Prolog

8 3 0
                                    

"SAEL!! Ini buah mangganya, tangkap!!" seru gadis itu riang.

Hup!

Bocah laki-laki yang di panggil Sael itu langsung menangkap buah mangganya dengan cekatan, dan berhasil! Buah mangga itu kini mendarat mulus di tangan Sael. Namun walaupun begitu, Sael terlihat sangat cemas. Bukan perkara buah mangga yang mereka ambil sudah banyak, bukan. Sael justru merasa khawatir melihat sahabat perempuannya itu memanjat semakin jauh keatas.

"Heza!! Udah ah! Ini udah banyak, tahu. Udah cukup." Seru Sael, bukannya mengindahkan perkataan Sael. Gadis yang di sapa Heza itu malah memanjat semakin tinggi.

"WOY!! HEZA!!" seru Sael yang semakin khawatir dengan suara patahan ranting yang timbul karena ulah Heza itu.

"Sael, kamu ngak usah lebay deh. Aku ngak kenapa-napa kok."

"Ih! HEZA turun aja!! Nanti kalau kamu udah jatoh. Aku yang kena getahnya."

"Bawel amat sih kamu! Aku ngak bakal jatoh lho." Ketus Heza yang sudah muak di mendengar repetan Sael.

"TURUN!!" seru Sael ketus.

"Nyenyenye.mau berapa kali lagisih dibilang? Mangganya masih kurang Sael! Kamu ngak percayaan amat sih sama orang baik kayak aku."

"HAH? APA?? Coba ulangi sekali lagi!" seru Sael dengan raut wajah yang berkerut setelah mendengar kalimat 'orang baik' dalam perkataan Heza.

Kretek! Srak!

"HEZAA!!" pekik Sael, semakin menjadi-jadi.

"CK! Itu cuman suara ranting patah kok! EH?..."

krak! Kraaaak!

"HUWAA!!!"

BRUK!

"HEZA!!!"

Sael langsung menghampiri Heza, gadis itu jatuh dari ketinggian 4 meter dan jatuh tepat di atas semak-semak. Heza hanya mengaduh kesakitan, sedangkan Sael sudah terkena serangan panik. Mencoba membantu Heza, yang sudah meringis kesakitan.

"KAN UDAH DIBILANGIN!! NGEYEL MULU!! SEKARANG GIMANA!?!?"

Heza hanya bisa mengaduh kesakitan sambal memegangi lututnya, sedangkan Sael berusaha sekuat tenaga membantu Heza untuk duduk. Namun naas, Heza hanya semakin meringis dan mengaduh kesakitan.

"SAELL!!"

"HEZA!! JANGAN BUAT AKU SEMAKIN PANIK AH!!"

Ringisan dan aduan Heza, semakin membuat Sael panik dan membuat situasi semakin panik. Memperburuk keadaan mereka. Sael yang terkena serangan panik tidak tahu harus berbuat apa, kecuali menjadi tantrum dan ikutan mau nangis kayak Heza yang udah nangis karena merasakan sakit yang luar biasa.

"SAELLL!!! Panggilin mama!!" seru Heza, yang akhirnya membuat Sael tersadar dan tidak panik lagi.

"Oh iya, lupa! Kenapa kamu ngak bilang daritadi??"

"SAEL!!"

"Oh iya!! Sorry, aku bakal nyariin bantuan kamu tunggu disini ya?!"

Drap! Drap!

"Tante!!" seru Sael dengan nafas ngosh-ngoshan.

Seorang wanita yang sedang asyik tanaman hiasnya menoleh, sambal tersenyum hangat kearah Sael. "Lho? Sael kok lari-lari, kayak ada masalah besar aja." Ujar wanita itu santai, Sael langsung mengangguk sambil terdiam dan berusaha mengontrol paru-parunya yang sedang melakukan pengambilan nafas yang sedang tergesa-gesa.

"Tante itu...Heza!"

"Lah Heza kenapa Sa?"

"He...za, Heza.jatuh dari pohon mangga tan."

Dear AlmahezaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang