Pukul 9 pagi tadi, Pamela, Ashel, Denaya, dan Amora baru kembali ke asrama. Mereka berempat sempat bingung dengan wajah tertekuk Chesa di ruang tamu. Bahkan saat mereka semua, minus Ambar yang tidak tahu kemana itu sedang sarapan, yang biasanya Chesa akan duduk didekat Arumi itu kini menjauh. Mata Pamela, Ashel, Denaya, dan Amora saling lirik menghadapi situasi yang baru terjadi ini.
"Kalian berantem?" Tanya Amora yang sudah sangat penasaran.
Tidak ada jawaban baik dari pihak Chesa maupun Arumi. Mereka tetap fokus dengan makanan didepan mereka masing-masing.
"Sumpah, suara gue kedengeran kan?" Amora menatap Ashel, Pamela, dan Denaya secara bergantian. Mereka bertiga mengangguk, membuat Amora kembali memasang wajah bertanya. "Terus kenapa mereka gak ada yang jawab? Apa budek ya mereka?"
Ucapan sarkas Amora itu membuat Arumi mendengus geli. Ia akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap Amora yang saat ini menyangga dagunya dengan tangan.
"Gak berantem, kok. Masa diem aja dibilang berantem."
Denaya yang mendengar jawaban Arumi itu merasa tidak puas. Dan juga, sejak kapan suara Arumi selembut ini? Membuat dirinya yang berada disamping Arumi sedikit merinding. Ia dengan berani menyentuh dahi Arumi yang langsung membuat gadis itu kaget.
"Lo ngapain anjir, De?" Masih dengan wajah kaget Arumi bertanya kepada Denaya yang memasang wajah kikuk.
"Tadi suara lo lembut banget, gue kaget dikit." Denaya berdehem sebentar, "Biasanya lo yang nyiapin makanannya si Chesa, tadi kok nggak? Tumben banget. Makanya kita mikir lagi berantem."
Arumi terdiam sejenak, lalu ia melirik Chesa yang setia menunduk memakan makanannya. "Dia kan udah besar, lagipula gue bukan siapa-siapa dia. Jadi gue gak harus ngurusin dia kan?"
Sekarang giliran lainnya yang diam mendengar ucapan Arumi, bahkan Chesa sampai menghentikan acara makannya.
Pamela semakin yakin ada yang tidak beres dari mereka berdua. Tidak tahu apa yang terjadi saat mereka berempat tadi keluar asrama, yang jelas hal ini membuat suasana tidak nyaman. Ia membenarkan perkataan Denaya saat ucapan Arumi yang benar-benar lembut itu, tidak seperti biasanya. Tapi ia juga merasakan bahwa tatapan Arumi ke Chesa adalah tatapan yang ia lihat saat pertama kali bertemu di asrama, asing.
Pamela sedikit memundurkan badan, dan mendekatkan mulutnya ke telinga Denaya. "Mereka beneran berantem, Ay." Bisik Pamela.
"Terus kita harus apa?" Denaya membalas berbisik ke Pamela.
Pamela menggeleng, ia berbisik kembali. "Gak tau, berantem karena apa ya?"
"Pasti karena Chesa yang buat salah."
"Karena Kak Arumi juga bisa aja tapi."
"Gak mungkin.."
"Kalian berdua bisik-bisik apaan?!" Kesal Amora. Ia melihat bagaimana gerak-gerik Pamela dan Denaya itu. Mereka berdua langsung menjauhkan badan dan tersenyum canggung.
Amora kemudian menyenggol lengan Chesa dan dihadiahi tatapan jengkel. "Apasih."
"Habis ini keluar yuk, kita ke tempat permainan yang kemarin itu." Ajak Amora antusias.
"Gak bisa, gue mau keluar, Mor." Jawab Chesa santai.
"Yaudah, habis lo keluar aja. Malem juga gak papa ayo, kan itu buka sampai malam juga." Amora memberikan pilihan lain, ia sangat berharap Chesa menyetujuinya.
"Gak bisa, gue keluar sampai malem."
Wajah Amora berubah datar. "Sama siapa?"
Chesa menghentikan aktivitas makannya, lalu ia menoleh untuk menatap Amora dengan tenang. Ia tidak terganggu dengan tatapan yang Amora berikan itu. Lagipula hak dia juga kan mau keluar atau bermain dengan siapa saja, ia tidak perlu memikirkan perasaan orang lain terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGED [BABYMONSTER] ✓
Teen Fiction[ END ] Bagaimana jika 7 siswi yang tidak akur itu tinggal satu asrama bersama? Please don't copy. © aphrooditee_ | 30 Mei 2024 - 30 Juli 2024