Chapter 14

189 19 32
                                    

Setelah mobil berhenti tepat di depan sebuah villa, Sana segera masuk ke dalam dengan senyuman gembiranya. Ia menyambut teman-temannya yang sedang duduk, namun wajah mereka menunjukan keresahan.

"Tzuyu sama Momo mana?" tanya Sana karena ia tidak menemukan pacarnya disana.

Baru saja Mina akan membuka mulutnya, Jihyo segera menahannya. "Lo bilang ke Tzuyu mau kemana? Hp lo dari semalem nggak aktif katanya. Kita nggak bisa jawab apa-apa soalnya lo nggak briefing kita dan lo janji balik pagi, tapi lihat sekarang jam setengah dua siang" kening Sana mengekrut kala mendengar itu.

"Gue pikir kalian mau jalan aja duluan gitu, terus nanti gue nyusul, nanti tinggal gue aja yang cari alesan. Terus sekarang dia kemana? Nyariin gue?"

"San lo bisa ga sih ga usah ngerpotin banyak orang?" Mina kini mulai angkat bicara dan kalimat Mina tentu menyinggung Sana, "Maksud lo apaan?" di tengah keributan tersebut Momo baru saja masuk ke dalam villa dan menemukan tensi ruangan terasa tidak nyaman.

"Tzuyu mana?" Momo diam tidak ingin menjawab pertanyaan itu, biarkan saja mereka bertengkar, lagipula ia kesal pada Sana, "Tzuyu mana Mo?"

"Anak dia jatoh dari tangga, terus di bawa ke rumah sakit karena harus dijahit. Dia masih vertigo saat itu. Dia chaos banget dan di situasi kayak gitu pacar kebanggaan dia malah tidur sama cowok lain. Bahkan apa? Beliin dulu hp buat Dahyun?" Mina menjelaskan semuanya membuat emosi Sana campur aduk. Ia khawatir pada Tzuyu dan Sullyoon, juga ia sangat tersinggung dengan ucapan Mina.

"Lo bukan pemeran utama disini San, ga semua orang harus tertuju ke elo. Disini kita mau liburan, mau seneng-seneng, bukan mau nontonin drama percintaan lo" tidak ada yang bersuara saat ini, hanya Mina yang terus mengeluarkan unek-uneknya. "Lagian mau aja dimanfaatin orang kayak Dahyun, by the way cowok lo juga punya utang ke gue karena ternyata anaknya gapunya asuransi" oke kali ini Mina sudah kelewatan dan membuat teman-temannya memandang ke arahnya. Momo bahkan mendekati Mina agar tidak keterlaluan.

"Ya terus kenapa kalo gue dimanfaatin? Gue punya duit. Gue bukan cewek kayak lo yang nyari cowok tajir biar bisa lo manfaatin." Sana memberikan serangan balik. Bak menyiram bensin pada api, emosi Mina semakin membara.

“Lo nggak ada hak ngurusin hubungan gue” telunjuk Mina mengacung pada perempuan yang saat ini menunjukan ekspresi kemarahannya. 

“Ya lo juga nggak ada hak ngurusin hubungan gue” tukas Sana tak mau kalah.

"Masalahnya liburan kita jadi rusak gara-gara cewek mur—"

“Hey, udah ya?" Momo menahan Mina untuk melanjutkan kalimatnya. Ia sangat paham, terkadang mulut jahat Mina bisa tidak terkendali.

"Gue mungkin dimanfaatin sama orang tapi seenggaknya gue selalu dapet apa yang gue pengen. Lo juga manfaatin Momo, lo deketin dia cuma karena lo suka dia tapi nggak berani jadiin dia pacar kan? Kenapa? Nggak bisa flexing ke orang tua lo yang terhormat itu?" Momo berusaha menenangkan Mina yang semakin murka.

"Terus berapa duit yang Tzuyu pinjem, biar gue bayar sekalian sama harga diri lo!" Jihyo dan Jeongyeon menyeret Sana keluar dari villa, karena pertengakaran ini mulai melebar kemana-mana.

"Anjing lo!" pekik Mina sebelum akhirnya Momo memeluk Mina dan Sana hilang dari pandangannya.

Terjadi kekakuan diantara mereka saat ini, apalagi setelah mendengar apa yang Sana ucapkan barusan. Semua orang paham akan itu, termasuk Momo. Ia sangat tahu jika Mina memanfaatkan dirinya, ia sangat tahu jika Mina menyukainya tapi ada alasan tertentu yang tidak bisa menjadikan mereka bersatu.

Kedua pihak merasa terjebak dalam situasi yang rumit, di mana perasaan mereka terhalang oleh keadaan yang tidak memungkinkan. Jika menjadi pasangan kekasih, Mina takut untuk mengungkapkan hubungannya dengan Momo kepada orang tuanya karena khawatir dengan reaksi mereka terhadap keadaan finansial Momo yang belum stabil.

Kotak pandora kini sudah terbuka, berada di pelukan Momo membuat Mina mulai menangis. Tidak ada yang ingin ia jelaskan pada Momo karena saat ini ia sedang kebingungan. "Gue—" mendengar suara Mina, Momo justru mengeratkan pelukannya. Perlakuan seperti itu sukses membuat Mina menangis sejadi-jadinya. Ia sangat paham apa maksud Momo, pria itu enggan mendengerakan penjelasan apapun.

Setelah beberapa jam berlalu, emosi Mina mulai mereda. Kini di villa hanya ada mereka berdua yaitu Mina dan Momo dengan Momo, pria yang masih tetap menanyakan keadaan Sana. Jeongyeon dan Jihyo bertugas untuk menenangkan Sana.

Kecanggungan terasa kala Mina tidak bisa lagi menatap Momo seperti biasanya, begitupun Momo. Pengakuan cinta semacam itu harusnya tidak pernah terdengar oleh mereka, apalagi orang lain yang mengatakan hal tersebut.

"Lo mau makan ga? Gue laper" Mina mencoba mencari fokus lain untuk memecah kekakuan, "Mau gue masakin ayam? Kayaknya masih ada ayam yang udah dimarinasi semalem" Momo mulai berjalan menuju dapur, diikuti Mina dari belakang.

Dapur terasa hening, hanya suara perabotan yang menggema di ruangan tersebut. Momo mulai mempersiapkan bahan-bahan dan alat masak di dapur sambil sesekali melirik ke arah Mina yang masih terlihat canggung. Mina mencoba membantu dengan mencuci sayuran yang akan digunakan. Suasana mulai terasa lebih tenang meskipun kecanggungan masih terasa di udara.

"Udah lama kita engga masak bareng kayak gini, ya?" ujar Mina mencoba mengalihkan perhatian dari ketegangan yang ada di antara mereka. Momo mengangguk setuju sambil tersenyum kaku.

Setelah makanan matang mereka mulai duduk bersama, Momo menarik nafas panjang dan mulai menyantap ayam mereka. Nafsu makan Momo tidak seperti biasanya, ia nampak tidak terlalu bersemangat untuk makan saat ini.

Saat ini Momo merasa bersalah pada Mina. Ia sangat tahu jika Mina sekarang ini khawatir jika dirinya melukai perasaan Momo tapi bukan dia biang masalahnya. Tidak berlangsungnya hubungan Mina dan Momo adalah karena perasaan inferioritas.

Momo merasa berkecil hati tentang perasaannya pada Mina. Ia menyimpan cinta yang begitu dalam namun tidak pernah berani mengungkapkannya. Alasan Momo menyepakati tinggal bersama kedua perempuan itu adalah setiap hari, Momo ingin menyaksikan kegiatan Mina, merasakan getaran cinta yang tak terucap. Meskipun hatinya penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah, Momo percaya bahwa mencintai dalam diam adalah sebuah keindahan tersendiri. Seperti di dalam mimpi indah yang tak pernah berakhir, ia berharap cintanya tetap abadi meskipun tidak terucapkan. Dalam diam ia ingin membuat kisah romantis antara dirinya dengan Mina, tak ada penyesalan, tak ada yang terluka dan dalam imajinasinya kisah romantis itu tidak akan ada akhirnya.

Meskipun terkadang ia merasa hampa karena cinta yang terpendam. Setiap senyum Mina adalah pemandangan yang selalu diinginkannya, dan setiap kali mereka berdua tertawa bersama, Momo merasa seperti sedang melayang di awan. Meskipun Momo menyimpan rahasia yang begitu besar, kehadiran Mina dan kesempatan untuk dekat dengannya adalah anugerah yang tak ternilai baginya.

Momo berjanji pada dirinya sendiri bahwa meskipun cintanya tidak pernah terungkap, ia akan selalu hadir untuk Mina, siap mendukung dan melindunginya tanpa pamrih. Dalam diam, perasaannya seperti air yang mengalir perlahan namun tak pernah berhenti. Momo percaya bahwa cinta sejati akan mengalir dengan sendirinya, tanpa perlu diucapkan, namun tetap dirasakan oleh kedua belah pihak.

“Gue pulang duluan, nanti anterin gue ke bandara” Momo terdiam, tentu saja jika Mina dan Sana masih disini kecanggungan bukan hanya melanda mereka berdua tapi teman-temannya yang lain. “Lo bareng kita aja, lagian Sana pasti pulang lebih dulu”

“Gue mau pulang ke Bandung” kini Momo mulai mengangkat kepalanya dan menatap perempuan itu. Mina mencoba menghindarinya dan Momo sangat mengerti itu. Tatapan Momo yang tajam membuat Mina terdiam sejenak, lalu ia tersenyum tipis mencoba mengalihkan perhatian. "Gue kangen keluarga," ucap Mina mencoba mencari alasan. Namun, suasana tetap terasa tegang di antara mereka.














**********
To be continue

Menurut kalian apa kelanjutannya?

Short Gateway Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang