14. Sahabat

0 0 0
                                    

❝Bukan hanya namanya yang terdengar istimewa namun maknanya pun ikut istimewa❞
-La Luna Adara Asteria-

Kini Luna sedang berada di Florist Dela. Sudah lama Luna tidak ke Florist Dela, ia memutuskan untuk menyempatkan diri untuk mampir bersama sahabatnya, Senja.

"Lunaa" pekik Dela memeluk Luna. Dela sangat khawatir ketika Luna jarang mampir ke Floristnya, namun, rasa khawatirnya telah hilang ketika matanya melihat senyuman Luna yang ia rindu-rindukan

"Ibu sehat?" tanya Luna melepaskan pelukannya

"Sehat kok nak" ucap Dela mengelus rambut Luna dengan lembut "kamu?"

"Sehat juga kok" ucap Luna tersenyum, tiba-tiba Senja menarik seragam Luna dengan pelan

senja menggerakkan tangannya "Ayok main, ibu sekarang bagian Senja ya"

Dela mulai menggerakkan tangannya "Silahkan, bunda menata bunga-bunga dulu didalam. Kalian bermainnya jangan terlalu jauh, oke"

"Okee" Luna dan Senja menggerakkan tangannya dengan serentak

Luna dan Senja berada di taman dekat Florist Dela, mereka duduk dengan melihat bunga-bunga yang seolah-olah tersenyum pada mereka. Luna menceritakan semua tentang kisah mamanya yang di racun oleh ayahnya sendiri lalu membohonginya selama bertahun-tahun

Senja menggerakkan tangannya "Aku yakin kamu kuat, aku akan selalu untuk kamu. Jika kamu memerlukan seseorang untuk cerita, aku akan menampung semuanya" senja tersenyum

"Terimakasih" ucap Luna mengusap air matanya. Senja berdiri di hadapan Luna lalu tersenyum manis

"Kamu harus tersenyum, jangan nangis okee" Senja menepuk-nepuk puncak kepala Luna

"Hiiii aku senyum nii" ucap Luna sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi-gigi kecilnya

Senja tersenyum lembut melihat sahabat satu-satunya tersenyum kembali "Yah, itu lebih baik"

Luna menggerakkan tangannya "Makasih udah mau jadi teman aku" Senja yang membaca bahasa isyarat Luna ia langsung memeluk Luna dengan erat

'Harusnya aku yang berterima kasih. Kamu sudah menjadikanku perempuan yang istimewa dengan segala kekuranganku. Terimakasih' Batin Senja

Luna melepaskan pelukannya "Ayok kita bantu-bantu ibu" ajak Luna lalu Senja mengangguk-anggukkan kepalanya

***

Kini Luna dan Lean berada di basecamp Liberio. Mereka berdua sedang melakukan Mukbang. Luna di paksa oleh Lean untuk ikut melakukannya, mau tak mau Luna harus mengiyakannya, daripada ribut dengan manusia keras kepala seperti Lean

"Halo kita sekarang akan memakan daging ayam goyeng, buatan akang Zay. Gue mau perkenalkan anak kecebong di samping gu--"
"Apa-apaan anak kecebong?" potong Luna sementara Lean menatap datar kearah Luna

"Anak kecebong lucu loh, lo gak mau?" ucap Lean membela diri

"Gak! ganti yang lain" tolak Luna

"Anak anjing mau?" ucap Lean dengan sedikit menekan ucapannya

"Apa lagi itu, gak mau!" kekeh Luna memutar bola matanya

La Luna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang