13. Bekerjasama

712 64 15
                                    

"Gege"

Renasha yang semula asik dengan alat lukisnya dibuat menoleh menatap sosok Clalio dengan bungsu Galendra disamping nya, siapa lagi jika bukan Jevian.

"Kenapa Cio? Ada perlu?" bingungnya dengan kepala yang sedikit memiring membuat beberapa murid yang masih berada didalam kelas memekik gemas menatap sosok kecil itu.

"Aku-" ucapannya terhenti kala sosok pemuda yang duduk disamping Renasha tiba-tiba saja bangkit dan berlalu pergi begitu saja dengan wajah datarnya.

Jevian yang melihat hal itu dibuat mendengus kesal dan menatap sinis kearah pintu yang baru saja dilalui kakak keduanya, Jenova.

"Liat aja pulang sekolah bakal gue aduin ke mama" gumamnya dengan kedua tangan yang terkepal disisi tubuhnya.

"Cio kenapa?" desak Renasha tak tahan menahan rasa penasarannya dengan menatap gemas kearah Clalio yang kembali menutup rapat mulutnya.

"Udah jangan didengerin kak re, dia gaje orangnya. Kakak ga ke kantin? Ayok ke kantin bareng vian, si es jus juga udah nunggu" tutur Jevian dengan melirik malas sosok disamping nya yang tak kunjung berterus terang akan kedatangan mereka.

Terlihat Renasha tengah menimbang nimbang ajakan adik kelasnya tersebut, dirinya memang sedari tadi memilih berdiam diri dikelas meskipun bel istirahat sudah berbunyi nyaring.

Bahkan dirinya menolak ajakan Yesha, Jemian dan Harsan untuk ke kantin bersama. Alasan nya hanya satu yaitu dirinya malas berjalan.

"Aku lagi males jalan" lirih si kecil dengan meluruhkan kepalanya diatas meja.

Jevian yang mendengar alasan si manis dengan gesit meraih tubuh yang jauh lebih kecil darinya itu dan membawanya ke dalam gendongan koala.

Menghiraukan pekikan terkejut Renasha dan tatapan seluruh siswa yang menatap heran kearahnya, Jevian mulai membawa tungkainya berlari menulusuri lorong-lorong kelas meninggalkan Clalio yang masih terdiam dengan wajah melongonya.

"Ahhh vian vian! Turunin aku, maluuu" pekik si kecil dengan melingkarkan erat tangannya pada leher yang lebih muda dan wajah yang ia sembunyikan pada leher jenjang adik kelasnya tersebut.

Wajah Jevian perlahan memerah dengan nafas yang mulai memberat, bukan karena dirinya kelelahan karena berlarian di sepanjang lorong dengan Renasha di gendongannya, tetapi karena nafas sosok kecil tersebut yang berhembus lembut menerpa lehernya yang merupakan area sensitif nya.

"Kak re, kita ga jadi ke kantin ya" bisik Jevian dengan suara beratnya tepat disamping telinga Renasha.

Renasha dibuat bingung melihat perubahan mood Jevian yang tiba-tiba, menoleh menatap wajah rupawan khas keturunan Galendra yang terpahat sempurna didepan nya, tangannya ia bawa mengusap dahi Jevian yang dihiasi beberapa bulir keringat.

"Kenapa ga jadi? Kata kamu tadi justin udah nunggu dikantin" bingungnya.

Jevian tanpa banyak merespon membelokkan arah tujuannya menuju UKS yang telah lama tidak beroperasi, membuka pintu tersebut dengan kakinya yang kembali mengingat kan Renasha saat ia bersama Yesha.

Brak

Jevian dengan tergesa menutup pintu tersebut sebelum orang lain melihat kehadiran mereka, lorong menuju UKS ini memang jarang dilalui para siswa dikarenakan desas-desus berita yang mengatakan tempat ini berhantu.

Jevian dibuat terdiam menatap sosok laki-laki lain yang tengah santai merebahkan tubuhnya di kasur usang UKS tersebut.

Sedangkan si empu yang menyadari kehadiran orang lain melirik tak minat menatap dua insan, ah lebih tepatnya satu pasang mata karena sosok lain yang berada dalam gendongan Jevian tengah memunggunginya.

Renasha ClioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang