Starry Tales - Chapter 27

775 58 9
                                    

|I miss the times that we never had. What happen to us, we were almost there. Who ever said it's impossible to miss. What you never had, never almost had you.|

. .

"Hai..." sudah lama. Terlalu lama. Berapa bulan sejak terakhir kali Handa ditinggalkan sendirian? Ditarik paksa keluar dari peluknya yang nyaman. Perasaan hangat itu, hilang seiring dengan Handa yang harus menghadapi kenyataan bahwa mereka sudah miliki kehidupan yang berbeda.

Jahat.

Hatinya penuh amarah. Handa mengutuk dunia. Mengapa kenyataan begitu menyakitkan? Kenapa... kenapa ia tak pernah temukan bahagia meski ia nyaris mati berdiri saking kerasnya berusaha? Tak ada yang mencintainya, tak ada satupun yang bisa mencintainya sebesar yang laki-laki ini lakukan.

Tangan itu direntangkan lebar. Tak lupa dengan senyum hangat, cukup membuat Handa perlahan mendekat. Matanya berkaca-kaca, menguap segala amarahnya. Tak kan pernah bisa ia kesal pada laki-laki di hadapannya. Satu-satunya yang dapat berikan rasa aman. Handa merasa dicintai begitu besar, pun tak pernah Handa ragu tuk tumpahkan rasa cintanya tanpa takut merasa kecewa.

"You did a great job!" Keenan tersenyum, tangan besarnya mengelus kepala Handa lembut. Mungkin sudah nyaris empat bulan ini, Handa berusaha bertahan hidup. Semampunya, dengan mengais sedikit rasa percaya pada dirinya, meski ia pun tak tau ia hidup untuk apa.

"Hhhhh...." Handa menangis, luapkan rasa sesaknya. Dada ini begitu berat. Terlalu banyak yang ia tahan hingga tak sedikitpun amarah keluar, tak ada tenaga. Handa memejamkan mata menikmati bagaimana Keenan mengusap kepala dan punggung kecilnya. Bolehkah, sebentar saja ia meresapi moment ini dan tak terburu-buru hilang?

CUP!

Puncak kepalanya dicium lama. Keenan begitu bangga. Handa berhasil melawan ketakutannya. Mantap hati itu untuk mencari kebahagiaannya, mencoba meyakini bahwa Keenan bukanlah satu-satunya tujuan yang bisa antarkan Handa pada bahagia, "I'm so proud of you."

Hahhaa... tak pernah. Orang tuanya saja tak pernah berkata demikian. Pun laki-laki yang memaksanya bertarung nyawa demi seonggok makhluk yang selalu Handa tatap kosong keberadaannya. Semua yang diucapkan mereka, hanya ilusi semata agar Handa mau mengabulkan apapun keinginan mereka.

Keenan merasakan jantung itu berdegup begitu kencang, makin erat laki-laki itu membawa Handa dalam pelukan. Diam saja, tanpa kata. Selalu... Keenan selalu ingin menjadi penenang. Ia pun senang menjadi rumah untuk Handa seorang. Dibiarkannya Handa terisak pelan di dadanya. Paham jika Handa pasti kelelahan.

"Jalan aja, gak usah lari. Pelan-pelan ya?" Keenan yang selalu mengingatkan Handa untuk tak terburu-buru mencapai apa yang ia inginkan. Nikmati saja prosesnya, mungkin memang itu jalannya. Toh, nanti jika sampai di tujuan, proses itu yang akan selalu terngiang di kepala, membuat bangga. Tak perlu berlari apalagi terseok, karena untuk apa?

Handa diam saja. Isak tangisnya saja yang terdengar. Bersyukur karena Keenan begitu memahami dirinya, bahkan tanpa ia berkata apa-apa.

Sekejap ia rasakan nyaman. Hatinya tenang, namun semuanya hilang kala telinganya mendengar lengkingan kencang. Matanya terbuka perlahan, kepalanya pening dan tubuhnya sedikit demam. Lagi dan lagi... akibat kemalasannya mengosongkan payudara. Handa terlalu sibuk belajar, tak ada waktu untuk berhenti sejenak dan membiarkan makhluk itu menghisap sari-sari makanannya. Kadang, Handa juga lupa mengeluarkan ASI-nya dengan breast pump, saking kepalanya penuh dan ia ingin tiduran saja. Sakit dia sekarang.

"Mami kan bilang sebentar~"

Raline.

Berteriak di ruangan sebelah kamarnya. Terdengar agak jauh dan menggema, mungkin perempuan itu sibuk di kamar mandi dan monster kecil itu sudah tak sabar.

Starry TalesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang