bab 7

2 1 0
                                    

"Keturunan Morales, eh? Itu bisa membantuku," ucap seseorang dengan jubah hitamnya. "Aku bisa laporan ini kepada si sanggul tinggi, dan merencanakan sesuatu," si jubah hitam bermonolog.

Ia bertengger dipohon, memperhatikan tiga insan yang memasuki rumah. Lalu si jubah hitam melompat melewati beberapa pohon di belakangnya.

"Aku akan melaporkan ini kepada si sanggul tinggi, dan aku mendapatkan bayaran lebih," gerutu si jubah hitam. Ia menghilang bagai bayangan malam, menghempas seperti angin dan kabur.

_________________

Di suatu tempat, terlihat wanita bersanggul tinggi sedang duduk disinggasananya. Ia menunggu si jubah hitam, untuk memberinya berita kesenangan.

"Bagaimana? Apa kau mendapatkan berita dari keluarga sialan itu?" Tanya si sanggul tinggi. Si jubah hitam berlutut dan membuka suaranya.

"Aku mendapatkan informasi, bahwa Morales itu memiliki keturunan perempuan," ujar si jubah hitam. "Semua orang tau itu kolot," cibir si sanggul tinggi.

"Tidak! Keturunannya hidup!" Mendengar perkataan si jubah hitam, si sanggul tinggi menarik udara. "Apa katamu?" Si sanggul tinggi memastikan.

"Dia hidup," jawab mutlak si jubah hitam. Lalu, si sanggul tinggi mengambil cangkir berisi anggur untuk diminum. "Hm, aku mempunyai target sekarang," ia menggoyangkan gelas itu dengan riang. Ia ingin membalas dendam pada keluarga Rosier, lebih tepatnya Morales.

Dulu, si sanggul tinggi menyukai Morales–ralat, terobsesi dengan Morales. Ia menghalalkan cara apa pun demi mendapatkan Morales. Sayangnya, cinta si sanggul tinggi tak terbalaskan.

Morales mencintai gadis lain, itu membuat hati si sanggul tinggi hancur berkeping-keping. Dan dari situ, ia memutuskan untuk mengubah rasa obsesinya untuk mendapatkan Morales, menjadi rasa obsesi untuk menghabisi Morales.

Dan sekarang, ia merasa takdir dipihaknya. Morales memiliki keturunan perempuan, yang ternyata masih hidup, itu bisa menjadi samsak untuk si sanggul tinggi.

Si sanggul tinggi memiliki tampang yang rupawan, ia wanita kuat, tangguh dan angkuh. Wajahnya masih terlihat muda, seperti tujuh belasan, padahal, ia memiliki umur tiga puluhan.

Dia adalah seorang penyihir gelap, atau masyarakat memanggilnya dukun. Ia belajar sihir gelap untuk mewujudkan ambisinya menghabisi Morales. Sekarang, ia akan berhasil, itu adalah kemungkinan besar.

Namun, kekuatannya tidak sekuat Morales, dia memang seorang penyihir, namun mantra sihirnya mempunyai mantra tolakan yang dikuasai Morales. Jadi, ia ragu untuk menyerang langsung si Morales. Dan ia memanfaatkan keluarga laki-laki itu.

Dan Morales, dia memang penyihir penting di kerajaan. Namun, kekuatannya tak lebih sebagai perlindungan istana–perisai tak kasat mata–. Karena, semua keturunan kerajaan memiliki kekuatan luar biasa, bahkan, mereka bisa menguasai sihir sulit sekalipun.

Maka dari itu, banyak kekuatan militer yang dikembangkan, dan sihir ditinggalkan. Karena, sihir hanya dimiliki oleh kerajaan Scovalline. Di kerajaan lain, sangat minor pengguna sihir. Yang mengakibatkan kerajaan Scovalline ditentang keras untuk memakai sihir.

Mereka menuruti permintaan kerajaan lain, dengan syarat, bahwa keturunan kerajaan tidak boleh dihilangkan kekuatan atau statusnya sebagai penyihir pureblood.

Kembali lagi ke si sanggul tinggi, ia masih menikmati anggurnya, ditemani si jubah hitam yang bertengger dijendela besar. "Kau, kemari sebentar, aku memiliki tugas untukmu," panggil si sanggul tinggi kepada si jubah hitam.

"Ya, lady?" Si jubah hitam merangkak bagai anjing, dan menghampiri si sanggul tinggi. "Kau, belikan aku baju dan perhiasan, aku akan menyamar. Dan juga, belikan aku sebuah hiasan rambut, untuk menutupi sanggul kebanggaanku," si sanggul tinggi memerintah.

Si jubah hitam pun patuh, ia segera menjalankan perintah 'ladynya', tanpa membawa uang sepeser pun. Si jubah hitam mencuri, itu kebiasaannya.

Ia memang memiliki uang, namun tak ingin membuang uangnya untuk hal seperti itu. Tamak, dia seorang yang tampak akan harta, walaupun dia akan melakukan apa pun untuk ladynya, tetapi tidak untuk mengeluarkan uang.

Si jubah hitam pergi bagai angin malam, melewati pohon rindang di bawah rembulan malam, ia menuju toko pakaian. Masuk lewat jendela bagai kelelawar, dan mengambil sejumput pakaian yang terlihat mahal.

Toko ini terlihat sepi, karena sudah tutup. Dan itu menguntungkan bagi si jubah hitam. Setelah berhasil dengan tujuannya, ia kembali kabur seperti angin.

Lalu melompat ke toko cinderamata, ia mengambil beberapa hiasan rambut. Namun, ketika ia mengambil tusuk konde, aksinya diketahui oleh sang pemilik toko.

Sang pemilik toko pun murka, ia berteriak bagai kesetanan, memberitahu kepada warga bahwa ada seorang maling. Si jubah hitam yang melihat itu segera kabur.

Bagai seekor burung hantu, ia pergi tanpa meninggalkan suara, yang membuat warga kebingungan mencarinya. Si jubah hitam kembali ke tempat tinggalnya. Ia memberikan hasil curiannya kepada si sanggul tinggi.

Dan si sanggul tinggi menerimanya, "bagus, kau anak pintar. Sekarang, pergilah, kau boleh makan. Si jubah hitam pergi, ia kembali merenung dijendela besar itu.

Ia tak ingin menjadi seperti ini, semua ulah ibunya yang membuat ikatan ini, ia tak tau harus apa. Yang ia tau hanyalah menurut, tidak ada yang lain, ia lelah, ia tak ingin seperti ini.

Di tempat lain, si sanggul tinggi sedang bercermin. Ia melihat hasil curian si jubah hitam yang memuaskan. Lalu ia bermonolog, "hm, aku akan merubah sedikit gaya rambutku. Maaf sanggul kebanggaanku, kau harus ku ubah," ia menata rambutnya sedemikian rupa, dan merubah warna rambutnya.

"Perfect," si sanggul tinggi memperhatikan lagi penampilannya. Rambut tergerai, berwarna gelap, dan baju yang terlihat seperti bangsawan.

"Aku akan kembali ke keluargaku untuk menuntaskan ambisiku," si sanggul tinggi kembali bermonolog, ia adalah seorang putri buangan. Dan tak dianggap, namun pihak keluarga masih bisa memberinya uang sebagai rasa tanggungjawab.

Ia dibuang karena ambisinya, ia dibuang karena keluarganya takut jika ia mengotori nama baik keluarganya, namun itu tak masalah bagi si sanggul tinggi. Itu malah membuatnya leluasa untuk belajar sihir hitam.

Pihak keluarga masih bisa menerima si sanggul tinggi sebagai tamu, tidak sebagai keluarga. Dia tidak memakai nama belakang keluarganya, tetapi saat ini ia perlu nama keluarga.

"Hahaha! Tunggu aku Morales! Kau akan hancur!" Si sanggul tinggi tertawa jahat, ia puas dengan hasil si jubah hitam. Ini akan berhasil, itu kemungkinan besar, tapi tidak ada yang tahu kedepannya seperti apa. Ia terlalu percaya diri.

"Tunggu aku, Morales!"





_____________________________

Aduhai PD amat si sanggul tinggi.


To be continued 😘

The Transmigration RosierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang