Kini Nayla sudah berada disalah satu ruang inap di rumah sakit, dengan satu tangan nya yang terikat infus. Mata nya perlahan mulai terbuka, hal pertama yang Nayla lihat adalah Shasa yang duduk disamping bangsal nya dengan buku di tangan nya.
"Shasa" lirih Nayla, Shasa lalu menoleh pada Nayla. Senyuman mengembang di wajah nya, senyuman tulus yang Nayla rindukan.
"Kamu udah sadar, gimana perasaan kamu? Ada yang masih sakit?" Nayla menggeleng sebagai jawaban.
"Bentar ya aku panggilin dokter dulu" ucap Shasa lalu berdiri dari duduk nya.
Tak berselang lama seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan Nayla.
"Gimana keadaan temen saya dok?"
"Keadaan nya udah membaik, kalau begitu saya tinggal dulu ya" ucap Dokter itu, lalu pergi meninggalkan ruangan Nayla.
Shasa kembali duduk disamping bangsal Nayla, tak ada percakapan antara ke 2 nya. Hening hanya itu yang menyelimuti ke 2 nya.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Nayla memecahkan keheningan.
"Kenapa? Enggak boleh?" Jawab Shasa dengan tengil.
"Kan kamu sendiri yang bilang enggak mau liat aku" ucap Nayla dengan kesal.
Shasa tersenyum tipis. "Ya udah kalok gitu aku pergi aja" jahil Shasa, saat Shasa hendak pergi Nayla menarik ujung baju Shasa.
"Kenapa? lepas, kan kamu enggak mau ketemu aku"
"Engg- yaudah sana pergi!" Usir Nayla, lalu menoleh ke arah lain tak ingin menatap Shasa.
"Ya udah" ucap Shasa lalu benar-benar pergi meninggalkan Nayla.
"Beneran pergi, ngeselin banget!" Monolog Nayla sambil mengerucutkan bibir nya.
Pandangan nya masih terfokus pada jendela di samping nya, pikiran nya masih mengingat kejadian mengerikan yang menimpa nya belum lama ini. Berkali-kali ia menggeleng mencoba menghilangkan ingatan itu. Langit berubah menjadi abu-abu perlahan hujan mulai turun, membasahi bumi. Jendela itu kini sudah penuh dengan air hujan, menutupi pemandangan dibawah. Nayla kembali menatap tangan kanan nya yang sudah dibalur perban. Pintu ruangan itu kembali terbuka, memperlihatkan seseorang yang masuk sambil merapikan rambut nya yang basah karena hujan.
"Ngapain pakek ujan segala sih, jadi basah kan!" Kesal orang itu, tangan nya masih mencoba merapikan rambut nya yang basah karena hujan.
"Ngapain balik lagi?!" Ketus Nayla.
Orang itu tak menggubris perkataan Nayla, hanya senyuman yang ia tunjukan. Ia lalu kembali duduk di samping Nayla, tangan nya mencari sesuatu didalam plastik yang ia bawa.
"Ni, dimakan" titah orang itu sambil memberikan onigiri kepada Nayla.
"Mau enggak? Atau mau makan yang dikasih rumah sakit?" Tanya orang itu sambil melirik pada makanan rumah sakit yang berada di meja.
Nayla menggeleng, tangan nya terulur menerima onigiri itu. Orang itu tersenyum, ia masih menatap dalam Nayla.
"Kamu enggak makan?"
"Nanti" jawab orang itu singkat.
Nayla kembali memakan onigiri ditangan nya, hingga pandangan nya tertuju pada tangan kanan orang itu yang terlilit perban.
"Sha, tangan kanan kamu kenapa?"
"Hemm, ini?" Nayla mengangguk sebagai jawaban.
"Enggak papa" Nayla mengerucutkan bibir nya. Melihat itu Shasa menjadi gemas, inggin sekali ia mencubit pipi Nayla detik ini juga. Namun berhasil ia tahan.