Chapter 8

8K 455 16
                                    

Menyebalkan

  " Ngapain kamu tanya aku pake skincare apa? Hah " ucapku menatap dia sebal " emangnya kamu mau beliin? Kalo ngga, nggak usah tanya-tanya " lanjut ku lagi.

" Iya " aku memandang tak mengerti kearahnya, lagi dan lagi kata yang keluar dari mulutnya sangat singkat.

" Maksudnya? " Memandang bingung kearahnya.

" Iya aku beliin " masih dengan memasang wajah datar, lama-lama aku kesal melihat ekspresi wajahnya.

" Nggak usah, aku juga punya uang " balasku. Aku membalikkan badan meninggalkan nova dan berjalan kearah merk skincare yang aku pakai.

Setelah mengambil beberapa aku membalikkan badan dan

Bug

Aku menabrak dada bidang Nova, aku kira dia sudah pergi. Ternyata dia dari tadi mengikutiku.

Aku mengusap keningku yang lumayan sakit " kamu ngapain masih disini? Dan soal make-up itu. Kalo kamu suka ambil aja " ujarku seraya berjalan menuju kasir.

Nova seperti biasa tidak menjawab dan aku mencoba bodoamat. Aku meletakkan keranjang ku di meja kasir dan nova melakukan hal yang sama. Dan aku hanya membiarkan toh itu juga keranjangku.

" Mau lewat debit atau tunai ka? " Ucap mas penjaga toko tersenyum ramah kearahku, aku membalas senyumannya.

" Debit aja ka " balasku dan membuka tas untuk mengambil dompet ku, aku mengeluarkan kartu atm dan hendak menyerahkannya. Namun tanganku di tahan oleh Nova.

" Pake ini saja " dia berucap dengan nada dingin seraya menyerahkan kartu ke mas  tadi.

" Ngga usah " aku mencoba menarik tanganku namun tak bisa.

" Diem " mengapa nada suaranya tambah dingin? Dan kenapa juga dia menatap mas penjaga toko dengan tajam?. Kan kasihan masnya jadi pucet.

Aku yang hendak berbicara tiba-tiba terhenti karena sekarang dia menatap tajam kearahku, aku memilih diam karena aku mulai merasa ketakutan akibat tatapnya itu.

" M---- ma-s silahkan PINnya " mukanya semakin pucat.

Nova mengetik PINnya dengan tangan kanannya sedangkan kirinya masih memegang pergelangan tangan kananku.

" S-sudah, ini bela--- " belum selesai ucapan mas penjaga toko, Nova langsung merebut kartu dan kantong belanja dan langsung menarikku keluar dari toko.

Dia berjalan cepat, aku yang mulai kesalpun berhenti berjalan dan otomatis dia juga berhenti, dia menatap kearahku dengan wajah menahan marah.

" Kamu kenapa sih? Kasian masnya jadi pucet gara-gara kamu " aku menatap kesal kearahnya dan mencoba melepaskan genggamannya. Namun semakin aku berusaha melepaskan maka semakin erat juga dia menggenggamnya.

" Lepasin Nova " lanjutku lagi " ini sakit " lirih ku.

Setelah aku mengucapkan itu dia mulai mengendurkan pegangan tanganku tapi ketika kutarik tetap tak lepas.

Aku menghela napas lelah " Kamu kenapa? Dan maunya apa? " aku mencoba berbicara lembut kepadanya.

" Jangan senyum " aku sontak membuka mulutku, apa-apaan dia melarangku untuk tersenyum? Dan kenapa juga telinga dia merah, apakah dia sedang sakit?

" Kenapa? " Aku berucap pelan dan menatap penuh tanda tanya kearahnya. sungguh aku tak mengerti tujuan ucapan dia.

" Senyumanmu jelek, membuat saya   malu " dengan santainya dia berucap dengan raut wajah datarnya.

" Hah, kalo kamu malu, sana jangan deket-deket. Dan tolong lepasin    tanganku " aku menarik lagi tanganku tapi tetap tak bisa, ini orang maunya apa sih, katanya malu, tapi kenapa tanganku nggak dilepasin.

Becomes the second antagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang