[[CHAPTER 14]] : Kesepakatan Rahasia

963 87 45
                                    

Suara derap kaki kuda terdengar keras memecah kesunyian di dalam sebuah hutan Oak. Jalanan yang dilewati oleh kaki-kaki kokohnya menimbulkan kepulan debu yang bagai berarak mengikuti langkahnya. Kuda putih berukuran besar itu tampak begitu gagah, melaju kencang dengan sangat fokus mengikuti instruksi dari sosok yang menungganginya. Menunjukkan eksistensinya yang begitu indah dan juga kuat di saat bersamaan.

Sosok yang duduk di atas pelana-- seorang pria berparas cantik dengan pakaian berkuda rapi. Boots coklat setinggi lutut membalut kakinya yang kecil. Surai pirang platinumnya tertutup oleh topi berwarna keemasan. Kedua tangan yang terbalut sarung tangan putih tampak sangat tenang ketika memegangi kekang kuda. Posturnya juga terlihat begitu pas dan cocok ketika berpadu dengan tubuh kokoh kuda besar itu.

Seakan pemuda itu adalah seorang ahli berkuda.

Bahkan kalaupun kuda yang ia tunggangi melaju dengan kecepatan yang setara kuda balap, guncangan yang terlihat pada tubuhnya tampak begitu kecil. Seakan tubuhnya telah menjadi  bagian dari tubuh kuda itu sendiri.

Daun-daun Pohon Oak berguguran di sepanjang jalur yang mereka lewati. Warna oranye dan kemerahannya begitu pas dipadukan oleh semburat jingga yang mulai menggusur langit biru cerah. Daun-daun yang melayang tertepis oleh semilir angin yang tercipta akibat laju kuda dalam kecepatan tinggi.

Mata biru yang memantulkan cahaya dari mentari sore menatap tanah kering dengan cekungan-cekungan tapal kuda yang tak rata. Namun mata itu terlihat tak fokus. Nyaris kosong, pria itu sepertinya tengah memikirkan sesuatu sehingga hanya mengandalkan instingnya saja untuk mengendalikan kuda kesayangannya itu.

"Kupikir begini lebih baik. Kau jadi terlihat normal. "

Kalimat itu terlintas kembali di pikirannya. Begitu pula nada suaranya yang hangat dan tenang,

"......jika kau merasa tak nyaman dengan orang lain, kau tak perlu tersenyum. Wajahmu yang seperti ini terlihat lebih baik karena itu lebih alami....."

Pria itu mengerutkan dahi,

"... Lebih alami... " Batinnya di dalam hati. Merasa aneh mendengar kata-kata itu

Kenapa dia berkata seperti itu...?

NGIIKK--!!

Pria itu tampak terkejut dan menarik kekang kuda dengan kencang. Kuda besar berhenti berlari dan meringik dengan suara keras. Kedua kaki depannya bahkan terangkat karena tarikan tiba-tiba itu. Jika saja pria itu tak duduk dalam postur yang benar, mungkin tubuh ramping itu sudah terlempar dari punggung kuda dan jatuh menggelinding ke jalan.

Gyutt--

Pria itu memegangi kepalanya yang mendadak sakit. Matanya terpejam kuat dengan kesan penuh ketidaknyamanan. Telinganya tiba-tiba berdengung keras hingga mengaburkan suara di sekitar,

"--kau manusia tanpa emosi yang sangat menjijikkan--"

Sebuah suara yang familiar terdengar secara tiba-tiba. Suara itu seperti berbicara di dalam kepalanya. Pemuda itu menggertakkan giginya. Tangan yang memegang kekang kuda menggenggam tali dengan sangat kuat hingga sarung tangan putih yang ia kenakan berkerut dengan aneh. Suara-suara lainnya turut terdengar setelahnya, seperti saling menyahut dan bergema di dalam kepala.

"--Kau adalah aib keluarga--"

Pria  itu mendesis dengan suara begitu lirih. Merasakan sakit kepala luar biasa ketika mendengar serangkaian suara yang bercampur aduk di dalam kepalanya. Tangan yang bergetar mencengkeram kepala kuat-kuat. Giginya bergemelutuk seolah menahan amarah,

"... Berisik... " Ujarnya, dengan nada datar nyaris tanpa emosi. Namun wajahnya yang begitu kesakitan menunjukkan bahwa ia benar-benar terganggu dengan suara yang berdengung di dalam kepalanya itu.

Your's To ClaimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang