《53》

1.7K 212 42
                                    

Just Fiksi oke!

****

"Om, kenapa gak bilang kalau yang berkunjung bukan temen gue?" Ethan memasang ekspresi datar, berbanding terbalik dengan orang yang duduk di depannya.

Rautnya nampak syok. Wajah yang biasanya datar tanpa emosi itu menampilkan raut yang tak biasa. Ethan hanya mendengus mengeluarkan semirik. Dia menyapa orang yang mengunjunginya santai. "Hai, papa."

"Laksamana Ethan. Apa yang kamu lakukan di sini?!" Sahara mendesis menahan emosi.

Dia tak percaya atas apa yang dia lihatnya. Putra sulungnya yang selama ini dia cari cari ternyata ada di dalam penjara.

"Emm, ngapain ya?" Ethan membuat raut sok berpikir. Dia menatap dari sudut mata meledek. "Main masak masak. Orang orang di sini kesepian, makanya Ethan datang."

"Jangan bermain main Laksamana!" Sahara nampak benar benar berusaha menahan dirinya. Ethan mendengus.

"Kenapa si pa? Bentar, kalau papa yang lakuin kunjungan di sini, artinya papa yang udah jeblosin Ethan?" Anak itu menaikan kedua alis bertanya.

Rahang Sahara mengetat. "Ini bukan tempat mu Laksa. Apa selama ini kamu yang bertanggung jawab atas kesalahan Ranjanu itu? Seperti rumor yang beredar. Anak itu tidak pernah mendapatkan hukumannya karena ada yang menggantikannya!"

Ethan berkedip polos. "Ada rumor begitu emang? Kok Ethan baru denger."

Sahara merasa marah. Entah mengapa. Dia tak terima, putra sulungnya masuk ke dalam penjara atas bukan kesalahannya. Dia tahu, mau seberubah apapun anak itu sekarang, bukan berarti dia akan melakukan hal hal kotor menjijikan seperti yang di lakukan oleh putra Ranjanu itu.

Putranya hanya menanggung kesalahan keturunan Ranjanu. Hukum di negeri ini memang mudah untuk di permainkan. Selama ada uang, mereka dapat merubah hukuman sesuai kemauan. Tapi dia tak menyangka, kalau putranya akan menjadi korban dari kebusukan hukum negeri ini.

Sahara tiba tiba berdiri di ikuti tatapan Ethan. Dia berbalik badan, dan berbicara tanpa menoleh. Rasanya Sahara tak bisa melihat wajah itu sekarang. Jadi, hasil dari laporannya kemarin membuat putranya itu di tangkap dan harus menjalani kehidupan di sini. Tinggal di tempat hina ini, makan, minum, mandi, dan tidur di tempat tidak layak. Sialan! Benar benar sialan!

"Pulang! Itu bukan tempatmu!" Sahara menahan diri untuk tak melampiaskan kemarahannya.

Dia memang marah karena Ethan sudah menghilang berhari hari membuat putra bungsunya menderita. Tapi dia lebih marah saat tau ternyata Ethan juga menderita. Harusnya anaknya itu bersenang senang di luar sana seperti dugaanya, bukan malah terjebak di tempat seperti ini.

Ethan tak bergeming, dia menatap tangan mengepal erat papanya. Sekelebat pikiran datang, apa papanya itu marah kepadanya lagi sekarang? Apa setelah pulang dia akan di hajar?

"Kenapa hanya diam! Bangun! Itu bukan tempatmu!" Sahara berbalik kembali hampir membentak.

Ethan mendongkan menatap mata memerah papanya. Papanya sangat marah, apa dia tak akan selamat setelah ini? Bukan hanya kurungan di gudang, tapi juga pukulan yang akan dia dapat. Dia jadi tak ingin pulang, lebih baik dia di sini menunggu Yairo dan Regan menjemputnya sembari bermain dengan para tahanan lain ketimbang pulang dan mati. Dia masih ingin hidup.

"Berdiri, Laksamana." Tekan Sahara menuntut.

Ethan meringis lugu. "Gak deh pa, Ethan di sini aja. Nungguin sidang sama Yai. Papa duluan aja, hati hati, titip salam buat Athan."

"Apa maksudmu?! Kamu ingin bertahan di tempat seperti ini?!" Marah Sahara.

Ethan mengangguk dengan cengiran polos. "Iya, ini gak seburuk apa yang papa pikirin kok."

Laksamana EthanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang