17

1K 20 0
                                    

"Kenapa, hemm?" tanya Tio pelan.

Aira masih bergeleng.

Cvp!

Sebuah c1vm4n mendarat dib1b1r mulus Aira. Gadis itu jadi tertegun, kaget. Jantungnya jadi bermasalah karena itu.

Tio terkekeh kecil, sejenak. Sampai dia tersadar bahwa Aira masih bertingkah aneh.

"Ada apa?" kali ini Tio menempelkan dahinya dan Aira. Gadis itu hanya menatapnya dengan tatapan datar.

"Aira... Ada apa sebenarnya?" tanyanya.

Aira masih diam dan mengalihkan pandangannya dari Tio.

"Apa Leo ganggu kau?!"

Aira sedikit ragu untuk bergeleng lagi.

"Kenapa?! Leo ganggu?? Apa yang dia lakuin?! Katain Ra. Aku juga denger dari pelayan, kau ga makan beberapa hari ini!!" Tio mengguncang tubuh Aira panik.

Deg!!

Jantungnya berdetak kencang, saat melihat air mata gadis itu jatuh dengan wajah datar. Seperti merasa sakit yang luar biasa sampai tak bisa berkata-kata.

"Ra, ra. Lo.. Gapapa, kan?!"

"Heeee, kak Leo dia cekik aku. Aku takut, dia juga ancem pakai p1s4v. Aku takut!! Heeee" tangisnya pecah.

Mata Tio membeliak. Ia sudah menduga, pasti terjadi sesuatu saat ia tak dirumah. Apa lagi saat Leo juga dirumah.

"Dia cuma lakuin itu aja?! Ga ngelakuin apa-apa lagi, kan?!"

Aira mengangguk.

"Yaudah, diem. Jangan nangis. Jelek banget mukanya, kalau nangis" bisik Tio di telinga Aira.

Aira menghapus air matanya lalu cemberut dan bersedekap dada.

"Makan, yuk. Laper.." ucap Tio agak merengek.

Aira yang tak pernah mendengar Tio begitu langsung terkejut, dan hampir tertawa. Pasalnya, Tio menduselkan hidungnya diceruk leher gadis itu, menimbulkan rasa geli.

"Ayo~"

"Yaudah, ayo. Aira juga laper" ucap Aira sambil mendorong bahu Tio perlahan.

Tio pun menjaga jarak diantara mereka, lalu pergi keluar sambil menarik Aira yang masih rada sesenggukan.
*
~diruang kerja Tio~

Brakh!!

"Kemana si Leo?! Tidak mungkin kalian tidak tahu apa-apa, kan?!"

Tio tampaknya marah besar, beberapa bodyguard yang ia suruh datang ke ruang kerjanya hanya bisa menunduk takut.

"T-tuan, tuan muda Leo kembali. Bersama dengan nyonya muda, Liana dan tuan muda, Axel." ucap seorang maid yang baru saja masuk.

"Kalian semua pergilah. Suruh mereka masuk. Pastikan satu orang pun tidak ada yang masuk selagi kami didalam" tekan Tio sambil duduk di kursi kerjanya.

"Nona muda?" celetuk maid itu bertanya.

"Hem... Kalau dia, biarkan saja." ucapan Tio sontak membuat maid itu ter wow. Bodyguard setianya saja tidak pernah diperbolehkan masuk, kenapa Aira yang baru datang bisa di bolehin? batinnya.

"Apa yang kalian tunggu? Tunggu aku mem3ngg4l leher kalian, baru hemmm?!" ancam Tio, anak buahnya pun langsung berlari terbirit-birit.

Tak berselang lama, seorang wanita cantik dengan wajah yang baby face masuk dengan seorang pria yang kelihatannya tak jauh beda umurnya dengan Tio, dan Leo masuk kedalam ruangan itu.

"Aa~adikku, apa kabar, hmm?" Wanita cantik itu langsung berlari dan memeluk Tio yang sedang duduk.

"Hmm, yah. Tak ada yang berubah dari ruangan ini, cukup bosan" pria itu duduk disofa.

Awalnya santai saja suasana disana, tapi semua berubah begitu Leo menampakkan batang hidungnya.

Tio mengepalkan tangannya erat. Membuat wanita yang sedang memeluknya langsung paham akan situasi sekarang.

Plack!!

Sebuah pukulan mendarat di pundak Tio membuat pria itu meringis pelan.

"Kalian ini, apa maksud mata kalian itu. Kalian itu adik kakak, bukan harimau sama singa" protes wanita itu.

"Dia duluan!" Adu Tio.

Wanita itu jadi tambah kesal sekarang.

"Ana, biarkan mereka. Percuma jika di lerai" ucap pria tadi pada wanita yang ternyata bernama Liana.

"Ish!! Kakak apa ga capek liat mereka berantem terus?!" cecar Liana.

"Engga! Lagian.. Mereka udah dewasa, ngapain diatur-atur"

"Kak axel~" Liana merengek.

Axel yang mendengar itu hanya menghela napas panjang.

GADIS POLOS MILIK MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang