"Jaem, kenapa sekarang personil kita bertambah sih.. kau tahu tidak dia ini siapa?"
"Tahulah, ini Taeyong Hyung. Kupikir kau juga sudah mengenalnya, Chan.. kau sudah pernah bertemu Taeyong Hyung di Rumah Sakit waktu itu bukan..."
"Iya memang, tapi dia ini bisa dibilang papa tirinya Mark Hyung! Aneh sekali sekarang kita malah nongkrong bersama. Iya kan, Samchon?"
"Siapa yang sebut Samchon?"
"Kau. Lee Taeyong Samchon..."
"Aku tidak setua itu untuk kau panggil Samchon!"
"OMO! Jaem, dia marah! Dengar ya, Jaemin bahkan memanggil adikmu Jeno dengan sebutan Daddy! Dan kau bertaut 6 tahun dari Jeno bukan? Bahkan aku saja memanggil Jeno dengan sebutan Ahjussi..."
"Kau..."
Taeyong menahan diri untuk tidak meladeni semua ucapan Haechan. Sejak Jaemin dan Jeno rutin menemani Taeyong terapi, otomatis hubungan Jaemin dan Taeyong pun semakin dekat. Dari sudut pandang Jaemin sebenarnya Taeyong itu cukup baik dan tidak jahat, yah terkecuali fakta bahwa Taeyong yang menjadi alasan Soo Hyun meninggalkan keluarganya.
Baru pertama kali ini Jaemin mengajak Taeyong untuk ikut berkumpul bersama Haechan dan Renjun, tepatnya setelah Taeyong bisa berjalan tanpa tongkat penyangga walaupun langkahnya masih terseret dan pincang.
"Papa tiri hanya cinta kepada ayahku saja...."
Haechan bersenandung sambil mendelik pada Taeyong, Taeyong sendiri sudah memalingkan wajah dari Haechan. Usia Taeyong dengan ketiganya berjarak 12 tahun jadi ya sudahlah untuk apa Taeyong meladeni, lebih baik tidak mengindahkan Haechan.
Taeyong beranjak dari duduknya setelah meminum habis jus alpukat miliknya.
"Aku pulang duluan Jaemin.."
"Eh, jangan Hyung... kuantar.. bersamaku saja.."
"Aku baru saja sampai loh Jaem dan kau mau pergi?"
Haechan mencegah Jaemin, namun Renjun menahan Haechan sambil menggelengkan kepala. Taeyong melihat hal itu dan tersenyum pada Jaemin seraya menepuk pundaknya pelan, kekasih Jeno ini memang begitu perhatian pada dirinya.
"It's oke Jaemin-ah.. Hyung bisa pulang sendiri... lagipula Hyung mau pergi ke suatu tempat dulu.."
"Tapi, kaki Hyung..."
"Banyak taksi ataupun kendaraan umum lainnya. Jangan khawatir, Hyung akan menelepon Jeno jika butuh sesuatu. Kau disini saja bersama teman-temanmu..."
Jaemin akhirnya mengangguk dan kembali duduk, Haechan bersorak dalam hati karena telah berhasil mencegah Jaemin pergi. Jaemin masih memperhatikan Taeyong, Haechan dan Renjun pun ikut melihat arah perginya Taeyong.
"Eh Jaem... kenapa jalannya begitu?"
Renjun jelas menyadari salah satu kaki Taeyong yang terseret dan tidak bisa melangkah dengan sempurna. Tertatih dan pincang. Haechan juga baru mengetahui hal tersebut pasalnya baik Haechan dan Renjun datang ke cafe setelah Jaemin dan Taeyong berada di dalam dan selama ini mereka nyaris tidak pernah bertemu Taeyong.
"Efek kecelakaan setahun lalu... salah satu kakinya patah tepat di persendian, walaupun sudah dioperasi dan dilakukan penggantian tempurung lutut... tetap saja sih... bahkan kudengar dari Daddy Jeno jika nyaris setiap malam Taeyong Hyung akan menahan nyeri dan mengkonsumsi obat.. dan sebelah kakinya juga tidak lebih baik. Kalian akan meringis jika melihat seperti apa bekas luka di kaki Taeyong Hyung.."
Haechan terdiam, dalam hati sedikit merasa bersalah karena membiarkan Taeyong pergi sendirian.
"Ya anggap saja karma karena sudah menjadi perusak rumah tangga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEDUCE [END]
Fanfiction"Seberapa besar kemungkinan Mark menyukai lelaki? Aku sungguhan. Bukankah dengan kesempurnaanku, bahkan Mark Lee itu akan jatuh bertekuk lutut padaku? Kalian sendiri yang selalu mengatakan jika wajahku itu manis.." "Memangnya kau gay, sialan? Aku ba...