16. Kisyu

387 55 17
                                    

Disepanjang perjalanan yang Parish lakukan adalah bersenandung pelan mengantarkan Kuki pada ketenangan, alasan anak itu menangis masih belum dia ketahui. Namun tidak dapat Parish pungkiri hatinya tak tenang dengan hal itu, bisa saja terjadi sesuatu pada Kuki di hari pertamanya bersekolah. Apakah itu tentang teman barunya, atau ada hal lain.

Sheon menyempatkan mengelus kepala bocah itu saat mobilnya berhenti di lampu merah. “Apa Kuki tertidur?”

Parish mengangguk. “Lelah setelah menangis lama, tidurnya sangat lelap”

Sheon menghela kasar. “Apalah yang terjadi pada anak polos ini”

Parish memandangi wajah lelah itu, mengurut pelan daerah alis milik Kuki yang mengerut. Tertawa kecil saat memperhatikan bibir kecil yang terbuka, aroma minyak telon.

“Mungkin Shaka akan pulang terlambat, kamu bisa menemani Kuki di rumah. Biar Juni Ibu yang jemput”

Parish setuju dengan hal itu. “Baik Bu”

***

Juni memandangi seorang pria berpakaian rapi yang sedari tadi mengekor dibelakang Riki, pria itu juga senantiasa menemaninya hingga jam pulang. Selagi menunggu jemputan Riki mengajak Juni untuk membeli eskrim di kantin, cuaca memang sedikit panas yang membuat Juni langsung setuju dengan ajakan itu.

Juni mendekat kearah Riki. “Dia siapa sih?”

Riki tau siapa yang Juni tanyakan. “Supir” jawaban singkat itu segera membuat bibir Juni membulat. Pantas saja sedari tadi mengikuti keduanya, terlihat Riki meminta pria itu untuk duduk disampignya.

“Kamu memang tidak mau pulang?”

“Tunggu kamu pulang dulu”

Juni kembali memeriksa ponselnya, Ibu Sheon bilang sedang terjebak macet disuatu daerah yang tidak jauh. Bisa di pastikan juga saat dia pulang akan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di rumah, untung ada eskrim.

“Kamu bisa pulang duluan, Riki”

Riki menoleh, menyendok eskrim itu ke dalam mulutnya. “Kamu berani menunggu sendirian, hanya tinggal kita yang belum pulang”

Juni menoleh ke balakang dimana dia bisa melihat pekarangan sekolah yang sudah sangat sepi, bahkan para satpam pun sudah tak terlihat. Juni kembali menatap Riki dengan senyuman lucunya. “Makasih”

Riki suka senyuman itu, menyambut kekehan kecilnya. “Sama-sama”

Juni kembali menemukan pria di samping Riki- terlihat terkesima, pupilnya yang membesar dengan arah pandang tak lepas dari Riki. Seperti baru pertama kali melihat dua sudut bibir Riki terangkat, pria itu membuang muka saat tertangkap pandang oleh Juni.

Tak lama mobil silver itu berhenti tepat didepan ketiganya. “Ibu” seru Juni senang, melihat kaca pada tempat pengemudi itu turun perlahan.

“Juni lama menunggu ya, maaf ya. Kemacetan ini di luar kemampuan Ibu” eskpresi sedih itu disambut gelengan kepala dari Juni.

“Tidak apa-apa, Bu. Ada Riki yang menemani Juni”

Arah mata Sheon beralih pada pemuda di sebelah Juni, dengan hormat membungkuk kepada Sheon.

“Terimakasih ya sudah mau menemani Juni sampai Ibu datang”

“Tidak masalah, Bu”

Juni memutar tubuhnya menghadap Riki, melambai kecil berpamitan. “Aku pulang, Riki. Kamu juga harus pulang ya, bye”

“Hati-hati, Juni”

Lambaian itu masih terjadi hingga mobil silver itu benar-benar pergi melewatinya.

Pathetic - SunsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang