Ale

25 1 0
                                    

Kamar bernuansa hitam rapih itu menampilkan sosok insan berwajah datar nan tegas. Ia sedang bercermin seraya mengingat kejadian kemarin saat berhasil membuat Alena kesaltingan.

Bibir nya tersenyum lebar, pipi nya memerah, Alena menjerit begitu lucu dimata Gus Zain.

Ia terus saja tersenyum, hingga akhirnya ia sadar dan menetralkan wajahnya lagi. kemudian berjalan pergi.

***
"Assalamualaikum. Ning Fara sudah dateng aba?" Tanya gus Zain.

Hari ini Ning Fara serta keluarga bersilaturahmi dengan keluarga Zain, membuat gempar satu pondok, karena sempat ada rumor bahwa mereka ingin menikah. Rumor itu telah sampai pada telinga Alena, tapi kemarin lusa ia mendengar sendiri jika Fara sudah menolak Gus Zain.

"Waalaikumsalam, sudah Zain. Itu di depan." jawab aba.

Mereka melangkah keluar ndalem untuk menyambut para tamu.
dari kejauhan Zain melihat Alena yang sedang memantaunya. Muncul ide jahil agar membuat Alena
bad mood.

Ia tersenyum tipis, kemudian dengan sengaja berdiri di sebelah Ning Fara dan saling sapa-menyapa.

"Mereka cocok banget sih." ujar Chika yang ikut memantau bersama Alena.

"Kayaknya rumor mereka mau nikah jadi deh." Ucap Ria semakin membuat Alena panas.

Tanpa bicara apapun Alena beranjak pergi meninggalkan teman-teman nya. Ia memang tidak suka dengan Gus Zain, namun bohong jika dia tidak cemburu. Baru saja kemarin ia diajak nikah, namun sekarang Gus Zain malah sedang bersama 
Ning Fara.

***
"HUAAA UMI, LENA DI BOHONGIN." Rengek Alena sendirian.

Tak ada harapan lagi untuk dia menikah dengan seorang gus, karena ia tau diri bahwa dirinya bukan siapa-siapa. tidak mungkin berjodoh dengan seorang gus.

Ia kembali berteriak untuk meluapkan segala isi pikirannya terhadap Ning Fara dan Gus Zain.

***
Kini sudah memasuki waktu ashar. mereka semua sholat berjamaah di imami oleh adik gus zain- Azhar.

sehabis sholat berjamaah para santri kembali pada kegiatan masing-masing, Fara dan keluarga berbincang dengan uma, aba, dan azhar. Sedangkan Zain kini sedang mencari keberadaan Alena juga Rara untuk menyetorkan surat yang telah dijanjikan.

Gus Zain terus saja berkeliling hingga menemukan Alena yang sedang murung sendirian.

"Alena." panggil gus Zain.

Alena memutar tubuhnya menghadap Zain. Saat itu pula hatinya bertambah hancur, ia masih kesal dengan
Gus Zain.

"Iya, gus." Walau begitu ia terus harus bersikap baik nan sopan kepada
Gus Zain.

"Ikut saya." Gus Zain tidak mau hanya berduaan dengan Alena, akhirnya ia mengajak Alena untuk menyetorkan hafalanya di ndalem agar banyak orang.

Sesampainya mereka disana. Gus Zain juga Alena duduk bersebrangan dengan tetap menjaga pandangan. Mereka juga duduk dekat kursi yang kini banyak sekali tamu yang berada disampingnya.

"Hafalan kamu sudah, Alena?" tanya Gus Zain.

"Sudah, gus." jawab Alena.

"Bismillahirrahmanirrahim." Alena terus melantunkan surah Al-waqiah yang telah ia afal bersama Rara.

Suara Alena begitu merdu untuk didengar. Dengan tajwid serta makhraj huruf yang benar semakin membuat lantunan ayat suci itu terdengar merdu.

'masyaallah.' batin Gus Zain.

Usai Alena membaca surat Al-waqiah dengan tepat. Gus Zain kembali membuka suara.

"Pelafalan kamu begitu bagus, Ale." komentar gus Zain.

"Ale?" Tanya Alena bingung. Karena ia biasanya selalu dipanggil dengan Alena atau Lena bukan Ale.

"Itu panggilan khusus dari saya sebelum memanggilmu dengan zaujati dan Humaira." Ujar gus Zain yang tak dimengerti oleh Alena.

Zain sendiri menggigit bibir bawahnya untuk berusaha menahan senyum, menjaga mimiknya agar tetap datar.

Dalam kebingungan itu ternyata aba sedari tadi mendengarkan perbincangan kedua insan tersebut.

"Sebentar lagi, Zain." Ledek aba.

Gus Zain hanya tertawa ketika melihat sekilas wajah Alena yang semakin kebingungan.

'apa yang sebentar lagi?' batin Alena.

Dibalik perbicangan itu, seseorang menatap sebal Alena.

***
see you 🖐️🥰

Zainalena Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang