Suara gemericik air mengenai lantai, berbeda dengan hari kemarin-kemarin, aku kini mandi dalam waktu yang lebih cepat. Kuusak kepalaku perlahan sambil membasuh bagian tubuhku yang masih diselimuti busa. Aku mengusap wajahku cepat dan membasuhnya dengan sabun. Seperti biasa mengikat handuk ke bagian bawah tubuhku, mengusak rambutku yang basah. Berjalan ke lemari, mengambil baju susunan paling atas, kaos warna hitam dengan garis sedikit.
Aku bercermin, melihat bayanganku yang sudah bersih dan rapi. Lebih bersemangat dari hari kemarin, aku kembali menghabiskan sisa-sisa liburanku dengan menyalakan playstation dan memainkan game. Aku menaikan kedua alisku ketika menekan start pada game Fortnite. Game yang menyerukan. This game is free fun but needs to be monitored by an adult, issues should be dealt with as they arise. There is no sex, drug, or drinking references. Fortnite is basically a fun nerf gunbattle but with a variety of different guns and grenades. And when uou get eliminated, you basically get sucked up into a drone.
Banyak orang tua yang protes oleh karena menduga game inilah penyebab dari anak mereka menjadi lebih agresif dan kasar, namun menurutku hal itu tergantung dari bagaimana karakteristik anak dan cara orang tua mendidiknya. Saat sedang asyik bermain, aku teringat sesuatu yang begitu penting. Bukankah kemarin hariku menyenangkan oleh karena seorang gadis? Lalu tidak salah apabila aku mengucapkan selamat pagi, bukan? Aku mendatangi di mana tempat ponselku berada, mengetikkan ucapan selamat pagi padanya.
Mungkin bila bisa berbicara, controller playstation-ku akan menggerutu. Mentang-mentang sudah bertemu dengan orang yang menyenangkan, aku ditinggal begitu saja, huft. Kira-kira begitulah isi kepalaku mengenai bagaimana gerutu yang akan keluar dari mulutnya. Ya, memang benar aku langsung melepas stick dan pergi begitu saja.
Lagi-lagi, tidak seperti awal kami bertemu. Kami mulai terbiasa satu sama lain, dan aku juga mulai berani dalam mengajak telepon. Ulan mulai terbuka dengan hal pribadinya, berbeda dengan sebelumnya yang masih canggung satu sama lain, kini kami lebih leluasa dalam bertutur kata.
"Halo ... gua nggak ganggu, kan?" tanyaku, basa-basi.
"Iya, nggak ganggu."
There are a million things I wish I could say to you. And at this point, this is probably the only way I can do that. I know you'll never read this, but it makes me feel better to put it into words. Who knows, maybe one day it'll somehow make its way to you. That's not the intention, but it's nice to think about. I want to start by saying thank you. If I could have experienced anything like this with anyone, I'm glad it was you.
I hope you find what you're looking for out there. I hope you find the kind of happiness that exists on your own terms. I hope you truly take the time to figure our what moves you, what encourages your soul, what you deeply care from life, and I hope you have the courage to chase that.
"Lucu ketawanya," kataku. Dibalas ucapan ketusnya seperti biasa. Ulan memang masih ketus dan tidak ramah, namun aku sudah sangat senang ketika mendengar sedikit demi sedikit tawanya mulai terurai bersama topik yang aku bawa ke dalam telpon tersebut.
Aku mulai bertanya-tanya, hatiku mulai berdoa dengan sendirinya. I hope you find the kind of love that makes you a softer person, the kind of love that makes you want to be a better woman, te kind of love that believes in you and supports you, that stands by your side. I hope you find someone who shows you just how deeply you can feel, just how deeply you can love. At this moment, I just hoping.
Aku melanjutkan obrolan, saat melihat aplikasi game di ponselku, aku spontan bertanya. "Eh, lo main ML nggak?" Sebuah game keluaran moontoon yang sudah lama kumainkan. Obrolan kami awet dan larut, sampai-sampai berlanjut ke malamnya.
"Iya, main." Ulan menyahut.
"Tier apa? Main bareng ayooo," seruku, merasa senang karena ada bahan selanjutnya yang bisa dibahas dengan Ulan.
"Boleh, tapi gue masih epic," ucapnya. Tidak terdengar sumringah atau bagaimana-bagaimana, datar saja. Aku tetap pada nada bicaraku yang lebih riang darinya.
"Ah, nggak apa-apa. Ayo login."
Permainan Mobile Legend memang terlihat seperti menekan-menekan layar saja, padahal strategi juga dibutuhkan untuk memenangkannya. Seperti laki-laki pada umumnya saja, bermain ML bersama perempuan pasti ingin menonjolkan keahlian. Berkali-kali Ulan mendapatkan moment di mana sedang sekarat dalam game, dan aku ada selayaknya pahlawan. Gentian, kemarin kan dia pahlawan matematikaku. Sekarang aku yang keren abis ini haruslah jadi pelindungnya, hahaha. Sedikit geli, tapi sekali-kali tidak masalah, lah.
"Ini gue pake apa ya...? Ah bingung," ujar Ulan, mendengar ucapannya aku segera memotong.
"Pake aja yang lo mau," jawabku, sedikit sombong karena aku bisa memainkan semua peran di mobile legend. Dari marksman dengan damage yang paling sakit, hero magic yang berotasi dari atas ke bawah, hero support atau tank yang menjaga hero lainnya dari serangan musuh, hero fighter dengan jangkauan perang yang lebih kuat, terakhir adalah hero yang agak butuh seni dalam memainkannya, jungler.
Pada permainan kali itu ia menggunakan hero support favorit perempuan, angela. Walau begitu, Ulan mengaku tidak suka memakai angela. Hero yang memiliki kemampuan untuk memasuki tubuh teman setim dan melakukan healing untuk menyelamatkan, intinya sih hero ini punya kemampuan healer yang sangat mumpuni, kesulitannya dalam menggunakan hero yang Ulan gunakan adalah tingkat kepekaan dan timing, memang terlihat mudah dan menjadi misteri mengapa perempuan dapat lebih hebat menggunakan angela dibanding dengan laki-laki. Mungkin karena perasaan dan feeling mereka lebih kuat.
Sebuah ikatan yang bagus apabila support-nya angela, maka junglernya harus Ling. Ling punya kemampuan untuk melompat ke atas dinding bebatuan dalam game dan turun untuk menyerang, perpaduan yang pas dengan angela, kami nampak sangat serasi bahkan game pun merestui. HAHAHA, mulai Devano. Kubuktikan kemumpunianku dalam bermain game, walau kantuk sebenarnya sudah menyerang dalam beberapa game terakhir. Entah tiga atau empat game, mala mini kututup sampai dengan Ulan yang memutuskan untuk lebih dulu meninggalkanku tidur. Padahal kalau boleh jujur aku sudah mengantuk sedari tadi, menunggu dia yang duluan tidur nyenyak. Permainan berlangsung winstreak, kumenangkan dengan begitu mudah. Begitulah, jagoan. Setelah mendengar deru napas dari Ulan yang sudah tertidur, aku pun meletakkan ponsel di sisiku. Memejamkan mata seraya menyelimuti bagian bawah tubuhku, menariknya sampai ke dada, meletakkan kedua tanganku di atas sana, lalu tersenyum.
About all of the hopes, that I gives it to God today, about you, about all of you. Last wish, I hope the person who can deeply you love, its me.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pages Of You
RomanceEverything seems perfect, hidup Devano Alvaro hanyalah sebatas kanvas putih yang disusuri dengan warna begitu rapi. Siapa yang mengira? Bahwa hanya dengan satu nomor matematika yang sulit dapat mempertemukannya dengan suatu hal yang di luar jangkaua...