11. Red day

3 0 0
                                    

Reno masuk kekelas dan duduk santai dikursinya. Ia melirik sekilas ke kursi ellen yang kosong, ia tetap acuh tak acuh.

Beberapa menit kemudian guru masuk kekelas dan absen dimulai.

"Ellena zara?" Panggil guru

Seisi kelas diam.

"Sakit bu" sahut sella teman bangkunya.

Guru mengangguk, lalu kembali mengabsen.

Reno terdiam, "sakit?" Ia sedikit heran, masa perkara rokok doang ellen langsung gak sekolah.

Dan anehnya mamanya membiarkannya.

"jangan jangan dia ngadu sesuatu ke mamah" pikirnya.

Mendadak ia berniat membolos hari ini, saat lonceng istirahat berbunyi, ia langsung mengambil tasnya dan pergi keluar begitu saja, dia pergi ke piket dan meminta ijin dengan alasan acara keluarga yang harus dia hadiri. Guru guru dengan polosnya percaya dan mengijinkan dirinya.

Reno langsung menaiki mobilnya dan segera menancap gasnya. Ia melirik ke hp nya, ia membuka grup kelas dan mencari nomor Ellen.

Tanpa pikir panjang ia langsung menelepon nya.

Disisi lain, ellen sedang berbaring dikasurnya hari ini adalah hari red day nya, perutnya mendadak keram membuatnya tidak bisa sekolah.

Ia kaget melihat ada telepon masuk dari nomor yang sudah dia simpan tanpa komunikasi, REN ANASTA ALASKA.

Ia mengangkatnya.

"lo dimana?" tanya ren.

"dirumah gue" sahutnya. Ia memang pulang pagi tadi karena tidak mau mertuanya merasa repot dengan keadaannya sekarang.

"lo gak ada ngelapor kan ke ortu gue? Tanya ren memastikan.

Ellen mengerutkan keningnya, tidak menyangka jika reno begitu khawatir dia bakal secepu itu, padahal jelas ia tidak mungkin melapornya karena dia rasa canggung aja mendadak curhat ke mertuanya.

"kenapa lo diam?" tanya reno lagi memastikan.

"gak ada, gue gak ada ngelapor apa apa" jawabnya.

"serius?, terus kenapa lo gak masuk hari ini?"

Ellen menghela napasnya.

"gue lagi red day, udah jangan berisik gue mau tidur perut gue lagi keram jangan sampai pertanyaan lo bikin gue emosi" ellen langsung mematikan teleponya dan kembali pergi tidur.

.................

Reno terdiam, bisa bisanya dia malah berpikir buruk tentang ellen, ia memutar balikan mobilnya berhenti ke pedagang kaki lima.

Dia membeli seblak, martabak, terang bulan dan roti bakar tidak lupa bakso dan mie ayam.

Ia juga berhenti dia pedagang risol dan gorengan dan membeli dagangan mereka.

Ia langsung masuk ke mobil, dan pergi ke rumah ellen.

Ia memarkir mobilnya didepan rumahnya lalu berjalan ke rumah ellen dan masuk kedalam. Didalam dia bertemu ayah ellen yang menyambutnya ia memberikan mie ayam itu dan juga martabaknya.

"ellen ada dikamarnya nak, jenguk aja tapi kamu hati hati ya, biasanya kalau lagi dalam kondisi begini dia suka ngamuk ngamuk kaya sapi yang mau disembelih" ucap mertuanya (ayah ellen).

Reno mengangguk, ia langsung menghampiri ellen.

Tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu kamarnya. Ellen yang sedang memainkan ponselnya kaget melihat kedatangan reno.

"ngapain lo kekamar gue?" tanyanya.

"mau bunuh lo" sahut reno lalu mendekatinya.

Ellen meneguk ludahnya.

"gak usah dekat dekat"

Reno menaruh makanan yang dia bawa dinakas disamping tempat tidurnya.

"buat lo"

Ellen sedikit ragu ia mencek isinya.

Matanya membelalak kaget melihat jajanan jajanan itu.

"serius buat gue?" tanyanya memastikan.

Reno hanya menatap kearahnya tanpa menjawab sepatah katapun, malas mengulangi ucapannya.

Ellen nyengir.

"makasih orang baik".

Reno tidak menyahutnya dan duduk dikasurnya sambil memainkan handphonenya.

Ellen mengambil risolnya, ia merasa ada yang kurang makanan favorit nya tidak ada disana, bukan ellen kalau tidak melunjak.

"kamu gak ada beli mie ayam atau martabak?" tanya ellen.

Reno menoleh sekilas dan mengingat martabak dan mie ayam yang ia berikan ke mertuanya.

"ada gue kasih ke ortu lo" ia menatap mata ellen dengan wajah kecewa.

"lo mau?" tanyanya lgi.

Ellen mengangguk.

"bentar gue pesan"

Ellen tersenyum.

"lo mau pergi lagi?" tanya ellen.

"gak, gue pesan aja"

Ellen mengangguk dengan tersenyum, jujur dia senang diperhatikan seperti ini, dituruti keinginannya dan bisa makan seenaknya.

Ellen mengambil mangkuk dan memasukan seblak itu kesana, ia mengambil sendok dan memakannya.

Ia mirik kereno yang asik memainkan handphonenya.

Mendadak ada perasaan tidak enak, dia mengambil sesendok seblak itu dan menyodorkannya ke mulut reno.

"buka mulutnya Aa..."

Reno heran menoleh kearahnya.

"lo ngapain?" tanyanya heran.

Ellen berdecak sebal.

"nyaupin lo, buruan buka mulut lo belum makan kan?"

Reno mengangkat satu alisnya heran mengapa ellen begitu peduli, tapi kebetulan juga dia sedikit lapar dengan enggan ia membuka mulutnya, ellen langsung menyuapinya.

Jantung ellen mendadak berdegup kencang, pipinya mendadak memerah entah kenapa dia menjadi seperti ini, saat reno terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dia berusaha mengontrol dirinya.

Ia mengambil minumnya dan memberikannya ke reno.

"thanks" ucap reno yang dibalas dengan anggukannya.

Ayahnya datang memberikan martabak layang baru saja dipesan reno.

Reno berdiri dan mengambilnya tidak lupa mengatakan makasih pada mertuanya.

Ia langsung menghampiri ellen dan memberikannya.

"gue mau nongki sama teman gue habis ini, kalau lo butuh apa. Apa telpon aja gue"

Ellen terdiam, ada perasaan sedih saat mendengar reno mau meninggalkannya, ia bingung ingin menahannya tapi dia cukup malu mengatakannya.

reno membaca mimik wajah ellen yang terlihat enggan mengatakan iya.

Reno ingin saja membawanya, tapi membawa cewe ke ke tongkrongannya pasti akan dihujat oleh teman temannya.

"sore gue kesini lagi, gue pergi dulu" ucap reno lalu berlalu pergi keluar.

Ia menutup pintu lalu pergi begitu saja.

Ellen berdecak sebal. "gak peka amat jadi cowo" sindirnya.

.......................

Lanjut part 12~

Makasih yang udah mampir💕


SMA KU TENTANGMU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang