16. Ducati Merah

148 8 0
                                    

jangan lupa follow, vote, dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

jangan lupa follow, vote, dan komen

Enjoy~~

🥀☕️

Suara teriakan serentak dari anak-anak karateka terdengar hingga ke kantin. Di sinilah Hali berada, membantu Ibu kantin dan suaminya bersih-bersih. Mengelap meja, menyapu lantai, mencuci piring, dan lain sebagainya Hali kerjakan.

Hanya untuk mendapatkan uang kecil-kecilan. Biasanya uang yang ia dapatkan cukup untuk makan siang. Hali juga tidak masalah jika tidak di beri upah apapun, karena ia membantu dengan ikhlas.

"Ini, Nak, upah." Ibu kantin meletakan beberapa lembar uang kertas di atas tangan Hali. Padahal lelaki itu belum menyelesaikan semuanya pekerjaannya.

"Tapi ini belom-"

"Nggak apa-apa, kamu pulang aja. Sisanya biar Ibu dan Bapak yang urus."

Hali tersenyum, "Makasih banyak, Buk, Pak." Hali menoleh ke arah Pria yang berusia 40 tahunan yang berdiri tidak jauh darinya.

Kemudian lelaki itu mengambil tas ranselnya yang terletak tidak jauh dari sana lantas berjalan pergi dari kantin. Masih ada banyak waktu yang tersisa, dan waktu itu ia gunakan untuk melihat Rhea latihan. Kursi kayu di koridor yang menghadap langsung ke lapangan adalah tempat pilihan Hali untuk duduk.

Suara hentakan kaki serentak dan teriakan bersamaan yang bergema di langit-langit menjadi hiasan sekolah yang sudah sepi. Meskipun banyak anak karateka yang berbaris di sana, namun mata Hali hanya memandang lurus ke satu arah.

"Itu bukannya Hali?" Della yang berbaris di samping Rhea menyadari kehadiran seseorang.

Rhea yang mendengar itu mengikuti arah pandang Della. "Iya itu, Hali," ia menjawab singkat karena tak ingin ketinggalan sedikitpun arahan Sensei di depan sana.

"Nungguin lo?" Bukannya diam fokus mendengarkan Sensei yang sedang memberikan arahan, Della malah lanjut bertanya.

"Menurut lo?" Tak ingin mau kalah, Rhea bertanya balik.

Della terkekeh, "Bukan Rhea namanya kalo di tanya malah nanya balik."

Pakaian khas bela diri membungkus tubuh Rhea, sabuk berwarna biru sebagai tanda tingkatannya di olahraga karate. Dulu Hali hanya bisa mencuri-curi pandang saat melihat Rhea latihan, tapi sekarang ia bisa melihat sepuas yang ia mau.

Tetesan keringat menghiasi wajah gadis bersabuk biru itu. Latihan selesai, di tutup dengan membungkukan setengah badan pada seorang wanita yang umurnya kisaran 27 tahun bersabuk hitam yang mengerat di pinggangnya. Wanita itu yang mereka panggil sejak tadi dengan sebutan Sensei.

Hali bangkit lantas berjalan menghampiri Rhea yang berdiri di tengah lapangan sembari berpamitan pada teman-temannya.

Hali menyodorkan beberapa tisu, "Makasih." Rhea menerimanya dengan senang hati. "Gue ganti baju dulu, ya." ia berkata sebelum melangkah pergi, padahal Hali sama sekali belum memberikan jawaban.

DUNIA KITA BERBEDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang