31. Menjemput Kemurkaan Dante

121 16 1
                                    

Jaden mengode Rhea agar mereka berdua berpura-pura tidak saling mengenal dulu. Kedua jemarinya berotasi dengan senyum penuh intrik. Mengode Rhea, Berperanlah dengan baik, Cil. Kalau ketahuan mengenalku, kamu mampus.

Tatapan Rhea teralih pada sosok wanita aristokrat dengan dress hitam bergaya sabrina itu. Wajahnya seperti dewi, seperti sepotong keindahan bulan yang dipersonifikasikan. Rambutnya hitam legam, berkilauan indah.

Kashi, kalau dia lawan lo, maka lo berurusan sama hal yang gila .... Beuh, Shi. Dia mirip ratu-ratu iblis di drama kolosal.

"My momma, Fiona Samantha." Tak seperti Rhea, Hosea pulang dengan jaket bomber dan kaos baunya itu. Serampangan, jorok. Jika Rhea punya anak seperti dia, pasti sudah Rhea semprot dengan seprotan sekali kinclong.

"Hai, Ibu," sapa Hosea pada Fiona. Tatapannya aneh, licik. Hosea bukan anak yang baik.

Fiona mengulas senyum yang sejujurnya membuat Rhea merinding. "Konsistenlah dengan panggilanmu padaku," ucapnya pada Hosea sebelum ia mengalihkan pandangannya pada Rhea. "Hai, Cassarhea."

Dari mana wanita ini tau jika sebelum Rhea ada kata Cassa? "Salam kenal, Tante." Gadis itu mengulurkan seikat bunga yang ia beli untuk Fiona.

"Hm?" Fiona sempat menatap ulurannya lamat-lamat. Mendiamkannya sejenak sebelum menerima bunga itu. "Krisan? Cantik. Terimakasih. Tapi, kamu perlu ingat bahwa aku menyukai warna-warna gelap. Oh, ya, duduklah."

Rhea berekspresi tidak nyaman. Ia terus mencengkram ujung baju Hosea. Mau bagaimana lagi?! Di situasi ini, yang paling bisa ia harapkan adalah si Iblis Hosea.

"Kenapa memegangku terus?" tanya Hosea blak-blakan. Membuat Rhea melotot seketika.

Dasar cowok gila. Psikopat ini tidak peka dengan situasinya, ya?

"Halo, Hosea. Lama tidak melihatmu," sapaan Jaden itu membuat Hosea mengalihkan pandangannya pada lelaki itu.

Hosea menatap Jaden dengan tatapan tengilnya yang kekanakan. "Jangan melihat wanitaku! Nanti, kutusuk matamu itu!"

"Hosea ...." tegur Rhea.

Sementara Fiona sendiri tidak berkutik. Ia hanya menyaksikan pemandangan itu dalam diam. Sebenarnya, pola asuh macam apa yang digunakan Fiona sampai bisa mencetak iblis kecil seperti Hosea?

Terkadang, Rhea merasa bahwa Hosea sangat membutuhkan bantuan.

Sialnya, lelaki itu tak pernah mengatakan apapun perihal minta tolong.

"Kamu kasar sekali, Bandit Kecil." Jaden melotot pada Hosea yang menatapnya dengan tatapan ngajak ribut. "Belajarlah sopan santun sedikit."

"Cih."

"CIH?!"

Rhea meringis. Situasi mereka kacau sekali.

"Rhea, ayo bicara dan tinggalkan mereka berdua di sini."

Rhea menatap Fiona yang kini memandangnya dengan sorot penuh minat dan ... ambisi. "Eh?"

"Mama nggak bisa mencurinya dariku," tukas Hosea yang memeluk Rhea dengan perangai manja. Ia dusel-dusel tanpa malu. YANG MALU ITU RHEA.

"Pada orang yang membiarkanmu hidup dalam kekayaan sampai sebesar ini, kamu perlu belajar konsep berbagi."

Rhea meringis lagi. Kali ini, ringisannya ia tujukan pada lelakinya yang psikopat dan manja. "Sebentar ya, Hose."

Mereka--Rhea dan Fiona--melenggang berdua. Menjelajahi mewah dan prestisiusnya kediaman Fiona Samantha itu. Tanpa distraksi siapa-siapa.

"Aku terkejut karena kamu masih hidup di tangannya."

Mr. CEO, Kapan Cintaku Berbalas?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang