#1_SAHABAT SELAMANYA

3 0 0
                                    

Di cerita ini aku pakai sudut pandang Arza selaku pemberi info pertama, yang semuanya jelas tertulis dalam naskah yang ditulis atur oleh Wisnu!!, dan beberapa kalimat majas di dapat dari buku harian Arza!

Kabupaten G, kecamatan T, 2019

Aku Arzana Arditya, dipanggil Arza, tau takut?, tidak aku tidak pernah takut, aku punya semuanya, aku adalah sang raja begitulah aku sang Raja dengan kesatrianya, beserta 12 domba emas berisi harapan.

Aku punya sahabat, namanya Firnanda Fazhari, panggil aja Nanda, sahabat yang sangat aku sayangi, atau bahkan cintai?, tapi tidak aku cuman tidak mau di pergi, bahkan orang sekitar melihat kami sepasang kekasih namun faktanya kami hanya sahabat yang saling menyayangi.

Aku tinggal bersama nenekku di sebuah kampung dikaki gunung ini, nenek tak pernah mau yang buruk kepadaku aku sayang nenek, dia bagiku seorang ratu, dalam hidupku aku tidak peduli jika semua orang membenciku asal bukan Nenek dan Nanda, aku rela.

Semuanya terasa sempurna, aku dan Nanda yang seakan tak terpisahkan kecuali malam, kalian terbayang seberapa indah persahabatan kami, walaupun orang lain mengejek kami sebagai pasangan gay yang kadang membuatku takut, Nanda anak kepala Dusun di sini, dan ibunya tentu tidak akan menerima jika anaknya, anak yang menurut semua orang paling sempurna harus rusak karena ku, gila pikiran orang memang gila, dan aku juga tak lain gilanya dengan mereka, ya aku terpaut selalu dengan perkataan psikologi, kalau semua cowok tampan itu aslinya adalah gay, ya aku sedikit percaya, tapi bukannya itu aku, Arza seorang yang terpandang memiliki wajah yang tak kalah dengan Nanda ini masih normal, serius.

Andai saja nasibnya berbeda.

Karena berita simpang siur yang entah darimana tentang kami, setiap pergi kemana mana kami selalu mengajak Raka, dia teman dekat kami juga.

Seringkali kudengar mereka membincangkan ku, soal burukku, harusnya hanya aku saja yang berbicara dengan diriku sendiri, mereka pikir mereka sempurna ku tah anak mereka yang lelaki semua hanya bersembunyi di balik topeng palsu, topeng beralaskan aku normal, aku tau.

Tak ada yang benar di dunia ini....

Usiaku dengan Nanda hanya beda setahun, andai saja Nanda masih kelas 9 sementara aku kelas 10, beda satu namun beda tempat.

Entah kenapa aku kadang kawatir soal Nanda yang bakalan berubah karena akhir akhir ini dia tidak sering ketemu denganku, ya karena sibuk kerja kelompok dengan seorang perempuan katanya, yang aku kenal perempuan itu, dia adalah Amara, aku tau dia suka kepada Nanda, aku cemburu, jujur sangat cemburu, tapi bukan karena apa, tapi karena Nanda sahabatku tidak lebih, serius.

Suatu ketika aku ke rumahnya, rumah sahabatku, tapi aku tidak langsung mengetuk pintu rumahnya, aku diam menunggu di rumah pohon kami berdua, rumah pohon yang pernah menjadi tempat pasangan ketahuan berbuat asusila, bukan seperti yang dipikirkan tapi asusila berupa sentuhan saja, percaya.

Namun agak sulit dan aneh soalnya keduanya adalah seorang lelaki, dan hanya aku yang tau perbuatan itu, makanya saat ibunya membicarakanku, ku jawab dalam hati, belum tau saja kau kelakuan putra ketigamu ini.

Ya, semua orang munafik, termasuk aku sepertinya tapi tidak aku masih normal, buktinya aku bisa dekat dengan Maya, yah aku normal, serius.

Setiap pulang nenek selalu menyiapkan ku sarapan, ku ceritakan sedikit tentangnya, dia sebenarnya nenek tiriku, atau ibu dari ayah tiriku, ayah tiri itu lebih tepatnya ku sebut iblis itu entah kemana perginya sejak kejadian silam yang lalu, ayah tiri yang ketahuan memerkaos anaknya sendiri, aku, iya aku, seorang Araa di usia yang masih belia, waktu itu usiaku masih 7 tahun, dan dia melakukan itu hingga nenek melaporkannya saat usiaku hampir 10 tahun dan sekarang entah dimana dia, membusukkah dia dalam penjara?, atau masih berkeliaran mencari mangsa berikutnya selain ku, seperti yang pernah dilakukannya padaku dan bahkan pada Raka, dan bahkan dia tertangkap saat hendak melakukannya pada Nanda, sahabatku sendiri.

Ya serusak itu moralnya dan ku harap moralku tidak begitu....

Tahun ini, 2014, bulan Juli, aku masih disini menatap bumi, laguku masih bergumam, hatiku masih bergejolak dan diriku masih ku basahi dengan keabadian perjanjian persahabatan.

Yah, aku dan Nanda selamanya.....

Setengah sadar, aku kadang bermimpi sedang berjalan, entah kemana dan paginya aku selalu tidur dengan posisi aneh, yah aneh, aku selalu bangun dengan kepala dan lutut nyaris bersenggama, layaknya orang ketakutan dan trauma. Trauma berat.

Pagi ini damai, aku membantu nenek, ku harap bisa, karena aku biasanya hanya merengek meminta sesuatu tapi kali ini aku bantu, dulu dulunya aku bukan tidak mau bantu nenek tapi mumpun sekarang libur jadi aku tidak punya begitu banyak kegiatan, dan Nanda, entah dimana dia sudah dua hari selalu ketemu Amara, cemburu?, iya aku cemburu tapi hanya cemburu sahabat, serius.

Aku terkadang curiga dan iri terutama saat dia, sahabatku itu tidak lagi mau ku peluk, aneh apa dia risih?, mulai hari itu dia agak jauh tapi aku tidak peduli, tidak mungkin dia menjauhiku,.

Namun aku suatu ketika pergi ke rumahnya, rumah yang menjadi tempat tidur untuknya, ku dengar, dia bertengkar dengan ibunya, terkait ibunya, rupanya ibunya terhasut kebodohan orang orang si paling normal, si paling anti penyimpang, sudahlah ternyata ibunya yang melarang dia bersamaku, ibunya menjelaskan kalau aku pacaran dengan seorang banci di sekolah ku, banci?!, pikiran si paling normal, siapa yang menyebarkan itu semua?.

Aku sudah tau semuanya, dan setelah aku tau semuanya dan berusaha menjauh dari Nanda aku malah tidak bisa, semakin aku menjauh dari Nanda, semakin dia mendekatiku, dan sehebat itu kekuatan persahabatan kami berdua.

Suatu ketika aku berjalan ke kebun, ku temui Amara, teman sekelas Nanda yang akhir akhir ini sering ditemuinya.

Dia bertanya soal Nanda, keberadaannya, jelas aku berbohong , aku tidak tau, kataku yang membuatnya langsung pergi, aku mulai curiga dan membuntutinya, namun seharusnya aku tidak melakukan hal itu agar tidak seperti sekarang. Ya sekarang.

Kulihat dia menuju ke rumah Nanda, ya rumah yang menjadi tempat tidurnya, aku berusaha menjernihkan pikirku, aku meninggalkan tempat itu.

Sorenya aku bersama Nanda jalan jalan bersama ke sebuah bukit, tak lupa ada Raka, aku meminta Raka agar sedikit menjauh atau aku biarkan saja?, tidak semuanya hanya aku yang boleh tau, tak lupa Nanda.

Aku bertanya kepada Nanda soalan Amara tadi pagi, wajahnya langsung merah, suaranya tertahan, diam, entah apa yang dia pikirkan, keringatnya kini hampir membasahi baju putih yang dikenakannya tidak jelas tapi aku mulai curiga akan sesuatu.

"Nggak kok dia cuman kerumah kembaliin buku,"

Ya itu jawabannya, aku menatapnya lama, aku tahu, dia bohong, tidak, aku yang bodoh bertanya soal itu.

Tak mau terlalu banyak ku tanya padanya, dia lekas berdiri, mengajakku pulang, ya, pulang ke rumahku.

Kami pun pulang bersama dia seakan menunjukkan kalau ini itu masih dia, dia yang dulu, tapi sekarang yang dulu itu bukan sekarang.

_______________________

Part berikutnya:
#2_Wanita kotor lagi bodoh

TEMAN BICARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang