04. Menyesal ++

384K 4.3K 54
                                    

Tepatnya beberapa menit yang lalu mira berhasil membuat pertahanannya tertembus begitu saja oleh seorang duda 33 tahun beranak satu. Dirinya menunduk hampir menangis akibat rasa perih yang ia terima. Mira belum berani untuk menggerakkan pinggulnya.

Jenar khawatir, sudah pasti mira akan kesakitan. Gadis binal yang ada di diri mira sudah lenyap.

Jenar perlahan bangkit, tangannya meraih memeluk mira dan mencoba menenangkannya. Ia menarik pelan dagu sang wanita, seraya menciumnya ia tumpahkan segala kehangatan untuk nya.

Tatapan mereka menyatu, sambil tersenyum tipis mira mulai kembali mengalungkan tangannya di leher jenar. "Saya sepertinya sudah tidak waras karena kamu mira-". Parau jenar.

"Cium mira lagi". Pinta mira. Dia mendengus tapi tetap menuruti keinginan mira. Dari ciuman yang asal kecup, berubah menjadi ciuman yang saling menuntut.

Tak sadar mira mulai menggerakkan pinggulnya, ringisan kecil mira keluar karena rasa perih yang masih terpatri.

"Om- mira susah geraknya". Jenar terkekeh kecil, ia mengusap keringat yang ada pada dahi mira.

"Saya bantu gerakin mau?". Demi apapun sunggingan kecil jenar membuat mira terpesona. Dan tanpa sadar mengangguk.

Jenar mencengkram erat pinggul mira, perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya, mira juga mau tak mau ikut bergerak walau sedikit ngilu. Netranya tak lepas pada sosok mira yang kini melenguh kecil sambil mendongakkan kepalanya keatas.

"Omh".

"Just call my name".

"Jena- ahh". Dia menghentakkan dirinya tersenyum menyeringai saat mira benar benar menyebut namanya.

Gelenyar aneh meliputi dirinya, dia lemas badannya bergetar hebat. Mira tak mampu pada posisinya ia menjatuhkan diri pada dada bidang sang pria bersandar dan membiarkan pria itu melanjutkan permainan yang mira mulai.

"Kamu tidak apa apa?".

"Emm terusin, mira mohon". Karena sungguh ini enak sampai rasanya mira tidak ingin dia berhenti.

"Baiklah".

Brukk.

Mira tersentak saat dirinya jatuh secara mendadak, kiniira berada di bawah Kungkungan jenar Pradipta. Melihat mira yang masih syok pria itu malah tersenyum tanpa merasa bersalah.

"Biarkan seperti ini, saya bisa lebih leluasa membuatmu merasa nikmat".

Mira membulat sempurna, rasa enak menyelimuti dirinya saat jenar mulai memaju mundurkan pinggulnya. rasanya lebih gentle dari yang mira kira. Semakin lebar mengangkang semakin dalam yang ia rasakan.

Sambil terus maju dan mundur ia mengalihkan pandangannya dari mira dan menatap pada pusat penyatuan mereka, bisa dia lihat dengan jelas betapa indahnya kegiatan mereka.

Tempat dimana mereka menyatu untuk mencari kenikmatan, milik mira sangat basah dan sempit menjepit, ditusuk oleh miliknya benar benar sempurna benda berurat itu berada di dalam sana. Dia tersenyum menyeringai.

Mira semakin mencengkeram seprei yang sudah tak berbentuk. Suara lenguhannya terdengar memenuhi seluruh ruangan. Ia menggeliat ribut. Jenar menghentak miliknya keras-keras.

"Ahhh om!!". Suaranya memekik, pelepasannya bahkan sudah terjadi berkali kali. Tapi jenar tidak mau berhenti. Mira memandang wajah pria yang kini mengungkungnya, ekspresi wajahnya yang serius sangat tampan apalagi di penuhi keringat di dahinya. "Om ganteng. Mira suka".

Nafasnya tersengal-sengal. Dia terkekeh kecil. "Katakan itu saat kamu sadar nanti". Ucapnya. Mira mengerjap tak paham. Tapi kebingungannya teralihkan oleh rasa nikmat yang kembali datang. Dia mempercepat tempo genjotannya, membuat mira terguncang hebat.

DUDA RESE! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang