Bab 21

1.4K 160 27
                                    

TRIGGER WARNING!! 🚫🚫

Hola readers syanx 💋
120 votes & 120 comment for next ❤️
*
*
Selamat membaca

"Non..."

Marisa mengangkat kepalanya yang ia tenggelamkan diantara dua lutut yang ditekuk, saat suara Mbok Sri menyapa rungunya. Derai air mata dari perempuan ayu yang sekarang nampak kuyu itu, menyambut netra rabun Mbok Sri. Membuat hati perempuan paruh baya itu merasa terenyuh.

"Mbok anter ke kamar ya, Non. Mbok temeni kalau non mau istirahat"

Tak ada sahutan dari sang majikan. Mbok Sri kemudian membantu Marisa berdiri. Tangan keriputnya menuntun perempuan kuyu itu masuk ke dalam kamar lalu membantunya berbaring di ranjang. Tak lupa Mbok Sri menyelimuti tubuh perempuan ayu itu dengan selimut tebal.

"Mbok pergi saja. Aku bisa sendiri" Pinta Marisa dengan suara yang bergetar.

"Tapi non.."

"Aku bilang pergi!" Marisa berteriak sampai bangkit dari tidurnya. "Aku bilang, aku bisa sendiri dan aku ga butuh bantuan dari mbok!"

Marisa turun dari ranjang lalu mendorong tubuh tua itu untuk keluar dari kamarnya secara paksa, sampai-sampai tubuh perempuan paruh baya itu terhuyung dan hampir jatuh. Jika saja Mbok Sri tidak sigap bisa jadi tubuh tuanya akan terjerembap ke lantai. Setelahnya perempuan kuyu itu menutup pintu kamar rapat-rapat dan menguncinya dari dalam.

Dada Marisa tiba-tiba terasa sesak, nafasnya tersengal-sengal, paru-parunya seperti tak bisa bekerja dengan normal. Tangannya juga ikut gemetar hebat dan tidak dapat ia kendalikan. Ia sadar, saat ini monster di dalam dirinya kembali bangkit.

Dengan tubuh gemetar dan langkah kaki yang terseok-seok, Marisa masuk ke dalam walk in closet. Dengan tak sabaran, ia membongkar isi salah satu ambalan yang terdapat baju-bajunya yang ia keluarkan secara acak untuk mencari sesuatu. Saat salah satu tangannya menemukan sebuah botol plastik, lekas ia membuka tutup botol itu dan menelan salah satu butir obat anti depresan untuk membantu membuatnya lebih tenang.

Tubuhnya merosot karena kaki-kakinya sudah lemas bagai jeli. Ia sandarkan tubuh lelahnya pada pintu almari. Memejam sesaat agar kondisinya bisa lebih baik dari saat ini.

Setelah dirasa ia bisa menguasai diri, Marisa keluar dari tempat persembunyiannya. Dilihatnya Mbok Sri tengah berdiri menyambutnya di depan pintu. Perempuan tua itu masih setia berada di sisinya dan menungguinya.

"Non, udah baikan?" Ujar Mbok Sri terdengar khawatir. Bahkan tak terlihat ekpresi wajah penuh kebencian setelah Marisa membentak dan mengusirnya secara membabi buta.

Marisa yang masih berdiri di ambang pintu langsung menubruk tubuh Mbok Sri. Dipeluknya raga tua itu seraya mengucapkan banyak kalimat penyesalan "Maaf mbok.. Aku minta maaf kepada mbok, karena berlaku kasar dan berbicara kurang pantas. BPDku kambuh. Dan saat kambuh seperti ini, aku bisa melukai orang-orang sekitarku melalui ucapan dan perbuatanku"

"Aku paling tidak bisa ditinggalkan, mbok. Dan baru saja suamiku pergi karena kami bertengkar. Karena aku tak ingin ditinggalkan kembali, untuk itu aku berusaha mengusir mbok yang mencoba membantuku. Aku melakukan itu untuk menjaga mentalku agar aku tidak akan sakit lagi jika mbok ikutan pergi seperti Raka. Maafin sikapku ya mbok" Marisa menjelaskan kondisinya agar Mbok Sri tahu, manusia seperti apa yang sedang ada di hadapannya. Tak banyak orang awam yang tahu soal penyakit BPD yang ia idap. Apalagi Mbok Sri, dengan latar belakang pendidikan yang tidaklah tinggi dan edukasi mental yang sangat minim atau bahkan nihil.

"Ga papa, non. Mbok Sri sudah tahu tentang kondisi Non Caca, jadi Mbok ga akan masukkan ke hati"

"Sebelum Mbok Sri kerja disini, bapak udah jelasin dan cerita banyak hal tentang Non Caca. Bahkan jika suatu saat penyakit Non kambuh, bapak juga udah kasih tahu apa yang harus mbok lakuin buat ngejaga non dan menjaga diri Mbok Sri sendiri"

MARRIAGE DISORDER (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang