Ken tidak bisa tidak menebak jika kedatangan sang ayah kekediaman adalah Elang.
King, pria tua itu datang kekediaman bukan tanpa alasan, dia tahu itu, pasti ini Elang, bayinya yang menjadi alasan pria tua didepannya ini.
"Mereka semua ada disekolah, dan Nathan sudah tidur kau bisa kembali."Ken tidak ingin menanggapi King, sebaiknya dia pergi, nanti saja memikirkan babynya.
Dan pastinya dia akan menghukum anak sulungnya itu.
"Bukan mereka tapi dia, anak laki-laki itu, namanya Elang bukan?"
Sial! Ken sudah menebaknya tadi tapi tidak menyangka jika King malah menayakan itu, apa ayahnya datang hanya ingin mengambil Elang dan menyerahkannya pada Jason.
"Pergi, aku masih menganggap mu ayah sekarang, jika kau menyakiti dia maka kau akan mendapat balasannya."Walaupun King ayahnya, tapi Elang merupakan jiwanya, jadi dia tidak akan segan-segan untuk menghabisi ayahnya sendiri.
King tidak bisa menahan tawa, suara bariton itu terdengar sedikit menyeramkan, "kau ini berbicara apa Ken, tidak pernah berubah, untuk apa aku melakukan itu, dia baby baru kita."
"Bukan kita! Dia anakku!"Apa maksudnya dengan kita, sudah cukup Max yang menyebalkan, tidak ada lagi tambahan, orang tua ini ingin mengambil babynya, tidak bisa, Ken tidak bisa membiarkannya.
"Anakmu berarti cucuku."Orang tua ini mengapa begitu menyebalkan."Dia berada dimana? Aku ingin melihat wajahnya langsung, bukankah baby sangat imut."
Ken berdecak, "bukankah kau tidak suka pada baby!"
"Siapa yang mengatakannya?"
"Kau pasti akan mendukung Bianca."
"Bodoh! Untuk apa aku mendukung Bianca, sudahlah dimana bayi baru itu?"
Sedikit tidak percaya tapi Ken tetap harus waspada,"Max." Hanya itu dikeluarkan oleh bibir itu.
King melirik kamar itu," sudah lemah?"Sungguh prihatin, dia tidak menyangka jika anak sulungnya ini sudah tidak kuat seperti dulu, tidak bisakah dia mendobrak pintu itu dan masuk apa susahnya.
"Kau yang lemah, coba saja kalau bisa."Ken bahkan sudah berusaha dari tadi tapi pintu itu tidak bisa terbuka.
Sedangkan didalam kamar Max, Elang benar-benar ingin keluar sekarang, dia benar-benar kapok saat bersama Max.
Dia menatap cermin yang menampilkan wajahnya yang memerah, dia dipaksa memakai pakaian mantel dan kaos kaki, dibibirnya juga ada pacifier yang baru saja diambil oleh Max.
Saat dia akan membuang pacifier itu pasti Max akan mengambilnya yang baru, dan yang paling Elang tidak habis pikir, pacifier itu sangat banyak, satu laci penuh dengan alat menjijikkan itu.
"Kenapa baby, kau lapar, mau apa? Mau susu?"
"Nggak mau, mah keluar..."Lihatlah wajah yang tertekan itu, Max sebenarnya tidak tega tapi bagaimana lagi, hari ini adalah waktunya bersama baby, jadi dia tidak akan membiarkan siapapun menganggu waktunya.
"Aku akan memanggil bibi untuk membuatkan mu makanan."
"Aaaaa! Nggak mau! Mau keluar! Mau ketemu sama ibu!"Elang membuang pacifier nya lagi, dia sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.
Prang...
Elang dan Max sama-sama terkejut, mereka melihat kearah jendela yang baru saja pecah, wajah Max menjadi muram sedangkan wajah Elang bersinar.
"Ken tolongin gua! Anak lo stres! Dia pengen punya bayi tapi nggak mau nikah!"Elang berlari memeluk Ken, baru kali ini Elang rasanya ingin menangis, harga dirinya tercoreng jika dia menjadi bayi seperti ini.
Max tidak menyangka jika ayahnya itu bisa memikirkan masuk lewat jendela, padahal lantai ini begitu tinggi, seharusnya dia juga memperbaiki jendela itu agar tidak bisa dimasuki orang lain selain dirinya.
Ken menghela nafas, Elang begitu lucu tapi melihat dia tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Max dia menjadi tidak tega."Kenapa seperti ini Max, baby tidak suka, kau membuatnya tidak nyaman."
Max menunduk, dia tahu yang dia lakukan itu berlebihan, tapi dia suka seperti itu, rasanya sangat menyenangkan menganggu Elang, dia ingin menjadikan Elang baby yang sangat lucu."Maaf, aku hanya ingin bersama baby saja, tidak lebih."Jawabnya.
"Boong! Dia nyiksa gua!"Elang seperti biasa, dia berteriak tidak jelas, "mau kabur aja kalo gini..."gumamnya pelan tapi bisa didengar oleh mereka semua.
Ken menatap Max, dia harap Max tidak melakukan kesalahan lagi nantinya, lihatlah sekarang Elang sudah tidak betah, sungguh membuat Ken pusing.
"Mau ibu..."Elang menangis, Ken mengendong Elang dan melirik Max, menyuruh dia membuka pintu.
Entah kenapa Elang begitu suka menangis akhir-akhir ini, dia seperti tertekan dengan sikap mereka, dia tidak mau diperlakukan seperti bayi. Dia harus jadi laki-laki kuat agar bisa menjaga ibunya.
Max sedikit merasa bersalah, dia tidak bermaksud membuat bayinya menangis seperti itu, apakah dia memang keterlaluan? Dia rasa tidak berlebihan bukan?
Ken menepuk pelan punggung Elang, tidak mendegar lagi suara tangis, Ken kembali melihat, ternyata bayi kecilnya tertidur.
"Jadi dia Elang, ternyata dia lebih imut aslinya."King berucap tapi segera Ken hentikan saat ayahnya itu akan mendekat, "dia tidur nanti saja."
"Baiklah "
Vote →comment →follow
Typo? Tandai!
Udah double ya😅
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI
Teen Fiction{SEASON 2 DARI LANGIT!} Not BL/BXB Update sesuai mood🙂 Dikehidupan pertamanya mempunyai kakak seorang lesbian membuat Lang harus menderita karena ulahnya, pernah mengalami buta dan ingin mati saja adalah keinginannya, tapi sayang keinginannya harus...