4. Di Antara Keramaian

25 3 0
                                    

Tertidur semalaman ternyata tidak membuat Rafidah akan melanjutkan tidurnya walau bagi puan itu di sini adalah tempat paling nyaman. Begitu dua matanya terbuka sambil mengusap kelopak mata, hal yang pertama kali menyambutnya adalah langit di luar yang tampak cerah dilihat dari jendela yang telah terbuka. Cahaya terang itu menyilaukan mata, namun mampu memanggil kesadarannya.

Dia bangun di ruang tidur saat udara sejuk itu masih bisa terasa di kulit yang hanya terbungkus selimut tipis. Pandangannya mengarah ke jendela yang terbuka lebar sambil memikirkan siapa yang bertanggung jawab membangunkan tidur nyenyaknya. Insan yang pertama kali dia pikirkan adalah ibu, jika sebaliknya ayahnya tidak pernah mencampuri apa pun di dalam ruang tidur.

Menyadari kalau langit ini adalah pagi pertama baginya di Kuala Raya, dia bergegas bangkit dari ranjang tidur kayu yang hanya berderit saat dia bergerak. Tanpa pikir panjang, dia segera keluar dari ruang tidur yang menjadi saksi bisu kehadirannya saat tiba di rumah ini. Saat dia meninggalkan ruangan, yang tersisa adalah udara sejuk saja.

Turun dari tangga yang tidak sampai lima anak tangga, dia bisa melihat Umar sedang menyantap sesuatu di meja makan. Penasaran, dia mendekat agar bisa melihat dengan lebih jelas. Di atas meja, ada sepiring kue bangkit dan segelas teh hangat yang menjadi santapan pria itu. Sarapan tersebut bagi keluarga ini sudah lebih dari cukup.

"Makanlah ni! Lepas tu baru mandi. Bapak dah ambekkan aer kat sumor," titah Umar yang memberi beberapa patah kata sebelum mengunyah seperempat makanan ringan itu ke dalam mulut. Di sini, hanya ada dia saja. Tidak ada orang lain lagi sebelum Rafidah muncul. (Sarapan dulu! Setelah itu baru mandi. Bapak udah ambilin air di sumur.)

"Mak kat mane?" tanya Rafidah yang ingin tahu keberadaan ibunya. Untuk sementara waktu, wanita itu tidak kelihatan batang hidungnya. (Ibu di mana?)

"Kat pasa. Kau nyusollah ke sane! Bawakkan barang belanje die!" jawab Umar yang tahu dengan pasti di mana Halimah. Di dalam kepala, dia sudah menghapal apa saja kegiatan yang biasa dilakukan wanita itu. Dia tidak butuh catatan lagi. (Di pasar. Kamu nyusul aja ke sana! Tolong bawain belanjaan dia!)

Bukannya berbalik badan, Rafidah justru melangkah menuju pintu ruang utama. Dia mengenakan sandal jepit dengan cekatan. Wajahnya berseri-seri. Senyumnya tampak lebih cerah dibandingkan hari sebelumnya. Tujuannya ke motor yang desainnya tampak baru. Mengenai motor itu, baru-baru ini Umar membelinya setelah dia mengumpulkan uang tabungan dan dibantu Rafidah juga.

"Bapak ni macam tau je. Fida pon nak ke pasa jugak. Sian Mak tu sendiri kat sane sambel jalan kaki," tutur puan itu dengan wajah paling bahagia yang pernah dia tunjukkan. Pandangannya ke motor yang diparkir di depan rumah. Dia sudah mengetahui keberadaan motor itu sejak kemarin. Dia awalnya mengira motor itu milik teman ayahnya, ternyata tidak. (Bapak kayak tau banget deh. Fida emang pengin ke pasar juga. Kasihan Ibu ke sana dengan jalan kaki terus sendirian pula.)

"Kau cepatlah besiap! Mak kau nak balek tu," titah Umar yang hanya bisa terdengar suaranya saja. (Kamu mendingan cepetan siap-siap deh! Ibu kayaknya mau pulang tuh.)

"Pinjam moto benta e, Pak! Sekejap je. Nak cobe je, kan ade yang baru," pinta Rafidah yang kali ini dengan nada manja. (Pinjam motor sebentar ya, Pak. Bentar doang. Pengin nyobain aja, kan mumpung ada yang baru.)

"Bapak nak pakai benta lagi," jawab Umar secara tidak langsung menolak permintaan puan itu. (Bapak mau pake bentar lagi.)

Rafidah berbalik badan. Dia berdiri di dekat pintu. Tatapan kali ini seperti memohon dengan tulus. seolah-olah itu permintaan terakhir. Dia kira cara ini akan berhasil meluluhkan hati ayahnya lalu mengizinkan dia menggunakan motor itu. "Kejap je, Pak. Tak lame. Nak bawak ke jembatan je. Tak jaoh de," pintanya lagi yang masih memasang nada manja. (Bentar doang, Pak. Gak lama. Motornya mau dibawa ke jembatan aja. Gak bakalan jauh kok.)

Cahaya di Langit Kuala RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang