17. Tangis Bahagia

441 73 29
                                    

بسم الله الحرمن الرحيم
اَللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

❛❛Senyumanmu indah sekali, melebihi
indahnya senja. Penciptanya saja sama, bedanya
keindahan senja untuk semua orang, sedangkan
keindahan yang ada didirimu hanya untuk saya
seorang. Orang lain tidak boleh menikmatnya.❜❜

• Pangeran Tanah Shankara

"Selamat ya kalian berdua sebentar lagi menjadi orang tua," kata Arunika Moana Xaviera, dokter muda yang usianya 21 tahun, ia memang belum selesai dengan pendidikannya. Tatapi, sudah bisa melakukan pemeriksaan dasar.

"Hah? maksudnya apa Aru?" Mendengar itu Arunika tersenyum.

"Istri kamu sedang hamil Bang," kata Arunika, mendengar itu mata Tanah berbinar-binar.

"Beneran Aru?" tanya Rain.

"Iya Kak, jaga kesehatan yang cukup ya Kak. Ini nanti resepnya diambil di apotek ya," kata Arunika, memberikan selembar kertas yang terdapat resep obat.

"Iya terimakasih Arunika," jawab Rain.

"Sama-sama, sekali lagi selamat ya, aku enggak nyangka Abangku yang dulu masih main masak-masak sudah nikah sama mau punya anak," celetuknya.

Tanah yang mendengar itu tersenyum tipis. "Ya udah aku pamit ya? aku masih ada praktek," kata Arunika.

"Oh ya silahkan, sekali lagi terimakasih ya. Oh ya jangan bilang ke siapa-siapa dulu ya, biar suprise," ujar Tanah.

"Sama-sama Abangku, Kakakku. Siap!" jawab Arunika, sembari membereskan barang-barangnya. Ia langsung berjalan keluar.

Tanah dan Rain mengekori dari belakang untuk mengantarkan Arunika sampai depan pintu.

"Aku pamit dulu ya? assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," kata Arunika.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, hati-hati," jawab mereka berdua, setelah melihat mobil itu mengecil mereka langsung masuk ke rumah.

Di kamar, Rain kembali membaringkan dirinya, ia masih merasa lemas. Tanah juga ikut berbaring di samping istrinya, tangannya ia mengusap lembut perut rata Rain.

"Zaujati," panggil Tanah.

"Saya bersyukur, hari ini Allah memberikan hadiah yang kita tunggu-tunggu," lanjutnya, membuat Rain tersenyum.

"Sama Zauji, aku enggak nyangka Allah secepat itu memberikan kita amanah," sahut Rain.

"Sehat-sehat ya nak di perut Umma," ucap Tanah, ia mengelus lembut perut ratanya.

"Na'am Abba," jawab Rain, menirukan suara anak kecil.

"Wah anak Abba dan Umma dari rahim udah bisa bicara bahasa arab, hebatnya," ujar Tanah, membuat Rain terkekeh mendengarnya.

"Liat Umma tertawa sayang, tawanya membuat Abbamu ini ikut bahagia." Tanah tersenyum manis.

Matanya terpejam, lalu ia menarik napasnya dalam-dalam, dan hembuskan perlahan. "Ya Allah terimakasih atas amanah yang engkau berikan, Hamba akan menjaga seperti engkau menjaga istri Hamba sebelum Hamba halalkan," batin Tanah, matanya yang terpejam itu, perlahan mengeluarkan air mata bahagia.

Rain yang melihat Tanah mengeluarkan air mata, langsung memeluknya. "Zauji, jangan nangis," kata Rain, ia mengusap lembut kepala Tanah.

"Saya nangis bahagia Zaujati."

TANAH SUCI (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang