07. Pramuka Day 3

12 5 0
                                    

***

"Hoaamm.."

"Kayak suami istri kan, ya?"

"BL anjir, najis."

"Lo pada lagi ngapain?" Renja bertanya dengan wajah bantal, ia duduk sembari mengucek matanya. Felix dan Candra menoleh pada Renja, mereka berdua duduk menghimpit Renja. "Sonoan kek anjing, tempat lebar gitu!"

Keduanya berakhir nyengir, Felix meraih botol minumnya, lalu menyerahkan botol 500 ml itu pada Renja. "Minum dulu Ren, subuh marah-marah itu gak baik, nanti bisulan katanya." Celetuk Candra. "Najis, mana ada kek gitu, garing."

Felix dan Candra tertawa, Renja bangkit dari duduknya. Saat hendak keluar tenda, pandangannya tak sengaja melihat anak kecil tertidur di dada Jagat, sedangkan di sebelah Jagat ada Naka yang tidur memeluk anak kecil itu. "Anji—ini anak siapa, anjir?" Tanya Renja, linglung.

"Anaknya Naka sama Jagat, lah."

"HAH!?" Renja tak sengaja memekik, dan Leon yang sedang tertidur pulas otomatis merengek. "Diem, anjir!" Candra membekap mulut Renja menggunakan tangannya, sedangkan Felix langsung mengusap-usap punggung Leon, bermaksud untuk menenangkannya.

"Renja tolol, anak orang lagi tidur malah teriak." Cibir Candra, Renja menepis tangan Candra dari mulutnya. "Ya kan gue kaget anjir." Renja berbisik, tapi penuh suaranya penekanan. "Ini beneran anak mereka? Si Naka gimana hamilnya anjir?"

Candra dan Felix terkikik. "Ytta, aja."

Kedua mata Renja memicing, nampak mencurigai Candra dan Felix. "Lo pada suka nonton bkp, ya?" Tuduh Renja, mereka berdua terperanjat kaget, lalu tukar pandang. "E-eh, gila, nggak lah!" Felix membantah tuduhan itu.

"Alah, ngaku deh!" Renja menunjuk-nunjuk dua pemuda itu. "Kagak anjir, kagak!" Ujar Candra, ia menggeleng kuat. "Halah, lo berdua gue cepuin ke Pak Eka!" Renja berlari keluar tenda, Candra dan Felix panik, mereka mengejar Renja.

"Ck, berisik banget dah.."

Jagat bersuara, pemuda itu membuka matanya yang terasa berat. "Naka?" Suara beratnya terdengar begitu pelan, ia melirik kepala Naka yang ada di lengannya. Lalu melirik Leon yang ada di dadanya, bocah itu tidur dengan pulas.

"Naka, Nakala.." Panggil Jagat, ia kesulitan bergerak karena Leon dan Naka. "Ka, bentar lagi subuh, ayo bangun.." Katanya, Naka menggeliat. Jagat mengusap wajah bantalnya dengan tangan kanan, "Lo udah bangun duluan? Anak-anak mana?"

Jagat menatap Naka yang sudah duduk di sampingnya. "Kayaknya diluar deh, mereka pada ribut." Tuturnya. Naka tak membalas, ia memejamkan mata, sepertinya sedang mengumpulkan nyawa. "Piyi?"

Jagat duduk, Leon di pangkuannya sedang mengucek mata seraya memanggil pemuda bernama Felix. "Leon nyari Piyi?" Naka mengusap rambut bocah itu. "Mau sama Piyi.." Tangannya mengarah pada Naka, seolah minta di pangku.

"Ayo, nyari Piyi."

Naka bangkit, membawa Leon keluar dari tenda. Jagat merogoh tas, mengambil ponselnya yang belum sempat ia sentuh sejak kemarin. "Gue gak on sehari aja udah kayak seleb gini anjir, apalagi sebulan, langsung meledak handphone gue."

Jagat geleng-geleng kepala ketika ratusan notifikasi pesan bermunculan dari media sosialnya, mengeluarkan suara-suara bising yang mengganggu. "Seleb banget sampe hape nge-lag gitu." Dewa berujar, pemuda dari kelas dua belas itu masuk ke dalam tenda dan membangunkan anggota lain.

Gegap Gempita Kota Jakarta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang