hm?

3.4K 456 27
                                    

Sudah 7 bulan lamanya Mako terlelap dengan alat-alat medis yang menopang kehidupannya. Semua luka bahkan bekas luka pada tubuhnya sudah menghilang.

Mia semakin sering kambuh dengan penyakitnya. Pengobatan sudah ia lakukan tapi tak ada hasil yang terlihat. Ellea sering kali muncul ketika giliran Mia menjaga Mako di rumah sakit. Sui, Rion, Caine, bahkan Key sudah sering kali memberi tahu agar tak perlu datang ke rumah sakit tapi Mia tetap memaksa.

Agil nampak berantakan dan lebih kurus. Ia yang dulunya rapi, kini sangat sering pergi ke bar dan minum.

*****

''Kamu tidur lelap sekali, apa mimpimu begitu indah, sayang?'', di genggamnya tangan yang lebih kecil. Dielusnya pelan. Hangat namun tak balas menggenggam seperti 10 bulan lalu.

''Benar, tanpamu, saya bukan siapa-siapa'', lagi-lagi ia berbisik lirih.

Air mata meluruh, jatuh ke tangan yang ada di genggamannya.

''Haha, lagi-lagi saya menangis di samping tempat tidurmu yang nyaman ini'', diusapnya air yang mengalir di pipi.

''Bisakah kisah kita berakhir bahagia nantinya?''.

|

|

|

|

Mako berbaring di rerumputan hijau yang lembut. Seorang wanita cantik dengan rambut berwarna putih mengangkat kepala Mako dan memindahkannya ke pangkuannya.

''Tidak rindu dengan mereka?'', si wanita berbicara.

''Tentu rindu, hanya saja Mako masih ingin menghabiskan waktu bersama ayah dan bunda disini'', hanya itu jawabannya.

Seorang pria yang nampak masih tampan datang bergabung dengan 2 orang disana.

''Ia yang mencintaimu, kini tengah merindukanmu'', katanya.

''Aku tau, aku hanya masih merindukan kalian'', ia masih memejamkan matanya ketika menjawab.

''Jadi, kapan kau akan kembali?'', si lelaki yang bertanya.

''Mungkin sebentar lagi'', mereka berdua hanya mengangguk.

''Ingat, ada satu hal besar yang harus kau terima ketika kau kembali nanti'', si perempuan berkata.

''Hmm''.

*****

''Kau tak ingin bangun? Key dan Elya kelelahan karena tanggung jawabmu ternyata begitu besar. Caine sering menemani kami mengobrol, kami terlalu anteng sekarang hehe'', Echi menyangga dagunya menatap Mako. Sosok kakak yang ia kagumi, sosok yang memilih berbicara halus daripada berteriak untuk mengingatkan.

''Ada seorang polisi yang dekat denganku, ya kami hanya dekat sih, aku tak memiliki perasaan kepadanya'', Echi terus bercerita panjang dan lebar kepada Mako yang tak akan menjawabnya.

''Tapi sayang sekali, dia meninggal secara tak terhormat hari ini'', Echi menunduk sebentar.

''Ah! Jadwalnya udah ganti hihi, Echi pulang dulu ya Ko. 2 minggu lagi kita ketemu, semoga kau dah bangun lah ya'', Echi sempatkan untuk menepuk kepala Mako lembut.

''Tau lah ya, tepuk sikit ga bikin amnesia, kalau kau amnesia ku bawa kau nonton yutup, Mako'', Echi terkikik sebentar dengan perkataannya. Ia membereskan barang bawaannya. Gin masuk saat Echi hendak membuka pintu.

''Eh kolor monyet! Ngagetin orang aja kau ni Ginanjar, untung ga ku pukul'', Echi mendumel sepanjang jalan keluar sedangkan Gin hanya mengendikkan bahunya tak peduli.

''Hallo, ketemu lagi di 2 minggu yang kesekian ini. Lu tau? Ellea jadi sering dateng waktu lu tidur Ko, Mia dateng cuma pas sekolah. Tugasnya pun yang jalanin Ellea'', Gin seperti orang yang sedang bergosip. Ia menyangga dagunya dengan satu tangan sambil menghadap wajah Mako.

''Inget cewe yang di desa itu? Dia dateng ke company cuma buat nyariin tuan muda Mako. Kan anj! Mana pas kita mau jemput lu waktu itu, dia bilang ga pernah liat lu di desa anjir! Tapi untung Rion dukung buat nembak dia sih, akhirnya dia di tembak di betisnya karena bentak Caine'', Gin mengingat kekesalannya kepada putri pemimpin desa yang membantu Mako saat kecelakaan. Perempuan yang mengaku bernama Allane itu datang ke perusahaan dengan lamaran pekerjaan, tapi ia malah menanyakan keberadaan Mako yang membuat Gin langsung emosi.

Gin yang tak senang dengan kehadiran gadis itu langsung keluar ruangan. Sekretaris Zaki yang melanjutkan interview. Dan berita yang paling di benci oleh Gin adalah gadis itu diterima di divisi 3, divisi yang dipimpin olehnya, karena kinerja dan keahliannya yang mumpuni. Gin ingin meratakan bangunan perusahaan sekarang juga rasanya.

''Si Meta bangsat banget pula, bisa-bisanya ditaruh di div 3! Kocak anj'', Gin melanjutkan mendumel sepanjang malam menjaga Mako. Ia kesal, sungguh sangat kesal.

''Kalau dia making mess ke lu lagi, gue ikhlas deh kalau Agil yang bolongin kepalanya'', Gin menggeleng sambil bangun dari kursinya.

''Gegara harus jaga elu, gue bisa kerja setengah hari gaji penuh. Ntar kalau lu sadar, gue beliin mobil dah suer'', Gin tertawa geli sendiri. Terkadang memang ia masih membawa pekerjaan saat menjaga Mako, tapi ia lega jika sudah ada di luar perusahaan dan tidak perlu bertemu dengan banyak orang.

''Gue tidur dulu yak, kalau lu bangun, lu lempar boneka ini ke muka gue kalau gue ga denger di panggilin'', Gin menyelipkan sebuah boneka berbentuk katak berwarna hijau yang di hadiahkan Garin. Katanya itu akan menemani Mako ketika ia sedang bekerja, seolah dia ada di dekat Mako dengan salah satu 'perwakilannya'.

Sayangnya yang dikatakan Gin tidak terjadi. Boneka Garin masih berada di samping Mako hingga pagi hari ia terbangun. Senyum kecut muncul di bibirnya.

''Gue suka jahil sama elu, sama yang lain, tapi gue ga bisa bohong kalau gue rindu, haha. Lu tidur lama banget sih Ko? Si Rion biasanya marah kalau gue bangun kesiangan, kok lu ga di marahin si tidur 7 bulan lebih?'', Gin meneteskan air mata ketika berkata seperti itu. Memang hanya Rion dan Caine yang tau berbagai trauma, kebiasaan, dan bahkan rahasia tiap anggota keluarganya. Namun, Gin dan Mako adalah yang tertua sehingga terbiasa saling melengkapi. Ia merasa ada yang hilang ketika memimpin sendirian.

Satu hari, Gin sedang memimpin rapat bersama sekretaris Mako. Tak sengaja ia malah mempersilakan Mako yang tak berada disana untuk mempresentasikan hasil kerja yang menjadi tanggung jawab Mako.

''Haha, hari ini jadwalnya Rion, gue kerja dulu ya? Gue harus kerja biar tambah kaya, ngga kaya elu, tidur tapi duit lancar. Eh gue juga sih, cuma duduk nulis-nulis tapi gaji lancar hehe. Dah, bye Mako, si Rion udah sampe lantai ini, lu tunggu aja ya'', Gin keluar ruangan Mako dengan mata sembabnya.

Berdiri di depan lift menunggu pintu terbuka. Menampakkan Rion hendak keluar. Rion memperhatikan mata Gin yang memerah dan sedikit bengkak.

''Nangis lagi?'', tanyanya.

''Ng-ngga, tadi kena sabun pas cuci muka'', Gin langsung masuk ke lift dan menutup pintu menghindari pertanyaan dari Rion.

'Gue juga rindu, tolong kembali'

'Tunggu bentar lagi, gue tenang disini, tapi gue janji bakal kembali'

1015 words, bilang dikit ku kokop ye kalian

Dah 2 chap sehari masih minta tambah mulu😭😭😭


I tadi malem mau nulis 1 bab lagi, tapi ga bisa karena ternyata diajak q time.

ku kasih 3 chap ni, idenya masih, kayanya bakal up awal sih besok atau nanti pagi.

Dah yaw, janlup voment, letta luv u all!

Emot kucing songong dulu😼

see youuu💛

How? | MagilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang