43. Berakhirnya Sebuah Luka

5.4K 198 12
                                    

happy reading!

Sudah hampir seminggu sejak Samudra mengantar Ariel dan Azgarial pulang dari rumah Reza. Sudah hampir seminggu juga Ariel tak melihat atau mendengar kabar tentang lelaki itu.

Ia sekarang sedang bolak-balik di depan tempat tidurnya sambil menatap kearah handphonenya.

"Buna, hiks. Daddy! Daddy! Azgal mau daddy huwah!"

"Kamu bobo, ya? Buna mau keluar sebentar."

"Tapi, daddy?"

"Iya-iya, daddy. Bobo dulu."

"Oke."

Ariel mengambil sweater putih miliknya yang tergantung di belakang pintu, memakainya, lalu bergegas keluar dari kamar.

Ia melihat Qiyra yang tengah duduk di sofa ruang tengah sambil membaca koran, ia menghampirinya.

"Ma, Ariel mau ke rumah Jevan sama Reza, pulangnya mungkin agak telat, nggak papa?"

Qiyra menutup koran yang ia baca. Ia meletakkannya di meja. "Tapi hati-hati. Azgar nggak kamu ajak?" tanya Qiyra.

"Nggak, Ma. Ariel suruh tidur. Yaudah ya, Ma. Ariel pergi dulu." Ariel menyalimi tangan Qiyra.

"Ingat, hati-hati!" teriak Qiyra saat melihat Ariel berlari keluar rumah dengan terburu-buru.

Ariel memasuki mobil, menyalakan mobil itu. Lalu mendiamkannya sebentar.

Tujuannya sekarang adalah rumah Reza.

Ariel mengeluarkan handphone dari saku celana hitam miliknya, lalu mencari kontak Reza disana.

Rezaa

Za, lo dimana?
12.26

Dirumah doang, kenapa?
12.27

nggak papa, gue mau kesana
12.28

Ariel melempar handphone ke kursi di sampingnya, melemparnya asal. Hatinya sekarang terasa berkecamuk, sesuatu menjanggal di pikirannya.

Mobil Ariel melaju meninggalkan pekarangan rumah, melaju kan mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata.

Butuh sekitar lima belas menit untuk sampai di rumah berpagar hitam itu. Ariel keluar dari mobil dan langsung berlari untuk menekan bel rumah.

Tapi belum juga Ariel menekan bel, pintu sudah lebih dulu terbuka.

"Za?" Ya, Reza yang membuka itu.

"Masuk, Ariel. Ada sesuatu yang harus kita bicarain."

"Ah, i-iya."

Keduanya sekarang duduk saling berhadap-hadapan, Reza menatap dalam wajah Ariel, sedangkan Ariel sudah keringat dingin dari tadi, tatapan Reza menakutkan.

Reza menunduk, menghela napas, lalu kembali menatap Ariel. "Lo kesini-nyari Samudra, 'kan?"

Ariel ingin menggeleng, tapi hatinya berkata lain. Hampir seminggu lelaki itu tak menampakkan batang hidungnya, Ariel dibuat khawatir karenanya.

"Iya, lo tau dia dimana?" Ariel memberanikan diri melawan ego nya. Percuma juga bersembunyi, yang namanya perasaan tak bisa di sembunyikan, benar?

ELSAMDRA [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang