W(゚Д゚)w
"Gue baru tau lo bisa nyanyi." Ucap Jenan.
Jenan dan Jena sekarang ada di parkiran kampus buat pulang, setelah tadi Jena jajan-jananan bazar, dia langsung diajak pulang sama Jenan. "Gak ada yang tau sih selain anak angkatan aku sama kating hima fakultas aku." Jenan mengerutkan dahinya bingung, "kok gitu?"
"Iya, soalnya aku cuman pernah nyanyi waktu makrab aja."
"Owalahhh. Pantes tadi si Riki langsung nyari lo yaa." Jena mengangguk. "Jena nanti ikut kumpul di rumah yuk. Diajakin sama bunda juga. Anak WarJok mau pada ke rumah soalnya." Ajak Gisel yang sekarang dia sudah duduk manis di jok penumpang motornya Yanuar.
"Baru mau gue ajak nge-date si Jena." Sebal Jenan. Jena mendengar ucapan blak-blakan dari mulut Jenan hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Maaf kak bukannya gamau, tapi Ayah sama Mama ku mau datang. Mungkin lain kali."
"Oh gitu, yaudah gapapa. Yaudah ayo pulang." Ajak Yanuar. Jena dengan bantuan Jenan lagi, naik ke atas motor sport milik Jenan yang sangat tinggi itu.
"Udah?" tanya Jenan. Jena mengangguk.
2 motor sport warna hitam itu melaju dengan kecepatan rendah keluar dari area kampus. Sempat berhenti di depan WarJok karena para para abang menunggunya disana. Setelah semuanya siap, mereka langsung menjalankan motornya seperti sedang konvoi.
W(゚Д゚)w
Sampai di rumah Jena bisa melihat mobil ayah nya yang sudah terparkir di halaman rumah, dan pintu rumah juga sudah terbuka. "Makasih kak Jenan dan semuanya buat hari ini. Aku duluan ya, ayah sama mamah udah datang."
"Makasih juga Jenaa. Salam yaa buat calon mertuanya Jenan." Usil Hendra. Jena hanya tertawa lalu berlari kecil masuk ke dalam rumah nya.
"Gemes banget ampun deh." Ucap Karina. "Emang cewek gue gemesin sih." Celetuk Jenan seraya mengusap rambutnya ke belakang. "Si paling cewek gue padahal belum jadian." Ledek Rendra.
"Gausah si paling mengakui cewek gue kalo masih belum jadian." Tama ikutan meledek Jenan yang sekarang semakin cemberut.
"Ok fix gue ngambek. Gausah ada yang pinjem PS gue lagi." Jenan mendengus lalu masuk ke dalam rumah duluan, meninggalkan abang adik serta teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak.
"Udah pulang?" tanya Sean yang fokusnya tetap pada karung isi batu bara. Jenan dengan sigap membantu Sean untuk membawa karung itu.
"Bunda mana?" tanya Jenan. "Ada tuh di dapur, lagi bikin bumbu oles sama nyiapin dagingnya." Balas Sean lagi. Tangannya dia taruh di pinggang karena merasa pinggangnya terasa pegal.
"Udah ayah duduk aja ah, ntar encok lagi. Biarin anak anak yang kerjain." Ucap Yuna yang datang bersama Karina, Rene dan Gisel dengan masing-masing tangan membawa bahan bahan untuk di bakar dan di buat tom yum.
"Hehe, cuman pegel dikit kok. Masih oke. Tenang aja."
"Udah mending ayah duduk, ntar kalo ayah encok kasian kita yang gotong ayah. Berat." Celetuk Yanuar seraya mendorong Sean untuk duduk.
"Dasar tidak ramah. Bintang satu."
Yang lain hanya tertawa. Ah sangat membahagiakan sekali hari ini.
W(゚Д゚)w
"Gisel, Jena gak kesini? Udah kamu ajak kan?" tanya Yuna saat sadar Jena belum ada di antara mereka. "Orang tua nya lagi berkunjung Bun, tadi udah aku, Abang Yanu sama Aa Jenan ajak kok."
"Owalah begitu, bunda kira kalian gak ajak."
"Ayah! Bang Jeno sama Jidan ganggu mulu!" seru Jenan kesal. Masalahnya dia sedang membakar daging, tapi dua manusia ini terus saja mengganggunya.
"Jenovan, Jidan. Duduk!" titah Sean yang langsung dituruti oleh Jenovan dan Jidan walaupun masih tertawa.
"A', Nanti anterin daging sama beberapa makanan ke rumah nya Jena ya?" ucap Yuna saat menghampiri Jenan.
"Okei."
Tingnong
"Abang Tama, tolong bukain sayang." Seru bunda pada Tama. "Tama lagi ke kamar mandi bun, sakit perut katanya." Seru Yuda dari ujung meja.
"Owalah, Kakak aja atuh, tolong ya."
"Okei, meluncur." Hendra berjalan cepat ke dalam rumah, secepat lari nya naruto.
"Si Kakak mau kemana?" tanya Tama yang baru datang, dengan tangan yang berada di perut. "Ada yang pencet bel tadi, kamu makan apa? Kok sakit perut?" tanya Yuna heran.
"Tadi makan chiken wings bun, enak sih walaupun dia nya kepedesan." Adu Gisel diiringi tawa di akhir.
"Kamu ini aneh-aneh aja.Udah tau lambung nya gak kuatan." Sean menggelengkan kepalanya heran. "Si Kakak lama banget, siapa sih tamu nya?" heran Bunda Yuna.
Tetapi bertepatan keheranan itu diucapkan, Hendra datang. "Mama nya Jena bun, ngasihin ini." Ucap Hendra mengangkat tas berisi makanan dan paper bag berlogo khas Thailand.
"Lah, negara asal bokap lo The." Celetuk Joni pada Theo. Yang lain tertawa mendengar itu.
"Terus sekarang mama nya Jena masih di depan?" tanya Yuna yang sudah bersiap mau berdiri. "Nggak, udah pergi bareng Jena juga. Mau ke Lombok katanya mereka, nyusul Ibu nya Jena? Bener gak Je?"
"Oh.. iya. Sepupu dia nikah kemarin, cuman gara gara hujan jadi Jena batal ke Lombok." Jelas Jenan.
"Jiahhhh gagal bertemu calon mertua." Ledek Haikal dan Rene pada Jenan. "Diam atau jatah daging lu berdua gue potong."
"Y ok syap baginda." Haikal dan Rene langsung diam.
"Dasar pasangan freak." Celetuk Lukas.
W(゚Д゚)w
"Cantik banget si."
"Harus dong, kan mau ketemu opa sama oma." Jena membalas ucapan si penelepon video. "Kak Jenan nggak kuliah kah?"
"Nggak, males gak ada Jena."
"Najis lebay banget setan." Suara lain menyaut dari sebrang sana. "Apasih sirik aja." Jenan lagi lagi mendumal.
"Kak Jenovan ya?"
"Iya, bawel emang dia ADOHHH. Liat Jen, dia nendang aku." Rengek Jenan.
"Jena sumpah. Si Jenan kalo lagi overdosis bulol emang agak freak tolong kalau lo gak kuat lambaikan tangan pada kamera." Jenovan masuk ke dalam frame kamera. Jena hanya tertawa saja melihat anak kembar itu.
"Jena, udah siap?" Ibu menginterupsi kegiatan video call Jena dan Jenan.
"Udah kok, bentar, lagi teleponan sama temen."
"Calon pacar Jena ibu mertua." Seru Jenan cukup keras. Ibu yang penasaran akhirnya masuk ke dalam frame kamera.
"Halo ibu mertua hehe, saya Jenan. Calon pacar nya Jena sekaligus kakak tingkat Jena di kampus." Ntah sejak kapan posisi Jenan berubah menjadi duduk di meja belajar dan tersenyum manis sekali pada ibu Jena.
"Yaampun haha, halo salam kenal juga ya nak Jenan, saya ibu nya Jena. Ganteng loh calon pacar mu ini, lucu juga, sudah bertemu ayah?" Ibu bertanya pada Jena.
"Belum."
"Nanti kalau Jenan udah jadi pacar nya Jena, Jenan pasti nyamperin Ibu mertua, ayah mertua, papah mertua dan mamah mertua."
Ibu semakin dibuat tertawa mendengar itu, "haha, oke bagus, ditunggu ya kedatangannya di rumah. Sekarang udahan dulu ya teleponan nya, Jena nya udah ditungguin sama opa oma nya."
"Oke baik ibu mertua, semoga hari nya menyenangkan. Dadah Jena. Salam buat keluarga besar."
"Iya dahh."
Pip.
"Lucu ih, nanti ajak ke rumah ya, sepulang dari sini." Ucap Ibu seraya berjalan bersama keluar dari kamar hotel Jena.
"Pacaran aja belum tentu jadi Bu. Udah ayo ah." Jena merangkul lengan Ibu nya untuk turun ke ball room.
W(゚Д゚)w