Beragam kostum dari perpaduan aneka macam warna dan model menghiasi setiap sudut penjuru sekolah. Musik yang berasal dari panggung utama di tengah lapangan mengalun sangaat kencang, padat nya stand stand makanan dan minuman ikut memenuhi jalan jalan dan koridor sekolah, sungguh saat ini bahkan jalan ke arah kelas ku saja aku harus menempuh waktu yang cukup lama karena berdesak desakan.
Today is the day. Sedari rumah rasa gugup dan khawatir semakin menghantui ku, but luckily aku memiliki keluarga yang selalu mensupport ku penuh dan kapanpun. Kepanikan ku berhasil di tenangkan Ayah tadi saat mengantar ku ke sekolah, Mas Rion dan Bunda turut memberi semangat dan menemani ku ke sekolah via Video Call. Sedikit aku merasakan beban ku agak berkurang. Pada akhirnya keluarga ku gak bisa untuk menonton pensi hari ini dikarenakan ada urusan lain, jadi Ayah hanya drop ku di sekolah lalu kembali ke kantor.
Kini aku berjalan berdesak desakan di lorong, sampai ku rasakan seseorang menepuk-ku dari belakang, aku berbalik dan menatap seseorang di depan ku ini diikuti rasa syukur di dalam hati,
"Hai Mel"
Rayyan dengan suit with braces dipadu dengan chino pants menempel dengan sangat pas di tubuh nya yang semakin hari semakin terbentuk karena olahraga yang digeluti nya. Senyum nya menyapa ku yang ku balas dengan senyuman hingga mata kami beradu tatap selama beberapa saat.
" Cantik sekali inii, pacar nya siapa sih? "
Aku tersipuuuuu... Aku memukul lengan Rayyan bercanda semata mata hanya ingin menutupi salah tingkah ku
" Apa deh Rayyan "
Seseorang di belakang Rayyan sedikit dorong dorong sehingga Rayyan memilih menggeser posisi kami agak sedikit terpojok dengan posisi punggung ku sudah menempel dengan tembok yang di lindungi tubuh tinggi Rayyan di hadapan ku.
" Kamu gak nyaman ya? Desek desekan gini " ucap Rayyan khawatir
" Hmm hmm Ray, akuuu nervous jugaa " Adu ku
Rayyan tertawa kecil, menyelipkan poni ku kebelakang telinga lalu melirik kanan dan kiri, ia lalu menarik tangan ku untuk mengikuti nya menjauhi kerumunan ratusan manusia ini. Jiwa introvert ku mengatakan seakan akan aku harus cepat cepat keluar dari situasi ini.
Rayyan membawa ku menaiki tangga ke lantai dua, berbelok kiri menyusuri lorong lorong kelas, lalu berbelok ke kanan dan membuka pintu ketiga dari lorong, ruang kelas nya.
Setelah masuk ku lihat sudah ada teman teman Band Rayyan yang kini tengah bersiap siap menghiraukan Rayyan yang masuk membawa ku ke dalam ruang kelas. Tidak hanya teman teman Rayyan yang ada di ruangan ini, ada beberapa siswa siswi lain yang akan tampil memilih untuk bersiap diri di ruangan ini.
" Sini Mel " Tangan Rayyan terulur menyambut tangan ku lalu kami duduk di dua kursi di pojok kanan sebelah jendela. Dari sini aku bisa menatap ke bawah langsung melihat lapangan yang dipenuhi banyaknya orang.
" Well, sekarang jawab, ini kenapa jadi cantik berkali kali lipat kayak gini sih? Lemah jantung cowok mu ini Mel" lagi lagi Rayyan mengeluarkan gombalan nya, siku nya ia sandarkan di kursi lalu memangku kepala dengan telapak tangan nya.
" Cantik nya hari ini aja? Kemarin kemarin nggak cantik? " jawab ku jahil yang kembali ku dapati wajah Rayyan berubah menjadi panik
" Cantik!! Setiap hari cantik, bangun tidur aja kamu cantik"
Sesuatu benda di lempar mengenai belakang kepala Rayyan, bunyi nya sih pelan tapi tetap aja bikin aku dan Rayyan kaget
" Woii bukannya siap siap malah gombalin cewek " Ya, tadi Eki yang lempar botol kosong ke Rayyan. Rayyan menghadap ke arah Eki lalu bersuara agak keras, " Lah yang gue gombalin cewek gue sendiri, kenapa jadi lo yang emosi? Kenapa lo? Iri yaa"
YOU ARE READING
A Million Feeling (COMPLETED)
Teen Fiction((ON GOING)) ((Warning 16+ banyak umpatan/ucapan kasar )) Menjadi anak tunggal tapi gak kaya raya gak selalu hidup-nya enak. Adakala nya aku merasa jenuh, kesepian gak punya teman curhat atau teman bermain, tapi di sisi lain aku buuuaaaahagiaa karen...