26. Acceptance

944 80 9
                                    

Sebenarnya ini chapter dadakan ya, biar epilog season 1 ❤ Vote and comments always

#Healer

''PETRA!!!''

Gerald masuk mendobrak pintu terus lurus menuju kamar Petra.

''What the hell!'' dilihatnya Petra yang terbaring lemas terbungkus selimut. Pacarnya sedang tertidur namun di mata Gerald seperti sedang sekarat.

''Petra, tetap sadar!'' Gerald mengusap keringat dingin yang keluar di dahi dan leher membuat lepek rambut dan tubuh.

Gerald kemudian mengurus Petra. Dia mengelap tubuhnya yang berpeluh keringat dan memasangkannya kaos kembali. Hatinya sedih melihat kesayangannya lemah tidak berdaya.

"Wake up hon, you have to eat," ucapannya khawatir.

"Eung?"

"Kamu boleh tidur lagi tapi setelah makan."

Si remaja menggelengkan kepala sempat mau berbalik badan tapi Gerald tahan. "Enggaaaaa!" malah merengek.

Pria itu berdecak memaksa Petra bersandar di kepala ranjang yang sudah dia beri dua bantal sebagai sandaran. Dalam kondisi terkantuk-kantuk, akhirnya pria itu bisa menyuapi Petra makan.

Lambat, kelopak mata Petra terangkat hingga dia bisa memindai sosok Gerald, pria besar itu duduk di pinggir ranjang. Tunggu, Gerald ada di kamarnya?

"Kenapa? Kaget aku ada di kamarmu?"

"...."

Petra memalingkan wajah.

"Kalau kamu sakit, beritahu seseorang jangan diam saja. Hidupmu berharga untuk beberapa orang."

 
Setelah makan, Gerald membereskan alat makan Petra kemudian menyiapkan obat dan vitamin yang harus diminum. Dia tidak jadi membawa dr. Elrond, tetapi mengutus Figgo mengambil obatnya saja. Ketika Gerald kembali ke kamar Petra dia melihat pemuda itu sudah tertidur lagi memunggungi. Akhirnya pria itu duduk di pinggir ranjang menunggui Petra. Dia membaca sederet email yang masuk ke handphone sambil sesekali mengecek suhu tubuh Petra.

Hening

Damai

Sepi sekali.

Hanya detak jarum jam.

Gerald menatap tubuh lemah Petra yang tengah tertidur, dia paham kenapa Petra tidak suka berada di rumahnya. Sepi dan dia hanya sendiri. Pria itu memindai seisi kamar dan tertawa kecil melihat tumpukan barang-barang pemberian Gerald teronggok di pojok.

Apa dia tidak pernah menggunakannya?

Tengah malam Petra terbangun, sinar bulan purnama masuk lewat jendela kamarnya yang belum tertutup. Malam yang pekat jadi terang benderang. Dia tatapi bulan itu, merasainya seperti merasai pelukan Gerald di pinggangnya.

Hembusan nafas Gerald terasa di tengkuk. Kadang-kadang Petra bisa merasakan beberapa jilatan yang membuat anak itu terbangun beberapa kali. Petra membalikan tubuh hingga mereka berhadapan. Menatap pria itu, tersadar selalu hanya ada Gerald di saat-saat terpuruknya.

Hanya ada Gerald.

''Demammu sudah reda?'' rupanya dia belum tidur, Gerald membuka mata mengecek dahi Petra dan leher anak itu yang masih hangat.

Petra hanya memandanginya dengan raut sedih dan kenapa?

Kenapa hanya ada Gerald?

Kenapa selalu Gerald?

Mereka hanya diam saling memandangi sampai Petra mengalungkan lengan ke leher si pria dewasa. Perlahan remaja itu memajukan wajah sedetik berfikir jernih namun rasa dingin menguasai. Dikecupnya bibir Gerald. Lembut... pelan... dan hanyut.

PETRA (SCANDAL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang