi tidak menyangka kalau ia dan Bima adu mulut bisa membuat Daksha tertawa? Biasanya Daksha jarang sekali bisa tertawa seperti itu, tersenyum kepada orang pun jarang sekali.

Daksha yang menyadari kalau Delfi tersenyum kepadanya membuat ia menetralkan kembali raut wajahnya. Sedangkan Bima, sedari tadi ia tidak berhenti mengunyah ciloknya.

"Woi! Sepi amat ni kelas. Ada suara tapi ngga ada tulangnya." ucap Garvi bercanda dengan 3 sekawan lainnya yang mengikutinya dari belakang. 

"Orangnya bukan tulangnya!" jawab Kaivan membenarkan ucapan Garvi.

"Lo ngga liat kita ada disini?" tanya Bimantara yang beralih meminum cendol.

"Santai bro," jawab Garvi sambil menepuk bahu Bima. Garvi adalah teman Daksha termasuk Bima dan 3 sekawan lainnya yaitu Kaivan, Sankala dan Abhiseva.

"Oh iya, Sha. Setelah pulang sekolah nanti kita mau ke rumah lo, ya." ucap Kaivan sambil menyibak rambutnya kebelakang.

"Lo pada mau ke rumah gue cuman mau ngikut makan aja, kan?"

"Ya, ngga lah! Kita ke rumah lo mau silaturahmi sama Mama Lika alias Mama gue," jawab Sankala–laki-laki yang memakai kalung polos dan kumis tipisnya.

"Mama gue mama gue, awas ya lo gue bilangin ke tante Ghia kalo lo pengen punya mama baru!" kini Delfi menjawab sambil menunjuk Sankala dengan garpunya.

Friend's, Can't Love! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang