35. Misi

851 93 20
                                    

Happy Reading

    

   

Sudah 3 hari Juan di skors. Dan sudah 3 hari pula Hendra, Chandra dan Jian enggan pergi ke sekolah. Semangat belajar mereka menurun. Mereka merasa marah dan juga kecewa atas apa yang telah menimpa saudara mereka. Hendra bahkan sampai mogok sekolah sebagai bentuk protesnya terhadap pihak sekolah. Kini ia mau kembali bersekolah karena Juan membujuknya dan memberinya pengertian.

Hari ini adalah hari keempat Juan diskors dan hari pertama Hendra masuk sekolah setelah mogok 3 hari. Dengan berat hati ia mengangkat kaki masuk ke dalam mobil dimana Jendra, Chandra dan Jian telah menunggunya. Ketiganya hanya diam. Tak satupun yang mencoba mengajaknya berbicara. Mereka tahu. Di antara seluruh anggota keluarga, Hendra lah yang paling terluka. Ia yang paling kecewa. Ia hanya tak mengungkapnya kepada seluruh anggota keluarganya. Hanya saja, sejak hari itu, Hendra berubah. Dia menjadi pendiamdan tak banyak tingkah. Dan diamnya itu sudah cukup untuk menunjukkan betapa kecewanya ia.

Selama 20 menit perjalanan, tak ada percakapan yang mengalir di antara mereka berempat. Hanya deru kendaraan yang terdengar dari luar mobil. Hingga pada akhirnya mobil berhenti di seberang gerbang sekolahan. Barulah Jendra membuka suara.

"Chandra, Jian, abang rasa kalian sudah hapal apa yang bakal abang sampein sama kalian, seperti 3 hari belakang. Sekali lagi abang cuma mau ngingetin sama kalian. Jangan dengerin apa yang temen kalian omongin soal A' Juan! Jangan tanggapi apapun yang mereka bilang! Tutup telinga! Jangan sampe ada kejadian lagi di sekolah yang bikin nama keluarga kita kembali tercoreng! Kita tahu Juan gak mungkin ngelakuin itu. Kita yang paling tahu gimana dia. Tapi, kita gak perlu melakukan pembelaan untuk dia. Karena abang yakin, suatu saat kebenaran akan terkuak. Dan tanpa perlu pembelaan dari kita, secara alami nama Juan akan bersih. Paham kalian?"

Chandra dan Jian mengangguk.

"Paham, Bang," kompak keduanya.

"Janji sama abang, kalian gak bakal ngelakuin apa-apa!" pinta Jendra.

"Janji, Bang!"

"Good! Abang bisa percaya sama kamu, Chan. Jian..."

Jendra menatap lekat si bungsu.

"Abang bukan gak percaya sama kamu. Abang cuma mau kamu perkuat pengendalian diri kamu. Kamu udah berobat selama lebih dari 3 tahun. Juga udah selesai dengan tahap terapimu. Itu semua gak mudah, kan!? Tapi kamu bisa lewati semuanya dengan baik. Abang, bunda, Mas, juga yang lain bangga sama kamu, Ji. Jadi, untuk sekarang ini, untuk masalah yang lagi kita semua hadapi ini, bisa kan abang percaya sama kamu!?"

Jian mengangguk yakin setelah beberapa detik.

"Bisa Bang. Abang bisa percaya Jian," jawab Jian.

Jendra menyunggingkan senyumnya.

"Good! Abang pegang omongan kamu!"

Jian mengangguk.

"Sekarang kalian berdua turun dan masuk ke sekolah. Abang perlu ngomong sama Aa' Hendra sebentar."

"Iya Bang," ucap keduanya.

Setelah berpamitan dan mencium tangan sang kakak, Chandra dan Jian turun dari mobil dan menyebrang jalan, memasuki gerbang sekolah. Setelah yakin kedua adiknya telah masuk, Jendra memutar badan menghadap pada Hendra.

My 7 Fighters | NCT Dream (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang