(Pada bab ini, cerita mengandung unsur dewasa.)
-
Dini hari itu Rika cuma duduk di kursi dan menatap kosong pintu depan. Ia sangat kesal mengetahui Zach kabur dari rumah itu dan menghilang entah ke mana.
Sebelumnya, setelah mengobrol banyak dengan Rahayu akan tindakan apa yang ia ambil untuk menangani Zach, ia kembali ke kamar di mana Zach katanya akan istirahat. Namun alangkah terkejutnya beberapa saat kemudian ketika ia memeriksa lagi di sana Zach sudah tak terlihat, awalnya ia pikir Zach mungkin ada di ruangan lain, namun ia dan Rahayu tak menemukannya di mana pun. Zach benar-benar pergi dari rumah, dari mereka.
Rahayu bilang mungkin Zach mendengar obrolan mereka lalu memutuskan untuk kabur. Benar! Itu bukan kemungkinan. Tapi memang Zach mendengar dan kabur. Rika merasa sangat ceroboh mengumbar obrolannya, seharusnya ia tak membicarakannya di sini.
"TOLOL!" Rika mengumpati dirinya sendiri sambil menendang kaki meja di hadapannya. Ia sangat frustasi, hatinya ingin sekali meletup.
Tak lama, mendadak pintu dibuka, seseorang masuk. Rahayu, yang langsung menghapus suasana buruk di hati Rika dan menggantinya dengan harapan kalau temannya itu mendapat informasi baik tentang Zach setelah mencarinya di luar.
"Bagaimana? Kamu menemukan petunjuk ke mana Zach pergi?" Tanya Rika antusias.
Rahayu menutup kembali pintu rapat seperti biasa, lalu ia menghampiri Rika dan duduk di sebelahnya. "Rika, aku menemukan ini di dipan depan." Rahayu menunjukkan sebuah kertas putih.
Rika cepat-cepat menerimanya dan membuka lipatannya, di sana ada sebuah tulisan tangan dari seseorang.
'Rika, ini bapak. Bapak tahu kamu masih hidup dan bersembunyi di sini, di tempat temanmu ini. Bapak mau kamu pulang nak, bapak kangen kamu, Zach ada di rumah sekarang, jadi cepetan pulang ya,'
Rika terdiam setelah membaca isi surat tersebut.
Rahayu berbisik. "Ayahmu, dia tau dari mana kalau kamu masih hidup?"
Menurut Rika dan Rahayu, tak masuk akal Dani mengetahui kalau dia masih hidup setelah mengusut sebelumnya kalau Zach ada di rumah itu. Harusnya ia mengira kalau itu ulah Rahayu saja, tak ada bukti apapun yang menguatkan bahwa Rika masih hidup dan tinggal di rumah itu.
"Aku.. aku gak pernah bilang apapun pada orang tuamu soal kamu Rika," Rahayu menolak tuduhan yang tersirat lewat tatapan Rika padanya.
Rika kembali menatap kertas putih itu, kini pikirannya beralih pada Ningsih. Jika Dani tahu, apakah Ningsih ibunya juga tahu? Pasti tahu. Lalu, apakah Ningsih dan Dani berada di perahu yang sama? Kenapa tak ada tanda-tanda dari ibunya itu jika ia memang mengetahui bahwa dirinya masih hidup? Uang itu, ada padanya saat ini. Ningsih harusnya giat mendapatkan uang itu kembali.
"Pasti ada rencana lain," Gumam Rika sambil terus berpikir.
"Apa?" Rahayu tak mengerti dengan gumamman sahabatnya itu. Tapi Rika cuma diam hingga Rahayu menyambung kalimatnya lagi. "Hmm, Rika,"
"Apa?"
"Saat aku keluar mencari Zach di sekitar jalanan ini tadi, aku bertemu dengan beberapa warga yang sedang ngeronda,"
"Terus?"
"Kata mereka, ada mobil sedan hitam mewah yang melintas di sekitaran sini tadi. Lalu mobil itu sempet berhenti dan menyapa bapak-bapak ronda itu supaya membuka portal di ujung gang kampung," Ujar Rahayu. "Dan.. waktu jendela dibuka, bapak-bapak ronda itu lihat ada wanita lima puluhan nyentrik dengan masker yang mengemudi, terus ada juga pemuda blasteran yang tidur di kursi samping wanita itu, bule-bule gitu katanya. Ga jelas sih, tapi aku yakin cowok yang katanya bule itu pasti Zach. Memang siapa lagi? Cuma, aku gak tau siapa wanita itu?"
Rika dan Rahayu diam.
"Arjani?" Kata Rika. Tak ada orang lain yang muncul di kepala Rika saat Rahayu menyebut wanita dengan mobil mewah itu.
"Arjani?" Rahayu teringat dengan janda kaya raya yang akhir-akhir ini sering muncul di TV karena skandalnya dengan Zach. "Rika, jadi dia kemari dan membawa Zach?" Tanya Rahayu.
Rika tetap diam dan berpikir.
Rahayu menyandarkan punggungnya dan memandang langit-langit. "Hah, ya ampun, pusing.. terus di mana Zach sekarang? Arjani atau ayahmu yang ngambil dia?"
*****
Dani mencengkram dagu Zach, melihat ke area mulut Zach. "Tapi mulut cantik ini harus bekerja untukku dulu." Katanya yang mulai membayangkan fantasi gilanya menggunakan mulut Zach.
Zach tahu apa yang ada di kepala pria cabul itu. Sontak dia merasa jijik dan ingin muntah. Tidak, tidak bisa benda asing milik Dani itu akan memenuhi ruang mulutnya.
Sebelum Zach mencoba melepaskan wajahnya dari cengkraman tangan Dani, Dani sudah lebih dulu menyingkirkan tangannya. Pria itu lalu turun dari dipan, dan segera melepas celananya. Wajahnya sangat ceria, ia tersenyum bahkan hampir tertawa, matanya tak lepas memperhatikan Zach yang makin memucat.
Setelah semua celananya terlepas, bahkan hingga ke celana dalamnya, pria itu kembali naik ke dipan dan menghampiri Zach.
Zach menyeret diri hingga ke tepi dipan dan punggungnya menyentuh tembok. Sialan! Melihatnya saja Zach benar-benar mual, apalagi milik Dani itu semakin menegang hingga ukurannya terlihat makin membesar.
Zach mencoba melarikan diri dengan berusaha turun dari dipan. Ia bahkan sempat mengumpat karena terlalu jijik. Namun tangan gembul Dani segera menariknya tetap di tempat.
Pria gemuk itu lalu mendorong Zach dengan kasar hingga punggung Zach membentur tembok lumayan keras. Dengan kasar Dani kemudian menyatukan kedua tangan Zach ke atas kepala agar pemuda itu tak dapat melawan.
Zach terus meronta, ia bahkan hampir berteriak namun tangan besar Dani segera menutup mulutnya sambil mendorong membenturkan kepala Zach ke tembok agar pemuda itu menyerah.
"DIAM!" Ujar Dani hampir meremas wajah Zach.
Tangannya yang besar yang menutup mulut Zach rupanya juga menutup hingga ke area hidung Zach. Membuat Zach sesak dan tak bisa bernafas. Selain itu akibat benturan di kepala belakangnya, Zach juga merasa sangat pusing.
Dani terus mencengkram wajah Zach meski Zach sudah terlihat lemas. Pria itu masih sesekali membenturkan kepala belakang Zach ke tembok memastikan Zach tak akan melawan.
"Kalo kamu ga mau menurut aku bisa buat kamu mampus!" Ujar Dani di dekat telinga Zach.
Zach benar-benar tak melawan lagi saat ini, hingga Dani akhirnya melepaskan tangannya dari wajah Zach.
Kepala Zach yang masih sangat pusing, dan pandangannya yang kabur karena itu samar-samar melihat benda vital milik Dani sangat dekat dengan wajahnya saat ini. Bahkan baunya sangat tidak enak.
"Ayo, buka mulutmu!" Ujar Dani sekali lagi mencengkram dagu Zach, kali ini agar mulut Zach terbuka. "Kalo kamu coba-coba menggigit burungku, aku ga segan buat kamu bisu seumur hidup!" Ancam Dani memperkuat cengkramannya di wajah Zach.
Tak sempat Zach menanggapi ucapan Dani itu, mulut Zach yang dipaksa terbuka kemudian segera dijejalkan dengan kemaluan milik Dani yang sedari tadi sudah menegang.
Ukurannya yang lumayan besar seketika memenuhi mulut Zach, bahkan seolah membobol hingga ke ujung tenggorokan Zach dan membuat Zach langsung tersedak.
Dani menarik rambut Zach agar anak itu tak mampu berpaling menghindari kemaluannya yang kini berada di mulut Zach. Ia terus memaksa agar Zach tak mampu mengeluarkannya. Dan memang Zach tak mampu menyingkirkan benda itu dari mulutnya.
Tangannya yang dicengkeram oleh Dani berusaha meronta, kakinya yang sakit pun mencoba menendang namun posisi Dani yang berada di atasnya membuat Zach seperti menendang udara.
Tak sadar perbuatan cabul Dani membuat Zach meneteskan air mata karena terlalu jijik dan menyakitkan. Apalagi saat Dani mulai memainkan vitalnya itu terus di mulut Zach dengan kasar tanpa mempedulikan tenggorokan Zach yang terasa ingin jebol akibat tarikan dan dorongan yang dilakukan oleh Dani dengan penisnya yang menegak itu.
Zach benar-benar ingin muntah saat ini, ia hampir menggigit penis itu sebelum Dani rupanya masih membenturkan kepala Zach ke tembok dengan keras seakan mengingatkan agar Zach tak coba-coba melawan.
Setelah lewat dari satu menit sebelum Dani merasakan klimaks, tiba-tiba ia yang tak menyadari apapun karena terlalu asik bermain dengan Zach dikejutkan oleh dua orang yang tiba-tiba memasuki rumahnya dan berdiri di dekatnya.
"BAPAK!!" Ujar seseorang itu sangat kaget dengan apa yang dilakukan Dani.
Dani yang juga kaget pun menoleh. "RI..RIKA?!!"
...