EP/8

5 1 0
                                    

W(Д)w

"Gue baru tau lo bisa nyanyi." Ucap Jenan.

Jenan dan Jena sekarang ada di parkiran kampus buat pulang, setelah tadi Jena jajan-jananan bazar, dia langsung diajak pulang sama Jenan. "Gak ada yang tau sih selain anak angkatan aku sama kating hima fakultas aku." Jenan mengerutkan dahinya bingung, "kok gitu?"

"Iya, soalnya aku cuman pernah nyanyi waktu makrab aja."

"Owalahhh. Pantes tadi si Riki langsung nyari lo yaa." Jena mengangguk. "Jena nanti ikut kumpul di rumah yuk. Diajakin sama bunda juga. Anak WarJok mau pada ke rumah soalnya." Ajak Gisel yang sekarang dia sudah duduk manis di jok penumpang motornya Yanuar.

"Baru mau gue ajak nge-date si Jena." Sebal Jenan. Jena mendengar ucapan blak-blakan dari mulut Jenan hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Maaf kak bukannya gamau, tapi Ayah sama Mama ku mau datang. Mungkin lain kali."

"Oh gitu, yaudah gapapa. Yaudah ayo pulang." Ajak Yanuar. Jena dengan bantuan Jenan lagi, naik ke atas motor sport milik Jenan yang sangat tinggi itu.

"Udah?" tanya Jenan. Jena mengangguk.

2 motor sport warna hitam itu melaju dengan kecepatan rendah keluar dari area kampus. Sempat berhenti di depan WarJok karena para para abang menunggunya disana. Setelah semuanya siap, mereka langsung menjalankan motornya seperti sedang konvoi.

W(Д)w

Sampai di rumah Jena bisa melihat mobil ayah nya yang sudah terparkir di halaman rumah, dan pintu rumah juga sudah terbuka. "Makasih kak Jenan dan semuanya buat hari ini. Aku duluan ya, ayah sama mamah udah datang."

"Makasih juga Jenaa. Salam yaa buat calon mertuanya Jenan." Usil Hendra. Jena hanya tertawa lalu berlari kecil masuk ke dalam rumah nya.

"Gemes banget ampun deh." Ucap Karina. "Emang cewek gue gemesin sih." Celetuk Jenan seraya mengusap rambutnya ke belakang. "Si paling cewek gue padahal belum jadian." Ledek Rendra.

"Gausah si paling mengakui cewek gue kalo masih belum jadian." Tama ikutan meledek Jenan yang sekarang semakin cemberut.

"Ok fix gue ngambek. Gausah ada yang pinjem PS gue lagi." Jenan mendengus lalu masuk ke dalam rumah duluan, meninggalkan abang adik serta teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak.

"Udah pulang?" tanya Sean yang fokusnya tetap pada karung isi batu bara. Jenan dengan sigap membantu Sean untuk membawa karung itu.

"Bunda mana?" tanya Jenan. "Ada tuh di dapur, lagi bikin bumbu oles sama nyiapin dagingnya." Balas Sean lagi. Tangannya dia taruh di pinggang karena merasa pinggangnya terasa pegal.

"Udah ayah duduk aja ah, ntar encok lagi. Biarin anak anak yang kerjain." Ucap Yuna yang datang bersama Karina, Rene dan Gisel dengan masing-masing tangan membawa bahan bahan untuk di bakar dan di buat tom yum.

"Hehe, cuman pegel dikit kok. Masih oke. Tenang aja."

"Udah mending ayah duduk, ntar kalo ayah encok kasian kita yang gotong ayah. Berat." Celetuk Yanuar seraya mendorong Sean untuk duduk.

"Dasar tidak ramah. Bintang satu."

Yang lain hanya tertawa. Ah sangat membahagiakan sekali hari ini.

W(Д)w

"Gisel, Jena gak kesini? Udah kamu ajak kan?" tanya Yuna saat sadar Jena belum ada di antara mereka. "Orang tua nya lagi berkunjung Bun, tadi udah aku, Abang Yanu sama Aa Jenan ajak kok."

It's All About Jena & JenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang