Amanda memasuki kamarnya, dilihatnya Sakti sedang duduk di sofa menunggunya, masih mengenakan pakaian kerjanya yang terlihat tidak rapi.
"Selamat datang, Sakti." Ucap Amanda tanpa ekspresi. Hal biasa yang dia lakukan saat Sakti pulang kerumah, menyapanya.
Seperti tidak terjadi apa-apa. Amanda Menghampirinya setelah menaruh tasnya di bawah sofa. Dia membukakan jas kerja dan dasi Sakti.
"Sayang, aku bisa jelasin... " Ucap Sakti saat Amanda menaruh jas dan dasi Sakti di tempat pakaian kotor.
"Sebaiknya kamu segera mandi. Nanti Keburu malam, jangan sampe kamu sakit." Pinta Amanda lagi-lagi tanpa ekspresi.
Sakti tidak bisa berbuat apapun, dia menuruti permintaan Amanda dan pergi kekamar mandi.
Lima belas menit kemudian Sakti keluar dari ruang gantinya dan mencoba menghampiri Amanda kembali.
"Sayang... " Panggil Sakti masih berusaha untuk menjelaskan kepada Amanda.
"Kamu udah makan malam?" Sela Amanda yang langsung dijawab belum oleh Sakti.
"Ayo kita makan, nanti kamu sakit." Amanda menarik tangan Sakti menuju ruang makan dan membantu Dina menyajikan makanan untuk Sakti lalu duduk disampingnya.
"Kamu gak makan?" Tanya Sakti karena melihat didepan meja Amanda kosong, hanya di mejanya saja yang penuh dengan makanan. Amanda menggeleng.
"Aku sudah makan tadi pas dijemput John." Sakti mengangguk, dia tidak kembali bertanya.
Makan malam kali ini benar-benar sunyi. Hanya Terdengar suara dentingan pergesekan sendok garpu dengan piring Sakti. Sesekali Sakti melihat Amanda yang sama sekali tidak melihatnya. Membuatnya segera menghabiskan makan malamnya.
"Ayo ke kamar." Ajak Sakti sambil mengulurkan tangannya agar dipegang oleh Amanda. Tapi Amanda hanya mengangguk dan berjalan didepannya, lagi-lagi tanpa ekspresi.
"Sayang, kamu marah?" Tanya Sakti saat mereka sudah dikamar yang lagi-lagi tidak dijawab Amanda.
Amanda langsung merebahkan diri di kasur dan tidur memunggungi Sakti. Sakti yang tidak langsung tidur karena baru saja makan mencoba membaca buku sambil duduk bersandar di dinding tempat tidur. Sesekali Tangannya mengusap kepala Amanda yang sepertinya sudah tertidur.
***
Sudah tiga hari sejak kejadian di kantor Sakti, Amanda masih saja acuh padanya, baik di kantor maupun dirumah. meski dia tidak pernah melupakan tugasnya sebagai Safira.
Jumat malam ini, saat Sakti baru saja tiba dirumah, dia melihat mobil yang biasa ditumpangi Amanda berada di depan pintu masuk rumahnya dengan John yang berdiri di luar pintu penumpang."Mau pergi atau baru pulang?" Tanya Sakti kepada John. John membungkuk sesaat kemudian menjawab.
"Mau pergi kerumah Ibunda nona Safira Pak." Sakti mengerutkan dahinya.
"Masukkan lagi mobilnya, gak ada yang keluar malam ini." Perintahnya yang langsung dipatuhi oleh John.
Sakti berlari masuk ke kamarnya dan mendapati Amanda sedang bersiap dengan koper kecilnya.
Amanda melihat Sakti yang baru saja masuk dan menyapanya seperti biasa.
"Selamat datang, Sakti." Ucapnya masih tanpa ekspresi seperti tiga hari kebelakang. Dia menghampiri dan melepaskan jas serta dasi Sakti seperti biasa dan menaruhnya di keranjang baju kotor.
"Kamu mau kerumah bunda?" Tanya Sakti saat Amanda kembali ke kamar.
"Kamu mau mandi dulu? atau mau makan?" Tanya Amanda yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan Sakti.
"Sayang.. kamu masih marah?" Amanda tidak menjawab, dia hanya diam melihat Sakti sambil menunggu jawaban yang ditanyakan.
Sakti langsung memeluknya yang sekali lagi, tidak dibalas oleh Amanda.
"Kamu kalo marah, marah ajah. Gak usah pakai pergi. Kamu bisa marahin aku sepuas kamu. Kamu mau hukum aku juga boleh. Tapi jangan pergi. Udah cukup kamu cuekin aku tiga hari ini, Sayang." Sakti melepaskan pelukannya dan menatap Amanda.
"Apa kamu gak kangen aku? Aku kangen banget sama kamu loh." Ucapnya sambil tersenyum dan mengusap lengan Amanda.
"Kamu mau makan atau mandi dulu?" Tanya Amanda sama sekali tidak menanggapi omongan Sakti.
"Apa kamu akan pergi setelah aku makan dan mandi?" Tanya Sakti. Amanda langsung mengangguk. Dia menghela nafas dan mengangguk.
"Aku mau mandi dulu kalau begitu. Tapi kamu gak boleh kemana-mana. Tunggu aku disini." Amanda tidak menjawab, tapi dia langsung duduk di sofa yang berada didekatnya.
"Aku mandi dulu ya." Sakti berlalu ke kamar mandi yang tak lama kemudian sudah berganti pakaian di ruang ganti.
"Ayo makan." Ajak Amanda. begitu dia akan membuka pintu, Sakti sudah lebih dulu menahan dengan tangannya.
"Buka, Sakti." Pinta Amanda masih berusaha menarik pintu kamarnya, Sakti menggeleng dan mengunci tubuh Amanda didepan pintu.
"Jangan pergi, Sayang. Aku gak bisa kalau gak ada kamu." Ucapnya sambil memeluk Amanda.
"Kamu harus belajar tanpa aku." ucap Amanda ketus berusaha mendorong tubuh Sakti menjauh.
Lagi-lagi Sakti menggeleng dan mempererat pelukannya, bahkan dia menyembunyikan wajahnya di leher Amanda. Memberikan sensasi geli pada Amanda yang membuatnya makin risih dan berusaha menjauhkan Sakti darinya.
"Gak mau. Aku gak bisa tanpa kamu."
"Sakti..lepas!" Amanda masih berusaha melepaskan dirinya dari pelukan Sakti.
"Safira.. jawab dulu pertanyaan aku." Amanda mendengus.
"Iya, aku masih marah sama kamu. Aku gak mau liat kamu." Jawabnya sambil menghentakkan kakinya karena kesal.
"Kamu marah karena lihat aku sama Sheila di kantor?" Tanya Sakti lagi yang masih setia memeluknya.
"Gak usah nanya yang kamu udah tau jawabannya." Jawab Amanda ketus sambil memukul dada Sakti. Sakti mengangguk, dia mengangkat wajahnya dan memandang Amanda.
"Aku minta maaf, Sayang. Kamu salah sangka. Dia baru datang. Sayangnya Hans tidak bisa cegah dia masuk ke ruanganku. Tapi pas aku baru mau usir dia, kamu keburu datang. Aku udah bilang dari awal kalau aku gak suka sama sepupu kamu, sama sekali gak suka. Bahkan gak pernah terbersit dalam pikiran aku untuk suka sedikit pun sama dia." Sakti mengusap pipi Amanda dengan lembut.
"Cintaku cuma untuk kamu.. selamanya. Gak akan ada yang lain yang bisa gantiin posisi kamu, sayang." Amanda mengangguk, air matanya jatuh ke kedua pipinya yang langsung diusap dengan kasar. Sakti tersenyum sambil ikut mengusap air matanya.
"Masih ada satu pertanyaan lagi yang belum kamu jawab, Sayang. Kamu gak kangen aku?" Amanda kembali mengangguk sambil memajukan bibirnya manja.
"Kangeeeennn..." Jawabnya sambil memeluk Sakti dan membenamkan wajahnya ke dada.
"Gak jadi nginep di rumah bunda kan?" Tanya Sakti. Amanda langsung menggeleng. Sakti mengecup pucuk kepala Amanda sambil tersenyum.
-----
Wingzzzz.....
Cerita ini sudah tamat loh di KaryaKarsa dengan judul sama.
Cari nama akun @wingz35 atau judul karya I am Amanda
Enjoy!
Boleh banget nih diklik gambar bintang di kiri bawah sebagai bentuk apresiasi.. makasih 😊🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
I am Amanda // 18+ [TAMAT]
RomanceSafira dan Amanda, mirip tapi bukan kembar. Tidak ada hubungan darah ataupun kolega. Sayangnya Safira meninggal di usia yang begitu muda tak lama setelah dia menikah dengan kekasihnya, Sakti. Sakti yang tidak rela kehilangan Safira, mengira Amanda a...