38: Gagal

99.6K 4.6K 485
                                    

     Drake cukup terkejut mendengar penjelasan Caca tentang kondisi gadis itu yang tidak baik-baik saja. Tidak menyangka Valerie akan senekat itu hanya karena tidak menyukai hubungan keduanya.

"Aku gatau Kak kenapa Kak Valerie jahat banget ke aku. Bahkan dia sampai bilang ke guru buat cabut beasiswa aku."

Drake memeluk Caca berusaha menenangkan gadis yang masih terus menangis itu. Saat Drake mengantarkan pulang, penampilan Caca sangat buruk. Rambut dia bahkan terpotong tidak rapi. Seperti sengaja digunting.

"Uda tenang. Biar gue yang ngomong ke dia besok."

Dalam pelukan Drake, Caca tersenyum miring. Gadis itu merasa sakit dan senang dalam satu waktu. Dia tidak sendiri sekarang karena ada Kak Drake yang akan membelanya selama cowok itu masih melupakan Kak Valerie.

Paginya, Drake menghampiri Valerie dan sahabat-sahabatnya yang tengah berada di kantin seraya tertawa-tawa. Entah apa yang mereka bahas, namun Drake tidak habis pikir pasalnya setelah apa yang mereka bertiga perbuat pada Caca.

    "Gue gak ngerti sama isi pikiran lo. Awalnya gue kira Caca cuman ngarang cerita, ternyata benar, lo cewek gak bener yang sukanya ngebully, kasar. Bahkan lo dengan tega ngehancurin masa depan anak yatim piatu."

       Kalimat panjang yang barusan terucap berhasil menghentikan tawa Valerie, Amelda, dan Alea yang terdengar di penjuru kantin. Ketiganya tengah menikmati makanan seraya menertawakan Caca akibat perbuatan kemarin.

Penampilan Caca sangat buruk. Valeria dan sahabatnya menyiksa dia tanpa hati, bahkan mengguting asal rambut panjang Caca hingga membuat dia menangis dan mengadu pada Drake.

Terlebih persoalan beasiswa, bagi Drake itu udah sangat keterlaluan.

Drake menegur, tatapan tajamnya tertuju pada Valerie. Tatapan yang biasanya menatap Valerie dengan teduh dan penuh cinta itu hilang. Valerie tidak mengenal cowok di depannya ini, Drake benar-benar sangat berubah.

"Lo kalo gatau apa-apa mending diem." Valerie menahan Alea agar tidak ikut campur, jika menyangkut Drake berarti hanya menjadi urusannya.

"Gue gatau apa? Sahabat lo itu udah ngelakuin bullying di sekolah ini. Gue tau lo anak donatur sekolah, lo punya kuasa yang tinggi. Tapi cara lo sampah," tegur Drake.

Caca di belakangnya hanya bisa menangis. Penampilan gadis itu buruk, matanya bengkak dengan beberapa lebam di lengannya. Mau melapor ke guru pun percuma, Valerie tidak akan pernah dikeluarkan karena gadis itu punya kuasa besar.

"Udah?" Valerie menatapnya. Tangannya terkepal kuat menahan nyeri di hati yang mulai menjalar. "Lo belain Caca yang bukan siapa-siapa lo?"

"Jelas gue belain dia. Caca gak tau apa-apa, dia gak salah apa-apa sama lo. tapi lo dan teman-teman lo malah ngebully dia."

"Lo kurang didikan dari orang tua lo?"

PLAK!

Tamparan keras berhasil melayang ke pipi kanan Drake meninggalkan bekas merah di sana. Valerie diam saat dirinya dihina, dibilang cewek nakal yang suka membuat masalah. Tapi tidak dengan mereka yang berani membawa nama orang tuanya.

"Dari kemarin gue diem ya Drake! KARENA GUE PIKIR LO KAYAK GINI KARNA LO LUPA KE GUE! LO AMNESIA!"

"Tapi kali ini gak lagi! Lo brengsek dan gue benci sama lo!"

         Drake memegang pipinya yang memanas, dia melihat air mata itu turun di wajah Valerie yang sialnya berhasil menyakiti hatinya tanpa dia tau mengapa.

         "Kalo emang dari awal cinta lo ke gue cuman main-main." Valerie menjeda ucapannya. "Gue pastiin lo gaakan pernah dapetin cinta gue lagi."

Possessive Drake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang