بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kedua alis tipis milik Zadyna Fabriana si gadis kalem itu sedikit menukik lalu kembali membentuk garis paralel.
Sementara kedua bola mata coklat gelap nan tampak rupawan dihiasi dengan bulu matanya yang lentik itu memandang ke mejanya karena bukankah memandangi sesuatu yang bukan milik kita itu tidak boleh? Iya, mata adalah bagai anah panah.
Orang ketiga dan ke empat yang menemani keduanya sekilas mengulas senyum gemas melihat kecanggungan akan suasana. Khana menggaruk pipi kirinya yang tidak gatal. Padahal orang di sebelahnya ini yang menginginkan pertemuan ini.
"Butuh kalimat pembuka dulu dari saya tidak?" tanya Khana berkelakar karena dari tadi tidak ada suara yang keluar dari mulut keduanya.
Diam-diam detak jantung Zadyn melaju dengan cepat. Entah kenapa ia merasa gugup dengan ini, mungkin karena sudah lama ia juga tidak berinteraksi dengan lawan jenis ditambah lagi dengan pembahasan serius semacam ini.
Kelvin yang juga ada di sana merasa bosan dan ia tetap fokus main hp saja. Khana yang duduk di sebelahnya pun masih menungguinya.
Adnan refleks mengulas senyum kecil. Ia juga tidak tahu harus memulai dengan kata apa. Bukankah semalam ia juga telah mengatakan semuanya dan berakhir dengan penolakan? Meski tidak secara langsung.
Zadyn menghela napas dengan pelan agar lelaki itu tidak mendengarnya. Sebenarnya ini adalah permintaannya kepada Kelvin.
Selepas pulang dari kampus ia mengatakan kalau ia ingin bertemu dengan Adnan setelah ia dengar dari umminya bila pria itu akan kembali ke kota tempat tinggalnya.
"Ibunya Adnan tadi menelpon Ummah, katanya Adnan mau merantau ke kota sebelah. Ada rencana lanjut S2 mungkin dia juga ingin lebih sibuk beribadah."
Zadyn saat itu tertegun. Sementara di doa sepertiga malamnya beberapa akhirnya menunjukkan bila Adnan pilihan yang terbaik. Apakah ini jawaban sebenarnya? Jika Adnan menjauh berarti dia bukan jodohnya?
"Dyn ..."
"Iya, Ummah."
"Memang tidak ingin mengubah keputusan kamu mau bersamanya?" tanya ummah seolah-olah tahu kegelisahannya sekarang.
"Ummah, aku telah salah mengambil keputusan. Jika dia yang terbaik."
"Kamu masih ada waktu, Nak."
Dalam hati seorang Zadyn tidak ada terbesit rasa cinta, namun ia yakin Adnan adalah orang baik. Ia ingin mengubahmu semua kembali seharusnya masih bisa diperbaiki. Ia berharap lelaki itu tidak menilainya sebagai gadis labil.
Iya, Zadyn sebelumnya pernah menolaknya. Namun, setelah dipikir ulang kembali Adnan adalah dari ke semua kriteria imam terbaik dalam keluarga. Ia yakin bisa sakinah bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z A D Y N A
Short StoryDi zaman sekarang ini sangat jarang ada seseorang yang bisa bertahan dengan satu hati. Di mana perasaannya yang tidak berubah hanya untuk satu hati saja. Terlebih lagi seorang perempuan yang memiliki cinta tulus untuk seorang ikhwan. Sebut saja Zady...