Andai bisa memilih,
Aku juga gak ingin di lahirkan.~Alesya Angelina~
Happy Reading🌹
.
.
.Masih dengan orang yang sama dan keadaan yang sama. Nyatanya, Alesya tak kunjung membuka matanya, seperti nyaman akan dunia alam bawah sadarnya dan melupakan dunia aslinya.
Bi Rani yang masih setia menemani sang Nona pun semakin merasa sedih dan menyesal, "andai waktu bisa diulang, bibi akan berusaha buat ngejaga Non Esya dari siksaan Nyonya."
Bi Rani tak berhenti untuk mengajak Alesya mengobrol, berharap bahwa Nonanya itu segera bangun dan memperlihatkan senyum indahnya kembali.
***
Malam hari kemudian.
Sedang fokus-fokusnya menjaga sang Nona, tiba-tiba Vina masuk ke dalam kamar Alesya, yang membuat bi Rani terkejut sekalian takut.
"Saya dan suami Saya akan pergi keluar kota untuk 2 hari karena ada urusan mendadak. Jadi, selama Saya dan suami Saya tak ada dirumah, kamu jaga anak itu agar tak berulah kembali. Mengerti?" peringat Vina pada bi Rani yang langsung mendapatkan anggukan singkat.
Setelah itu, Vina pun keluar dari kamar tersebut dan berjalan menuju kamarnya guna bersiap-siap pergi. Meninggalkan anak-anaknya di rumah dengan para art dan supir.
Bi Rani pun bernafas lega setelah melihat Vina pergi dari kamar Alesya. Ia pun memfokuskan diri kembali ke Nonanya yang masih betah memejamkan matanya tersebut.
Terlalu lelah menunggu sang Nona bangun membuat bi Rani tanpa sadar tertidur di samping kasur Alesya. Saking nyenyaknya hingga tak sadar jika jari Nonanya itu bergerak, yang menandakan Alesya akan segera sadar.
Tak berselang lama, Alesya pun membuka kedua matanya yang berarti ia sudah sadarkan diri, "eungh"
Bi Rani yang merasakan pergerakan di sampingnya pun seketika terbangun dan langsung terkejut sekaligus senang melihat sang Nona yang sudah bangun dari pingsannya.
"Astaga, ya Tuhan, Non. Akhirnya Non Esya sadar juga, bibi khawatir sama Non pas tau keadaan Non yang pingsan tadi di gudang." cerocos bi Rani pada Alesya, sedangkan sang empu sendiri masih sibuk memperjelas penglihatan dan ingatannya.
Setelah cukup lama mengumpulkan semua ingatannya, Alesya akhirnya menyadari jika ada seseorang disamping kasurnya.
Betapa terkejutnya ia ketika mendapati sang art tengah menatapnya dengan binar yang sangat kentara di matanya, "bi Rani?"
"Iya, Non, ini bibi. Bibi senang, akhirnya Non Esya bangun juga." lega bi Rani kala sang Nona menyadari kehadirannya, "dari siang bibi khawatir sama Non, apa lagi pas liat Non Esya yang gak sadarkan diri di gudang."
"Esya gapapa, Bi. Esya masih kuat kok, buktinya ini Esya bangun lagi." Alesya berusaha meyakinkan sang art tentang kondisi tubuhnya, walaupun sebenarnya ia merasakan sakit di seluruh tubuhnya.
Bi Rani yang melihat Alesya seperti itu justru malah semakin merasa bersalah karena tak bisa melindungi Nona kesayangannya, "bibi tau kalo Non Esya anak yang kuat, tapi besok-besok bibi bakal usahain buat ngelindungin Non."
"Gak usah, Bi. Esya gak mau kalo pekerjaan bibi jadi terancam cuma karena ngelindungin Esya dari amukan Mama," cegah Alesya saat mendengar pernyataan sang art, "bibi diem aja ya kalo nanti Mama ngamuk lagi, Esya gak mau kalo semisal bibi ngelindungin Esya,terus bibi malah dipecat, Esya gak mau sampe bibi pergi dari rumah ini."
"Non?" mata bi Rani berkaca-kaca,hatinya semakin merasa bersalah. Namun, ia juga setuju akan ucapan terakhir Nonanya itu, resiko terbesar jika ia tetap nekat melindungi sang Nona pasti adalah pemecatan, yang berakhir dirinya pergi dari rumah ini dan meninggalkan Tuan Muda serta Nona Muda kesayangannya.
"Esya mohon, Bi. Esya gapapa kalo bibi gak bisa ngelindungin Esya, tapi Esya mohon sama Bibi, tetap bertahan disini sampe Esya pergi buat sendirinya ya?" mohon Alesya pada bi Rani, berharap wanita paruh baya tersebut akan menuruti keinginan sederhananya itu.
"Bibi usahain, Non. Kalo gitu Non Esya makan dulu ya? Bibi ambilin." bi Rani lantas bangkit dari duduknya dan akan segera pergi menuju dapur.
"Eh, gak usah, Bi. Esya takut dimarahin Mama sama Papa." cegah Alesya sebelum bi Rani benar-benar bangun dari duduknya.
"Tenang aja, Non, tadi Nyonya bilang kalo bakal pergi keluar kota karena ada urusan dan pulangnya lusa, jadi aman terkendali," ucap bi Rani berusaha meyakinkan sang Nona, "kalo gitu bibi ambilin dulu ya, Non?"
"Iya deh, Bi, Esya ngalah aja." Alesya akhirnya memilih mengalah dari pada harus berdebat dengan sang art yang sudah Alesya anggap ibu sendiri.
"Yaudah kalo gitu, bibi ke bawah dulu ya, Non? Bibi ambilin makan sama minum dulu buat Non Esya."
"Iya, Bi."
Dengan segera,bbi Rani pun turun ke lantai bawah, lebih tepatnya ke dapur guna mengambilkan Nonanya makan serta minum. Tak lupa juga menyiapkan obat-obatan agar sang Nona tak merasakan sakit.
Note:
Halo,kembali lg dgn author priksa 1 ini,tetap dukung author sampe semua cerita author come back ya guys.Author sayang kalian banyak²,see you next part cinta.🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
ALESYA ANGELINA [HIATUS]
Teen FictionKeluarga yang seharusnya memberikan bahagia, Justru malah memberikan luka Keluarga yang seharusnya memberikan cinta, Justru malah memberikan siksa Hidup di tengah-tengah siksaan kedua orang tua, Dan kasih sayang dari kedua abangnya Hidup yang seh...