𝟷𝟽𝟷𝟾 || 𝟶𝟷 🪐

45 5 1
                                    

"Hallo Zik Ayah gue ragu sama jalannya"

"Lo udah deket mana?" Ziko menanyakan keberadaan mobil yang dikendarai Charla.

"Udah di persimpangan tiga"

"Okee bentar gue jemput bilang ke Ayah tunggu di persimpangan tiga itu aja biar ga nyasar"

"Hm" jawab singkat Charla.

Sambungan telepon itu pun terputus tidak lama setelah itu terlihat 2 pemuda yang tidak asing baginya mendekat.

Charla mulai merasakan nyeri di hatinya ketika melihat orang yang selalu dia hindari itu dalam jarak yang cukup dekat.

Rayva mengusap bahu temannya dia tau perasaan charla saat ini.

"Yah ikutin Ziko ya"

"Sok lanjut" jawab Ayah.

Mobil mereka pun berjalan mengikuti 2 pria yang tengah menuntun jalan menuju kost yang di tujunya. Sepanjang perjalanan Charla diam menahan rasa nyeri di hatinya.

Setelah sampai Ayah, Ziko dan Pemuda itu menurunkan barang-barang mereka.

"Koper doang kan Zik?" ucap Ayah setelah memeriksa kembali barang bawaan para pemuda itu

"Iya Yah cuma koper aku sama Garka doang" jawab Ziko

"Yasudah Ayah mau lanjut ke kost Charla sama Rayva dulu" pamit Ayah

"Makasih ya Yah udah bawaain koper trus nganterin juga" ucap Ziko tersenyum.

"Makasih ya Omm maaf ngerepotin, hati hati di jalan Om" Garka pun ikut bersuara.

Ayah menganggukkan kepalanya merespon ucapan kedua pemuda tersebut.

Garka sedikit bergeser ke samping dan menundukkan kepalanya menoleh kearah Charla yang tengah duduk di kursi tengah mobil.

"Hai terimakasih, hati hati di jalan" Garka tersenyum

Charla terdiam melihat senyum yang dulu sangat dia sukai itu, sekarang terasa sangat menyakitkan, dada nya semakin sesak, mata nya mulai memanas namun sekuat tenaga ia tahan ia tidak ingin terlihat lemah.

Rayva yang tau akan hal itu pun dengan sigap langsung menutup jendela mobil dengan cepat. Rayva paham keadaan Charla walaupun ia menyembunyikan di wajah datarnya, Charla ahli dalam menutupi rasa sakit yang ia rasakan tapi bagaimana pun Charla menyembunyikannya Rayva tau sahabatnya itu tengah menahan untuk tidak menetaskan air mata.

___

"Buset dah ini kosan lampu nya ga ada anjir" gerutu seorang gadis dengan rambut yang di cepol.

"Ntar beli aja" jawab gadis yang tengah berdiri di depan pintu kost untuk mencari angin, karena udara di dalam ruangan kost itu sangat pengap.

"Nah masalah nya itu nyettt, mau dibeli pake apa toko elektronik jauh njir dari sini tap-"

Gadis yang tengah berada di pintu itu menoleh sembari mengangkat salah satu alisnya menantikan kelanjutan kalimat dari mulut ajaib temannya itu.

"Chaa lo hubungi si Ziko dong, suruh dia beli bola lampu sama sapu juga" sambung Rayva dengan wajah sumringah karena ia memiliki ide yang sangat amat cemerlang.

"Ga males lo aja" kembali menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa kesejukan di tengah panas nya kota.

"Ey ayolah kalo gue yang telponin mana nurut itu bocah" Rayva mencoba membujuknya.

"Ray lo tau sendiri kan"

"Iya gue tau, tapi lo harus coba damai Cha buktinya tadi dia duluan kan ngajak lo ngomong"

Seventeen Eighteen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang